แชร์

Hampir Gila

ผู้เขียน: Sity Mariah
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-01-02 10:41:31

Aku mundur beberapa langkah, terpaku mendengar ucapan Rakana yang terdengar seperti ledakan.

"Enggak mungkin! Jangan asal bicara kamu, Raka! Aku hanya tidur dengan Bang Fahad. Tidak terjadi apapun di antara kita dan Bang Fahad tidak seperti yang kamu tuduhkan!" teriakku sambil mendorong bahunya. Namun tidak berarti apa-apa, tubuh Rakana tak bergeming sedikit pun.

Rakana merangsek maju, sampai jaraknya mungkin hanya sejengkal denganku.

"Aku gak bohong, Chi," balasnya dengan nada penuh keyakinan. "Kita memang sudah melakukannya. Mungkin kamu lupa dan tidak sadar, tapi aku mengingatnya. Lalu Bang Fahad, selama ini dia menyembunyikan kenyataan itu dari kamu. Dia gak mau terlihat lemah, jadi dia memilih untuk diam. Tapi aku tahu semuanya dan sekarang, kamu juga harus tahu."

Aku menggeleng cepat, berusaha menepis semua yang dikatakannya. "Kamu pikir aku akan percaya omong kosong ini? Kamu hanya ingin menghancurkan semuanya! Kamu sengaja membuat kekacauan!"

Rakana mendekat lagi, tatapannya s
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (5)
goodnovel comment avatar
Rahman Nita
bener bngt, masa iya ga bisa cari info apa yg sbnrnya terjadi
goodnovel comment avatar
Adilah Ismail
mau anta surat gugat cerai mungkin
goodnovel comment avatar
Abi Sarah
pasti ujung2ny fahat bakal nyecein chiara
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Jangan Mempersulit Semuanya

    Aku menegakkan punggung, rasa gugup langsung menguasai diri. Bang Fahad masuk bersama Mama, lalu ia mengisi sofa single di sebelah kanan sofa yang kutempati. Wajahnya serius, tanpa senyuman atau tanda-tanda kehangatan seperti yang biasa kulihat.Aku mencoba menetralkan rasa gugup yang menyerang. Berusaha agar bersikap sesantai mungkin. Entah kenapa, bertemu dengannya setelah pertemuan menyakitkan kemarin, seolah membangkitkan rasa sakitnya lagi."Om Ruslan ada, Tan?" tanya Bang Fahad kemudian. Suaranya terdengar begitu dingin. Dia bahkan tidak lagi memanggil Mama pada mertuanya."Ada di taman belakang. Apa kita akan berbicara bersama-sama?" jawab serta tanya Mama.Bang Fahad tampak hanya mengangguk. Mama lantas bangkit untuk memanggil Papa. Meninggalkanku berdua bersama Bang Fahad.Aku menatapnya yang selalu tampil dengan rapi. Ingin sekali aku memeluknya, tenggelam dalam dadanya yang kokoh, mencium wangi tubuhnya dan bermanja-manja seperti biasanya. Namun, jangankan balas menatapku,

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-03
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Detik-detik Akhir

    Aku tidak tahu apa yang terjadi. Kesadaranku hilang timbul. Saat ini, aku merasa tubuhku tak berdaya. Berada di atas ranjang yang tengah didorong, melewati lorong rumah sakit sampai akhirnya masuk ke dalam ruangan.Aku mendapatkan penanganan yang mana perutku masih terasa sakit. Entah apa berikutnya, karena kesadaranku akhirnya benar-benar hilang.Tidak tahu berapa lama, tapi saat akhirnya kembali membuka mata, aku sudah berada di dalam ruangan yang berbeda dengan sebelumnya. Tubuhku rasanya lemas, tapi perutku tidak sesakit tadi. Punggung tangan terasa perih, karena terpasang selang infus."Chi, kamu sudah siuman?" Suara Mama membuatku menoleh. Mama duduk di samping ranjang rawatku. Tangannya terulur, menyentuh kepalaku dan mengusapnya.Aku hanya bisa menatapnya. Suaraku rasanya tertahan untuk berbicara."Kandungan kamu lemah, Chi. Kalau kamu begini terus, kami semua khawatir kandungan kamu gak bisa bertahan. Kamu kuat, Chi. Ada mama dan Papa bersama kamu. Jangan kamu pikirkan apapun

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-03
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Kita Akan Bertahan

    Aku membuka mata perlahan, menatap langsung pada Bang Fahad yang duduk di kursi di sebelah ranjangku. Aku mencoba tersenyum tipis, meski hatiku hancur."Bang ...." Aku memulai dengan suara parau.Bang Fahad menghela napas seraya mengangguk kecil. "Apa yang ingin kamu bicarakan lagi, Chi?"Aku mengumpulkan keberanian. Tubuhku mungkin lemah, tapi hatiku tidak boleh menyerah. Aku harus menghadapi ini dengan tegar, demi bayi yang sedang aku kandung."Aku cuma ingin mengatakan satu hal," kataku pelan. Aku berusaha menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk mataku. "Aku tidak akan memaksa Abang untuk tetap bersamaku. Kalau memang Bang Fahad ingin berpisah, aku terima. Tapi satu yang harus Abang tahu, aku tidak pernah berselingkuh, dan bayi ini adalah anak abang."Laki-laki itu nampak tak bereaksi. Kepalanya sedikit menunduk dengan pandangan lurus ke depan. Meski begitu, aku yakin dia mendengar ucapanku."Aku terima perpisahan yang Abang inginkan. Mungkin sejak awal, seharusnya kita

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-04
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Lelah Tetap Menggenggamnya

    Setelah kepergian Bang Fahad, aku memutuskan untuk memusatkan seluruh energiku untuk menghadapi hidup tanpa dirinya. Meski hati remuk, aku tahu aku tidak bisa menyerah. Hidupku kini bukan hanya tentang diriku sendiri. Bayi ini adalah alasan terbesarku untuk bertahan.Mataku rasanya panas, bahkan mulai berair. Namun aku memberi sugesti pada diriku hingga bibirku mengukir senyum kecil. Aku harus kuat. Aku akan tetap bahagia, meski tanpa Bang Fahad lagi.Aku memejamkan mata lalu mengembus napas pelan. Mencoba lebih menenangkan diri agar tidak terus-terusan stress.Pelan-pelan aku bangun sampai akhirnya bisa duduk bersandar. Mengambil gelas berisi air di atas meja lalu meneguknya. Memberikan rasa sejuk di tenggorokan dan setitik ketenangan yang aku butuhkan.Masih dalam posisi duduk bersandar, aku menyentuh perut kembali. Mengusapnya lembut meski perutku masih sangat rata."Kita pasti bisa lewati semua ini sama-sama ya, Nak? Kita gak boleh sakit-sakit lagi. Kita harus happy. Baik-baik di

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-04
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Everything between us

    "Papa sudah bicara sama dokter Althaf. Kita bisa melakukan test DNA setelah usia kehamilan kamu masuk tujuh Minggu. Dia juga siap membantu kita. Nanti, setelah hasilnya ke luar, papa mau hanya kita bertiga yang tahu. Jangan beri tahu siapapun, apalagi Fahad dan Raka. Mengerti 'kan?" Papa berujar setelah melepaskan dekapannya.Aku pun hanya mengangguk. Tidak ingin membantah apapun."Tapi, Pa. Kita dapat sampel darah atau bagian tubuh Fahad dari mana?" tanya Mama."Masalah itu biar papa yang urus. Mama dan Chia gak perlu pusing memikirkannya. Yang penting nanti setelah usia kehamilan Chia tujuh Minggu, test itu kita lakukan secepatnya," jawab Papa."Emm, apa nanti gak ilegal, Pa? Test DNA juga kan harus atas persetujuan orangnya," protes Mama.Terdengar Papa menghela napas berat. "Mama jangan memikirkan apapun. Dokter Althaf akan membantu kita dan semua prosesnya biar papa yang mengurus. Tapi setelah hasilnya nanti ke luar, cukup kita dan Dokter Althaf yang tahu. Mama mengerti 'kan?" Pa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-05
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Menutup Hati

    "Ngapain lagi kamu ke sini? Ngapain kamu masih nemuin Chiara? Hidupnya kacau gara-gara bajingan kayak kamu!" Papa yang baru saja datang dan turun dari mobil, langsung mencecar Rakana setelah melayangkan tinju di wajah dan perutnya. Mama coba melerai, tapi Papa tak menggubris.Papa makin mendesak tubuh Rakana sampai mentok di besi pagar. Tangannya terlihat begitu kuat mencengkram kerah kemeja Rakana. "Apa mama dan papamu belum bilang juga? Kalau kamu masih terus mengganggu putriku, tanganku sendiri yang akan menyeret kamu ke dalam penjara. Apa orang tuamu tidak juga memperingatkan kamu, hah?!" Suara Papa meninggi."Pa, udah, Pa. Malu dilihat orang nanti," sergah Mama."Papa gak malu, Ma. Papa hanya sedang berusaha menyadarkan laki-laki bajingan ini untuk berhenti mengganggu hidup Chiara. Dia sudah mengecewakan Chiara berkali-kali. Dia harus jera dan berhenti terus mengganggu putri kita," jawab Papa menggebu."Mau apa lagi kamu ke sini, heh?!" Papa kembali mencecar Rakana.Terdengar Rak

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-07
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Harapan yang Samar-samar

    "Kalau kami tahu Fahad akan menyakiti kamu juga seperti ini, mama dan Papa pasti gak akan menyetujui pernikahan kalian hari itu. Mama dan Papa benar-benar menyesal karena kamu dinikahi Fahad, Chi," ucap Mama lagi sambil mengelus rambutku. Suaranya pelan dan berat, aku paham perasaannya. Ia pasti lebih merasa sakit melihat rumah tangga putrinya berakhir seperti ini.Perlahan aku menarik diri dari dekapan Mama lalu menatapnya."Tidak ada yang perlu disesali, Ma. Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang, saatnya membuat bubur itu menjadi lebih enak untuk dinikmati. Menyesal sudah tidak ada gunanya, bukan? Aku minta, Mama doakan agar hidupku bisa lebih baik setelah ini. Aku minta doa dari mama, agar kandunganku sehat dan selamat sampai lahiran nanti," ujarku kemudian.Tangan Mama membelai lembut wajahku dan tersenyum. "Mama bangga, kamu ternyata bisa setegar ini. Tanpa kamu minta, doa mama pasti akan selalu menyertai kamu, Chi. Ya sudah, sekarang kamu tidur, ya. Istirahat. Ibu hamil tidak baik

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-09
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Hasilnya ....

    ************Dua Minggu kemudian.Hasil test yang ditunggu-tunggu sudah keluar. Dokter Althaf mengabarkan pada Papa untuk menemuinya di rumah sakit tempat ia bekerja, sekaligus melakukan check up terhadap kandunganku.Aku dan papa sudah siap. Tinggal menunggu mama yang masih di dalam kamar. Kami menunggunya di teras depan, hingga pembantu rumah datang bersama seseorang."Perkenalkan saya Wisnu, pengacara yang diutus Pak Fahad untuk mengurus perceraiannya dengan Ibu Chiara," ucap lelaki berkemeja navy sambil mengulurkan tangannya.Aku dan Papa saling pandang, lalu menatap kembali pada lelaki yang mengaku sebagai pengacara ini. Papa lantas menerima uluran tangannya dan bersalaman sambil mengenalkan diri juga. Kemudian kami semua masuk, menunda keberangkatan dan duduk di sofa ruangan tamu.Pengacara bernama Wisnu itu mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasnya lalu menyimpan di atas meja. "Ini surat dari pengadilan agama untuk pengadilan mediasi yang harus dihadiri Bu Chiara satu minggu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-09

บทล่าสุด

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Mereka Itu ....

    Seharian kami menghabiskan waktu di luar vila. Hingga tiba malam hari dan rupanya aku sempat tertidur. Aku terbangun karena suara gaduh dari dapur.Begitu keluar dari kamar, aku menemukan Bang Fahad berdiri dengan celemek bunga-bunga dan di tangannya ada mixer yang sedang menyala.“Abang ngapain?” tanyaku sambil menahan tawa.Dia menoleh dengan ekspresi penuh percaya diri, walau sedikit tepung menempel di pipinya. “Saya lagi bikin kue buat istri tercinta.”Mataku menyipit. “Bikin kue? Emang bisa?”“Bisa dong. Bisa gagal juga sih, tapi ... niatnya aja udah manis kan?”Aku tertawa sambil berjalan mendekat. “Tepungnya aja nempel di hidung. Udah kayak badut ulang tahun.”Dia nyengir, lalu tiba-tiba mencolekkan sedikit adonan dalam wadah ke ujung hidungku. “Nah, sekarang kita kembar.”“Bang! Ini lengket tau!” Aku coba membersihkannya, tapi dia malah kabur ke ruang tengah setelah menyemburkan lagi tepung ke arahku, membuatku harus mengejarnya sambil tertawa-tawa.“Kalau kamu bisa nangkep sa

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Apapun Terasa Indah

    Usai sarapan dan sedikit bersantai di teras vila, Bang Fahad menggandeng tanganku menuju dermaga kecil di belakang vila. Terdapat sebuah perahu kayu mungil sudah terikat di sana, mengapung tenang di atas danau yang berkilau di bawah sinar matahari siang.“Mau keliling danau pakai perahunya?” tanyanya sambil menatapku penuh semangat.Aku menatapnya ragu. "Abang yakin bisa mendayung? Jangan-jangan baru mulai udah nyangkut di tengah.”Dia tertawa renyah, lalu meraih pelampung untukku. “Kalau bersama kamu, saya mendadak seperti petugas damkar, apapun pasti bisa saya lakukan."Kami lantas naik ke perahu pelan-pelan. Perahu mulai bergerak perlahan, menyisakan riak kecil yang tenang di permukaan air.Aku duduk di ujung yang berhadapan langsung dengan Bang Fahad, sementara dia mulai mengayuh dengan tenang dan teratur.Angin menerpa wajah kami, lembut dan menenangkan. Pemandangan sekeliling terasa seperti lukisan hidup, pepohonan rindang, suara burung dari kejauhan, dan sinar matahari yang men

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Siap Mencintai

    Satu bulan usai malam paling romantis itu, kami akhirnya berangkat. Keadaanku tiap harinya kian membaik. Aku sudah mampu berjalan dengan normal lagi, meski sesekali masih ada sakit yang terasa.Hari ini kamu pergi. Bukan ke luar negeri, bukan pula ke kota besar yang ramai dan gemerlap. Hanya ke sebuah vila tersembunyi di daerah perbukitan, tempat di mana suara alam jauh lebih lantang daripada deru kendaraan. Tempat yang dipilih Bang Fahad sendiri, tempat yang katanya sudah lama ingin ia kunjungi bersamaku.Perjalanan kami ditemani udara sejuk dan senyum yang tak pernah lepas dari wajah kami. Aku duduk di kursi penumpang sambil sesekali meliriknya, dan setiap kali itu terjadi, Bang Fahad selalu sempat menangkap pandanganku.“Kamu ngelihatin saya terus, kenapa?” tanyanya sambil nyengir, matanya masih fokus ke jalan.Aku mengangkat bahu dengan wajah sok polos. “Salah, ya? Ngelihatin suami sendiri?”Dia tertawa kecil. “Enggak. Cuma takut kamu gak kuat nahan rasa cinta aja, nanti meledak d

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Menulis Cerita Baru

    Waktu terasa lambat saat aku harus hidup bergantung di kursi roda. Tidak ada hari yang terlewat tanpa obat dan terapi. Tidak ada waktu yang berlalu tanpa bantuan dari Bang Fahad padaku. Hingga detik ini, terhitung sudah lima bulan aku menjalani semuanya. Dukungan dan kesetiaan Bang Fahad tidak perlu diragukan. Dia ada di setiap saat aku membutuhkannya.Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Pelan tapi pasti, aku sudah mulai bisa berjalan meski hanya baru di dalam rumah. Keadaanku berangsur membaik dan semua ini tidak lepas dari dukungan penuh Bang Fahad selama aku menjalani terapi."Saya senang, akhirnya kamu bisa jalan lagi, meski masih pelan-pelan," ucap Bang Fahad saat kami duduk bersama di sofa ruang televisi pagi hari setelah selesai sarapan."Semua karena bantuan Abang juga. Kalau tanpa Abang, aku gak yakin bisa membaik seperti ini," jawabku apa adanya.Bang Fahad tampak menggeleng. "Enggak, Chi. Semua karena usaha dan kegigihan kamu juga.

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tidak Harus Sempurna

    Hari demi hari berlalu.Aku belum juga mampu berjalan. Hidupku masih terus bergantung pada kursi roda, tetapi gips yang semula membungkus kakiku sudah dilepaskan. Pergelangan kakiku tidak sempurna bentuknya. Aku masih harus menjalani terapi dan Bang Fahad merawatku dengan sangat telaten selama ini.Seperti pagi ini, dia sudah membawa semangkuk bubur hangat ke kamar dan bersiap menyuapiku. Namun, aku menundanya."Kamu belum laper?" tanya Bang Fahad yang duduk di sisi tempat tidur.Aku menggeleng pelan. "Belum. Tapi ... aku ngerasa gerah banget. Boleh gak minta tolong?"Dia menatapku penuh perhatian. "Boleh, dong. Kamu mau apa?""Aku pengen mandi dulu, mau keramas."Dia mengangguk mantap. "Oke. Ayo, saya bantu."Bang Fahad bergerak cepat menggulung lengan kausnya, mengambil baskom dari lemari kecil, handuk bersih, dan sampo favoritku yang disimpan di rak pojok."Emm, saya gendong aja ya?" tanyanya setelah

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Senja yang Indah

    Pelukan itu masih bertahan.Lama.Seakan tidak ada kata yang lebih tepat selain diam yang saling menyampaikan isi hati. Aku bisa mendengar detak jantungnya yang tenang, ritmenya menyatu dengan napasku yang perlahan mulai normal kembali. Tak ada luka yang benar-benar hilang, tapi pagi ini aku merasa luka itu mulai sembuh lewat cara yang tak pernah kusangka.Setelah beberapa menit, Bang Fahad melepaskan pelukan. Ia menatapku, dan masih dengan sorot rasa bersalah. "Chi?"Aku mengangkat dagu, menatapnya balik.“Boleh saya mulai dari awal?” tanyanya. “Tidak harus langsung. Tidak perlu buru-buru. Tapi ... boleh saya temani kamu dari awal lagi? Belajar ulang tentang kamu, tentang kita?”Jantungku berdetak lebih cepat. Bukan karena gugup, tapi karena pertanyaan itu seperti angin sejuk yang datang setelah badai panjang di musim penghujan.Aku tersenyum kecil. “Mulai dari awal sekali?”D

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Lari ke Pelukanmu

    Malam ini seakan menjadi saksi bisu dari dua hati yang pernah patah dan kini saling menopang. Tidak sempurna, tidak juga langsung sembuh. Tapi setidaknya, kami sepakat untuk saling menggenggam.Bang Fahad mengantarku kembali ke kamar. Sesampainya di ranjang, dia membantu dengan lembut saat aku berpindah dari kursi roda. Tak banyak kata, hanya gerakan-gerakan penuh kehati-hatian yang membuat dadaku hangat.Saat aku sudah rebah dan selimut menutupi tubuh, Bang Fahad duduk di sisi ranjang, tak langsung pergi. Tangannya masih menggenggam jemariku erat, seolah enggan melepas."Kalau kamu butuh apa-apa, panggil saya ya," ucapnya pelan.Aku hanya mengangguk. Suaraku seolah tertinggal di ruang doa tadi. Dia kemudian berdiri, tapi sebelum melangkah ke luar, aku menahannya dengan satu kalimat sederhana."Bang ... boleh duduk di sini sebentar lagi?"Dia menoleh. Wajahnya menegang sesaat, sebelum melunak dan kembali duduk di kursi samping tempat tidurku."Sebentar aja, ya?" Aku menatapnya ragu.B

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Sembuh Bersama

    Aku merasa ada yang runtuh dari dalam diriku. Tembok tinggi yang aku bangun perlahan mulai retak-retak oleh ucapannya yang penuh harap dan doa yang lirih.Air mataku jatuh begitu saja tanpa bisa dicegah. Mungkin ini bukan karena kasihan. Tapi lebih pada ... aku tak pernah menyangka ada seseorang yang begitu bersungguh-sungguh meminta kesempatan kedua, bahkan ketika dia tahu tak ada jaminan untuk diterima.Tanganku gemetar saat menyentuh pegangan kursi roda. Ingin rasanya aku putar balik, kembali ke kamar dan pura-pura tak pernah mendengar apa pun tadi. Tapi langkahnya yang kini berdiri, menoleh, dan langsung terpaku melihatku di sana membuat semuanya terlambat."Chi?" ucapnya sambil buru-buru mengusap wajah, seolah tak ingin aku melihat bekas air matanya. Dia melipat sajadah dengan cepat, lalu menyalakan lampu ruangan hingga terang benderang. Dia berlari, sampai berjongkok di depan kursi rodaku."Ada apa? Kenapa kamu ke luar kamar? Kamu perlu apa? Air minum kamu habis?" Dia mencecar d

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Aku Kalah

    "Selamat datang di rumah."Bang Fahad berucap dengan begitu lembut ketika baru saja sampai di ruang tamu. Setelah satu Minggu dirawat di rumah sakit, pagi ini aku sudah kembali ke rumah."Kamu mau langsung istirahat dulu di kamar atau makan dulu?" tawar Bang Fahad lagi. Namun, aku belum bereaksi. Aku yang duduk di kursi roda, hanya menatap lurus ke depan. Jujur saja aku merasa kesal karena harus bergantung padanya. "Gak usah sok baik, Bang!" ucapku akhirnya dengan pandangan masih lurus ke arah depan. Kejadian perampokan malam itu, masih sering berkelebat dalam pikiranku. Karena kejadian itu, aku kehilangan mobil, ponsel dan dompet dalam tas. Papa yang sudah mencoba mengusutnya di pihak berwajib, tapi belum menemukan titik terang.Bang Fahad tiba-tiba berjongkok di depan kursi rodaku. Sempat pandangan mata kami bertemu, sebelum kemudian aku memalingkan wajah. Namun saat itu pula, aku malah teringat bagaimana dia menjagaku selam

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status