"Nona, sudahlah nona harus istirahat sekarang, jangan fikirkan kejadian hari ini, dan kita pasti akan mendapatkan nona raccel kembali" bujuk sania yang menatap iba pada lunar yang diam seribu bahasa, hanya tangisan yang terdengar, dia menyayangkan kejujurannya hari ini, seandainya dia tidak mengakui itu mungkin kejadian ini tidak akan terjadi, dia hanya perlu menjadi orang jahat yang memendam rahasia itu selamanya, seharusnya itulah yang dia lakukan.
dirumahnya dinar sendiri menatap bulan purnama yang sangat indah berbeda dengan kejadian yang dialaminya hari ini, sebuah tamparan keras yang didapatnya kenyataan yang harus diterima, tapi tidak semudah itu, bahkan rasa cintanya sudah kandas sekarang semua hanya kebencian yang tersisa, dia tidak akan menyangka hatinya bahkan dipatah-patahkan seperti ini.
"bodohnya aku mencintai duyung itu, tidak akan terjadi lagi" ungkapnya dalam hati sambil mengepalkan tangannya erat, dia berpaling dan mencoba untuk tertidur dengan jendel
"ah syukurlah kami sudah bangun...mana yang sakit?" tanya dinar cemas sambil memperhatikan raccel, "aku sudah tidak apa-apa hanya sedikit pusing" ujarnya, tentu saja pusing karena banyak darah yang keluar tadi dari mulutnya, itu mungkin efek tubuhnya yang panas karena terbawa emosi yang membuat stress "dinar, maafkan aku atas perlakuan ibuku" ungkap raccel "sudahlah ini masalahku kamu jangan memikirkan itu, yang terpenting aku tidak membencimu" ucap dinar sambil tersenyum pada raccel, raccel hanya sedikit tertekan dan merasa bersalah tetapi ibunya memang salah terlalu memikirkan egonya, raccel berbalik menatap ekornya "aku belum terbiasa dengan ekor ini, tapi terlihat bagus juga" seru raccel tersenyum, membuat dinar menjadi lega karena raccel baik-baik saja "apa kamu sudah sedikit enakan? aku akan menggendongmu kembali ke tempat tidur" ucap dinar karena tidak ingin raccel berlama-lama berendam takutnya masuk angin karena dia belum
crip crip crip...suara burung dipagi hari yang sangat merdu seperti biasanya membuat hati para pendengar pasti tenang, raccel membuka selimutnya dan ternyata kakinya sudah kembali, dia bergegas turun dari tempat tidurnya untuk mandi dan berganti pakaian, karena semalaman dia tidur dengan pakaian basah, karena kulitnya sangat kering. hari ini jauh lebih baik dari biasanya, dia mandi dan berendam lama di bathup nyadikamarnya dinar sudah bangun lebih awal dan dia sudah sedikit melupakan kejadian semalam, dia berkemas dan pergi untuk menemui kakek, dia berjalan dan membuka pintu kamar kakek terlihat lelaki tua itu sedang minum teh diatas tempat tidurnya"kakek sudah bangun?" tanya dinar sambil mendekati kakek dan duduk disebelahnya"hm...ya aku sudah bangun dari tadi" ujarnya sambil tersenyum"apa kamu sudah sarapan, ayo sarapan sama-sama" lanjutnya lagi"iya kek aku belum lapar nanti saja" jawabnya karena benar-benar belum lapar sama sekali"b
Tibalah waktunya untuk pergi kepertemuan sore ini, acara akan diadakan tepat jam 6 sore dinar sudah siap dengan stelan jas navy nya sedangkan raccel juga memakai dress senada dengan dinar, mereka sangat cocok tapi sayangnya mereka bersaudara, kakek sangat senang melihat cucunya itu dan mengantarnya sampai kepintu depan"selamat sore nona" ujar suara yang sangat familiar membuat raccel bersemangat"edward, kapan kamu datang, wah jangan lama-lama lagi cutinya aku kangen jalan-jalan denganmu" ujar raccel dengan gayanya seperti biasa membuat edward malu-malu dan pipinya semerah tomat"aku baru datang siang ini nona, setelah ini aku pasti akan mengantar nona kemanapun nona mau" ucapnya sambil tersenyum lebar, karena sejujurnya dia senang sekali bertemu dengan pujaan hatinya itu, dia sangat senang dan tidak sabar untuk berjalan-jalan dengannya."ayo tuan dan nona kita akan berangkat" ujar edward sambil membukakan pintu mobil untuk dua orang itu dan berpam
"kita sudah sampai" ucap edward memandang keduanya "sepertinya kamu harus ikut masuk menemani kami edward, kita parkirkan saja dulu mobilnya" ucap dinar menunjuk parkiran kosong disamping villa mereka keluar dengan anggun, raccel dan dinar berjalan didepan dan edward mengikuti dibelakang, ingin rasanya dia memeluk raccel karena saking rindunya dengan gadis itu, "tuan, diruangan manakah pertemuan hari ini?" tanya edward kepada receptionis divilla "oh ditaman sebelah ujung sana tuan, tuan lurus saja nanti belok kanan" terang receptionis itu "baik, terimakasih" ucap edward sambil pergi kembali mendekati raccell dan dinar "dimana pertemuannya edward?" tanya dinar "ditaman samping tuan" "ayo kita jalan" ucap dinar mereka berjalan sesuai petunjuk dari receptionis tadi dan ternyata sebuah taman dengan air mancur ditengahnya, rasanya benar-benar seperti ditengah hutan, suasana alam sangat terasa ditempat itu dan disampi
Pertemuan berjalan dengan baik dan semuanya bubar, saat mereka akan memasuki mobil wakil dion menghampiri mereka"nona, nona pintat sekali memilih model yang bagus dan semua ide-ide nona sangat keren" ucap dion yang menghampiri mereka yang sedang menuju mobil"ah, anda berlebihan wakil dion, ide anda lebih bagus, aku tidak sabar untuk melihatnya selesai" ujar raccel menanggapi"oh ya nona apa mau pergi bersama-sama saat pembangunan awal nanti" tanya dion mlu-malu"Ehem...ehem..." suara dinar mendehem melihat dua orang itu asik berbincang"ah tentu saja kita harus bersama-sama juga tuan dinar"ucapnya sambil memandangi dinar yang kaku"tentu saja wakil dion, kami akan dengan senang hato ikut bersamamu" jawab raccel ceat memecah kecanggungan dan dinar menganguk tanda setuju,"sebaiknya kita berangkat raccel ini sudah malam" ucap dinar tidak ingin raccel bicara lama-lama dengan laki-laki itu"iya ...ayo wakil dion anda
"uh...sungguh lelah hari ini" ujar sambil melempar bajunya keatas tempat tidur, dia akan mandi terlebih dahulu dan inginn berendam air hangat untuk merelaxkan otot-otot yang kaku, dia melangkah kekamar mandi yang menghadap kelaut itu, dengan kaca besar disamping membuat mata segar memandang kelutan, dinar menyandarkan kepalanya dan memejamkan mata sejenak menenangkan fikirannya, entah kenapa ada rasa kesal dihatinya saat tadi wakil dion berbicara banyak dengan raccel, dia merasakan sesuatu yang tidak baik dalam diri dion dari caranya memandang raccel dia tampak ingin memilikinya.paginya, semua sudah berlkumpul dimeja makan untuk sarapan, kakek sudah jauh lebih sehat hari ini, wajahnya juga sudah nampak berseri-seri karena semua gembira seperti biasanya dulu"bagaimana pertemuan kemarin? apa sudah dapat model villa yang bagus?" tanya kakek"ya kek, semuanya bagus dan aku memilih yang paling unik dan indah untuk kita tinggali" ujar raccel bersemangat"haha
seminggu berlalu begitu cepat, siang ini mereka akan berangkat ke selatan, kakek tampak jauh lebih sehat hari ini, mereka akan tinggal beberapa hari diselatan dan sudah menyewa villa disana, wakil dion juga ikut dengan mereka tapi memakai mobil yang berbeda, mereka beriringan melewati jalan yang dipenuhi dengan kebun anggur yang luas, raccel sangat menikmati perjalanannya berbeda dengan dinar yang sedari tadi hanya tidur saja disampingnya, sedangkan kakek duduk didepan berbincang-bincang dengan edward yang sedang menyetiredward sangat tau tempat itu dan tidak sabar ingin pulang kerumahnya juga untuk sekedar menjenguk ibunya, setelah beberapa jam berjalan mereka sampai ke villa yang dimaksud, villa nyaman tepi pantai dan tidak terlalu jauh dari tempat villa mereka akan dibangun."dinar ayo bangun, tidak saja daritadi" ujar raccel menggoyangkan tubuh dinar"dasar tukang tidur" lanjut raccel lagi membuat kakek geleng-geleng melihat tingkah cucunya itudinar
Makan malam tlah usai semuapun kembali ke kamar masing-masing karena besok harus bangun pagi-pagi untuk ke lokasi pembangunan villa."nona raccel anda sangat cantik hari ini" ujar dion sambil memandang raccel berbeda dari biasanya, mereka masih duduk di belakang penginapan melihat pantai yang tenang sambil minum kelapa muda untuk menyegarkan badan,"ah..wakil yu bisa saja, aku kan jadi malu" jawab raccel dengan muka yang memerah sambil menyibakkan rambutnya kebelakang telinga, sungguh pesona yang sangat indah membuat dion makin ingin terus menatapnya"nona, hm..apakah nona sudah punya pacar?" tanya dion ragu-ragu, wajah raccel makin memerah dan berusaha menahan senyumannya, selama ini dia tidak banyak bergaul dengan laki-laki membuatnya jadi salah tingkah, ada debaran dihatinya yang membuat sekujur tubuhnya memanas seketika"uuh...a aku belum punya pacar, kenapa memangnya apakah wakil dion mau jadi pacarku?" ujar raccel blak-bblakan diakhiri d
Semua telah berkumpul didermaga kecil pulau itu, semua sangat tertata rapi disana, tampak sederhana tetapi sangat indah untuk dipandang. lunar mengeluarkan mutiara dari mulutnya dan tentu mencucinya dulu sebelum memberikannya pada dinar, dinar sangat gugup memegang mutiara yang sangat berharga itu, dia sebenarnya tidak tega tetapi ini satu-satunya cara agar bisa bertahan lebih lama untuk menemui ayah dan ibunya. dinar mulai menelan mutiara itu, semua baik-baik saja awalnya, setelah beberapa menit berlalu dada dinar bersinar seperti ada sesuatu yang melewati dadanya, dinar merasa sesak dan berpegangan pada tiang dermaga karena merasa dadanya sangat panas "apa kamu baik-baik saja?" tanya lunar cemas karena belum tentu mutiara miliknya akan cocok ditubuh dinar "ya, aku baik-baik saja, tetapi dadaku terasa panas" jawab dinar masih menahan sesak didadanya "nak apa kau yakin akan pergi?" tanya kakek khawatir melihat cucunya itu "yakin kek, k
Semua seakan terdiam dan seakan menyetujui akan hal itu, semua bubar terkecuali miana kakak nya sang raja, dia tertegun dan mencari kesana kemari, dia mencari dion yang dia anggap anaknya "kakak, ada apa? apa yang kamu cari?" tanya raja duyung pada kakak nya itu "apakah kau tak melihat anakku? ataukah dia belum datang?" tanya miana sambil melihat kesana kemari "uhm kakak, aku minta maaf karena dia meninggal saat ingin memberikan obat untukmu, tapi jangan khawatir kak kami menguburnya dengan baik" ucap raja gelagapan menyembunyikan kenyataan "apa?? kenapa kau tak memberitahuku dari tadi?" tanya miana histeris dan menangis "maafkan aku, aku hanya tidak ingin membuatmu memikirkan itu, sedangkan kamu belum pulih" ujar raja menunduk "bagaimana bisa begitu? dia menjagaku selama ini, ayahnya juga yang menyelamatkan aku waktu itu, meskipun dia bukan anak kandungku tetapi dia jadikan aku seperti orangtua kandungnya" jawab miana yang tak henti m
semua orang mulai pergi meninggalkan tempat itu, semua wakil pergi dan wakil dion tetap tak terlihat dari tadi, tapi mereka mendengarkan apa yang tuan harshaw katakan, semua bubar dengan cepat, dan hanya dinar dan kakek yang masih tertinggal disana."kakek, kenapa kakek berbohong padaku selama ini?" ucap dinar tampak sedih memandangi kakek yang sedari tadi merangkul raccel"maafkan kakek nak, semua demi kebaikan kamu, mereka semua masih aman dan tinggal dipulau terpencil yang jauh dari sini, kamu ingat kan waktu itu kakek menyuruhmu pergi pertemuan kesebuah pulau, nah pulau itulah yang seharusnya kau tuju" ungkap kakek penuh penyesalan"aku ingin bertemu dengan mereka kek, kita akan kesana kan?" tanya dinar"aku tidak yakin" ucap kakek sambil memandang raja duyung"nak, aku tidak bisa lagi menolongmu kali ini seperti waktu itu, dan gelembung itu pastinya akan bereaksi dengan cepat, karena semua sudah tau kan rahasia kami" ujar raja duyung mulai mer
"kakek...akhirnya kakek datang,!" ujar raccel sambil berlari memeluk kakek yang tampak kelelahan, raccel menangis kecil sambil menatap tubuh kakek yang melemah itu, kakek juga membalas pelukan cucunya itu, dia sangat mencemaskan raccel selama ini dan tentu saja kali ini dia tidak ingin kehilangannya lagi,"apa maksud semua ini ayah? kenapa ayah mengenalnya?" ujar lunar menatap tajam pada ayahnya, dia sangat heran yang selama ini tidak pernah siapapun tau tentang hal ini. dan begitujuga dengan wakil lainnya mereka sangat takjub dengan duyung yang mereka tahu hanya dongeng itu."ayah akan menjelaskannya nanti padamu, sekarang biarkan saja mereka pergi" ujar raja pada lunar tampak tidak ingin menjelaskan apa-apa didepan semua orang"apa yang anda sembunyikan selama ini? aku saja tidak tau anda mengenalnya" sambung sang ratu menatap tajam kembali pada suaminya itu"jelaskan saja...aku sudah disini" ucap kakek sambil terus memegang raccel dirangkulnya
lunar tampak berjalan bergandengan dengan raccel, tampaknya mereka sudah berbaikan, melenggang mendekati suara keributan ayahnya "ada apa? kenapa sangat berisik" ujar lunar sambil menoleh kearah depan dan terkejut dengan apa yang dia lihat, begitu juga dengan raccel dia sangat terkejut, dinar sampai datang kesini pasti dia sangat mencemaskan raccel dan begitu juga kakek "dinar....syukurlah kamu menemukanku" ujar raccel berlari sambil memeluk tubuh dinar yang darit tadi mematung, wakil rayanpun tertegun dan menggeser badannya kebelakang, seketika keberaniannya menciut "raccel...apa mereka yang membawamu kesini?" tanya dinar menatap wajah saudaranya itu "tidak, ceritanya sangat panjang dinar, aku dibawa kesini oleh seseorang" ungkapnya "lantas bagaimana mereka semua ada disini?" tanya dinar penasaran "aku akan menceritakan itu nanti, apakah kakek baik-baik saja?" tanya raccel "ya, dia sangat mengkhawatirkanmu, dia ikut sebentar l
"hm...wakil rayan, apa mungkin ada orang didalam sana?" tanya dinar sambil berbisik mengintip dari balik pohon ara"kita tidak tau apa yang ada disana sebelum kita melihatnya sendiri kan, kalau begitu ayo kita masuk" ajak wakil rayan degan berani"baiklah...ayo" ujar dinar berlari sambil mengendap-endap kedepan, dan mendapatkan jalan untuk masuk kegedung itu, tapi tak disangka-sangka didalam ternyata sangat indah, sangat hidup, lampu hias berjejeran didinding, semua ruangan wangi bunga, tapi entah bunga apa itu dinar tidak tau karena selama ini dia banyak mencium mawar saja.mereka melewati banyak ruangan yang pintunya tertutup rapat, tidak ada satupun yang sedikit terbuka, mereka juga sangat takut untuk membukanya satu persatu"hm..tuan dinar, sebaiknya kita cari dibagian depan saja, diruangan depan pasti lebih lebar dan leluasa untuk kita melihat sekitarnya" ucap wakil rayyan"ide bagus, ayo kita maju" jawab dinarmereka sudah sampai
"kakek, kita harus bagaimana? sudah sehari semalam kita mencari tapi mereka bahkan tidak meninggalkan jejak sama sekali" ujar dinar frustasi "kita akan terus mencarinya, aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya, tolong temukan dia dengan cepat,!" ujar kakek dengan suara lemah karena dia tidak bisa tidur sedikitpun "baiklah kek, kakek istirahat saja dirumah, biar aku saja yang pergi dengan para wakil" ujar dinar lagi "tidak, aku harus ikut, aku tidak bisa istirahat sebelum bisa menemukannya kembali" ungkap kakek sedih dengan kantung mata yang menghitam mereka mulai bersiap-siap mencari keluar daerah sana dan pergi mencari keperairan lainnya, seperti pulau-pulau kecil yang biasa mereka akses, tapi ada satu pulau terlihat diradar mereka yang tak berpenghuni tetapi memiliki bangunan diisana, itu membuat mereka penasaran, kenapa selama ini pembangunan disana tidak diketahui, sedangkan pulau kecil itu masih bagian dari pulau besar milik kakek, han
Malam itu terasa sangat mencekam, bahkan keindahan purnamapun sudah tak menenangkan lagi, darah mengalir dimana-mana membuat raccel mual tak biasa melihat pemandangan itu, melihat lekat-lekat dion yang sudah tercabik-cabik, sungguh malang jika benar yang disana itu ibunya berarti dia juga duyung kan, dan berdarah murni sepertiku karena ibunya duyung, tetapi kenapa tidak darah dia saja yang diberikan pada ibunya itu, fikiran itu sunggh sangat membingungkan raccel, atau apakah dion bukan anak kandung nya?raccel menepis semua fikiran itu saat ini, berusaha melupakan kejadian malam ini, berharap wanita tua itu bangun saja agar dia bisa menjelaskan siapa dion sebenarnya. raccel berbalik menyaksikan ibunya mulai menyayat tangannya sendiri untuk mendapatkan secangkir darah untuk wanita itukasihan...ya begitulah yang dirasakan raccel, tetapi ibunya harus melakukan itu, dan setelah darah itu diminumkan pada wanita itu, raja membereskan mayat wakil dion terlebih dahulu dan mem
"wakil dion...apa sudah selesai, aku sangat pusing" ujar suara raccel mengagetkan semua orang "raccel...kamu sudah sadar nak, ini ibu, bangunlah ini ibu" ujar lunar "i..ibu...? bagiamana ibu ada disini?" tanya raccel sambil duduk dan memegang kepalanya dan langsung kaget melihat semua ramai disana dan tak ada yang dia kenali selain lunar dan sania, dan melihat kekacauan itu dengan dion yang sudah tercabik cabik "ibu..ada apa ini? kenapa wakil dion...?" tanya raccel ketakutan "tidak apa-apa sayang, dai berusaha menyakitimu jadi ibu tidak sengaja melukainya" jawab lunar pelan memberikan pengertian pada raccel yang mulai ketakutan "a..apa? itu tidak mungkin ibu, dia memang menculikku, dia hanya ingin sedikit darahku, dan dia sangat baik padaku" ucap raccel ketakutan dan menjauhi ibunya "nak...maafkan ibu, ibu tidak sengaja" ujar lunar mendekati raccel lagi "kenapa ibu? kenapa harus membunuh? tidak bisakah ibu memberitahunya