Share

Bab 23 C

Penulis: ET. Widyastuti
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-18 09:18:52

“Selamat, ya, sudah jadi ibu.” Ucapan itu tulus diberikan Citra sebagai seorang sahabat. Lalu, ia memeluk sahabatnya itu hangat, meski Rani masih terbaring di ranjangnya.

Operasi berjalan lancar. Sayangnya, bayinya harus masuk inkubator karena terlalu dini dilahirkan.

“Bagaimana anakku, Citra?” tanya Rani sambil menatap Citra penuh harap.

“Cantik! Mirip bundanya,” sahut Citra sambil mengusap pundak Rani.

Senyuman Citra masih sama seperti yang dulu. Ia selalu ikut bahagia jika sahabatnya bergembira. Meski bisa jadi, kali ini ada rasa yang berbeda. Mengingat, anak itu adalah buah cinta suaminya dengan perempuan lain.

“Tuh, Om nya yang kemaren mengadzani si cantik,” tunjuk Citra pada Farhan yang masih menunjukkan raut jutek, berdiri di ujung ranjang. Laki-laki itu hanya mencebik sembari mengangkat satu alisnya.

“Makasih, ya,” kata Rani lirih sambil menatap Farhan.

Lelaki yang baru diketahuinya adalah adik iparnya. Wajahnya tak kalah tampan dengan kakaknya. Bedanya, lelaki ini betah mel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Emi Susanti
sayang koin ah baca si citra..stop sampai sini aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 24A

    Firman tergesa memasuki kamar dimana Rani di rawat. “Rani, maafin, Mas ya. Mas tidak tahu kalau kamu sudah melahirkan anak kita,” tukas Firman sambil mengecup kening Rani. Tadinya Firman berencana pulang mengunjungi Citra. Tapi oleh Mbok Sumi malah diberitahu kalau Citra sudah dua hari di rumah sakit mengantar Rani. “Ponsel kamu ngga aktif, Mas. Kamu sibuk sepertinya,” jawab Rani. Air matanya kembali menggenang mengingat perkataan Farhan tadi. Apa benar suaminya ini tak benar-benar mencintainya? Apa benar menikah dengannya hanya suatu kesalahan? “Mas, apa kamu mencintaiku?” tanya Rani sambil menatap wajah suaminya. “Tentu saja,” jawab Firman getir. Dia merasa munafik. Dulu memang dia merasa mencintai Rani. Perasaannya menggebu saat ingin menjumpainya. Tapi, sejak Citra mengetahui semuanya, menyentuh Rani pun rasanya enggan. Bayang-bayang bersalah kepada Citra sering menghantuinya. “Mas, katakan sebenarnya,” pinta Rani. Sepertinya Rani sudah memikirkan perkataan Farhan. Buat apa

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 24B

    Selama Rani di rumah sakit, Citra tak pernah absen menjenguknya. Sementara Firman mendapatkan izin dari kantornya di Medan untuk mendampingi istrinya melahirkan. Firman tak pernah bertanya tentang kronologis kejadian, mengapa Rani bisa melahirkan prematur. Dia tak ingin menyalahkan Citra, atau menimbulkan perdebatan baru. Apalagi, jelas-jelas banyak kesalahan yang telah menumpuk padanya. Entah mengapa, Firman merasa satu persatu kesalahannya tersingkap dan terkuliti. Kalau dulu hanya Citra yang tahu dan menyembunyikan semuanya, kini Rani pun mulai mencium kebusukannya. Belum lagi Farhan yang hampir tiap hari mengintimidasinya, “Sebaiknya, kamu pulang ke rumahku aja, Rani. Kamu masih sakit,” tawar Citra. Dia paham betul bagaimana psikologis orang habis melahirkan, karena dia pun punya pengalaman. Secara fisik terlihat sehat, namun, beban mental, ketakutan dan lain-lain, tanpa disadari sering menganggu kewarasan ibu pasca melahirkan. Apalagi ini adalah anak pertamanya. Tidak sampai

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 25A

    Sejak dulu Firman adalah orang yang tidak teguh pendirian. Citra lah yang sering menjadi penyokong hidupnya. Citra lah yang sering menjadi penguat keputusannya. Citra lah tempat dia berbagi dan mengeluhkan masalahnya. Tak heran, setelah hubungannya bermasalah dengan Citra, Firman tak dapat mengambil keputusan dengan jernih. Firman memilih mengulur-ulur keputusannya karena otaknya dipenuhi kebimbangan. Termasuk memutuskan satu di antara dua istrinya.Firman tak kan bisa hidup tanpa Citra. Citra lah tempatnya berlabuh. Citra lah tempatnya bersandar. Dan, peran besar Citra hanya Firman sadari setelah jarak memisahkan antara keduanya. Rani memang sosok yang cerdas dan pintar dalam urusan pekerjaan kantor. Tapi, rupanya, bukan itu yang dapat melengkapi hidup Firman. Bersama Rani, hatinya merasa kosong. Kerinduannya pada sosok Citra semakin menganggu kebersamaannya dengan Rani. Enam tahun membangun biduk rumah tangga dengan Citra dari nol memang membuatnya sudah hafal seluk beluk masing-

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 25B

    Setega itu kah Firman membohonginya? Mengapa dia tidak berterus terang saja kalau akan mengantarkan Citra kontrol ke dokter kandungan? Apakah karena Firman takut menyakiti hatinya? Sampai kapan Firman akan terus-terusan membohonginya? Bahkan, melihat Firman menggandeng mesra Citra saja, kepalanya terasa berdenyut. Begini pulakah apa yang Citra rasakan saat ia bersama Firman. Tiba-tiba Rani merasa tak bisa menguasai diri. Farhan segera menjalankan kemudinya, dan meninggalkan halaman klinik itu, setelah melihat Rani tak baik-baik saja. Dia memang ingin menunjukkan kenyataan kepada Rani. Bahwa pria yang sedang dia pertahankan, bukanlah pria yang berjiwa ksatria. Dia hanyalah seorang pecundang yang tak punya nyali untuk berbicara hal yang sebenarnya. “Maaf, ya, Ran. Kamu harus melihatnya. Karena kamu layak untuk bahagia. Buat apa kamu mempertahankan jika itu hanya menyakitkan bagimu? Berapa lama kamu akan bertahan. Cepat atau lambat, kamu pasti akan melihat pemandangan seperti ini,” uj

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 25C

    “Apa rencanamu setelah ini?” tanya Farhan saat sudah tiba di bandara Juanda Surabaya. Hari masih pagi. “Kita langsung ke pengadilan agama,” kata Rani sambil tersenyum.Ada rasa lega menyelinap dalam benaknya. Lega dengan keputusannya. Lega dengan kebahagiaan yang sepertinya sudah di depan mata. Dia tinggal menata masa depannya dengan putri semata wayangnya. Tak akan ada lagi cerita tentang dia pelakor atau duri dalam perkawinan sahabatnya. “Apa?!” Farhan tersentak kaget. Tak percaya Rani akan bertindak secepat itu. Tapi memang, dengan latar belakang Rani yang cemerlang di karirnya, bukan tak mungkin dia berani mengambil keputusan. Apalagi ini menyangkut masa depannya. “Aku nggak mungkin kan menunggu Mas Firman mengeksekusinya?“ tanya Rani retoris.Pengalamannya mengurus akta nikah saja, Firman selalu mengulur-ulur. Apalagi akta perceraian. Rani sudah tak ingin lagi ada campur tangan orang tuanya. Dia lah yang akan mengalami masa depannya nanti. Jadi, dia pula yang harus memikirkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 26A

    Taksi yang ditumpangi Rani dan Farhan masuk ke perumahan di wilayah timur Surabaya. Taksi itu berhenti tepat di depan gerbang rumah Rani.“Han, kamu langsung pulang aja, ya. Tidak usah ketemu ayahku. Aku takut mereka masih emosi,” ujar Rani sebelum turun dari taksi. Rani masih mengkhawatirkan kondisi ayah dan ibunya yang kurang menyukai Firman setelah mengetahui bahwa ternyata Firman sudah berkeluarga. Apalagi, Farhan adalah adik Firman. Besar kemungkinan Farhan akan mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari ayahnya juga seperti halnya Firman. “Justru, kalau aku tidak ketemu ayahmu, beliau bakal lebih emosi. Tenang aja. Aku hanya menyapa ayahmu, dan menitipkan keponakanku pada beliau. Habis itu aku pulang. Janji,” kata Farhan sambil menautkan jari telunjuk dan jempolnya, sedangkan ketiga jarinya dibiarkan terbuka. Menurut Farhan, itu adalah adab baginya mengantarkan Rani dan keponakannya ke keluarga Rani. Paling tidak, dia mewakili kakaknya yang kurang memperhatikan Rani. Baga

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 26B

    Ayah Rani merasa ada yang tidak beres dari cara Rani memperlakukan Farhan. Meskipun Ayah Rani tak menyukai Firman, tapi, harga diri tetap harus di jaga. Jangan sampai setelah Rani di cap sebagai pelakor, akan ada cap-cap yang lain. Dia tak ingin putrinya terjerumus ke lubang yang sama. “Rani sudah melayangkan gugatan cerai, Ayah!” tukas Rani kemudian. Ada binar kebahagian sekaligus kelegaan terpancar di wajah Rani nan ayu. Sesak yang selama ini menghimpit, seolah sudah terlepaskan. “Apa?!” kata Ayah dan Ibu Rani serempak, lalu mereka saling berpandangan. Kemudian menatap ke Rani seolah tak percaya. “Kenapa kamu tidak meminta pertimbangan Ayah?” tanya Ayah Rani.Apalagi, Firman justru tidak mengantar Rani dan bayinya ketika pulang ke rumah orang tua nya. Seharusnya, ia mengembalikan putrinya baik-baik, jika sudah tak mampu mengurusnya. Paling tidak mengantarkannya. Bukan alasan sibuk dan sibuk terus. Sungguh tidak ada sopan-santunnya. “Sudahlah, Ayah. Rani tidak bisa mempertahankan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 26 C

    “Farhan, kamu dimana?” Suara Citra dari ujung telpon memekakkan telinga Farhan yang sedang menunggu penerbangan malam itu dari Surabaya menuju Jakarta. Namun begitu, Farhan menyukainya“Ada apa, Sayang? Kamu kangen?” goda Farhan. Meskipun Farhan sadar, sepertinya susah memisahkan Citra dengan Firman, tapi rasa sayangnya ke Citra memang tak bisa begitu saja dihilangkan. Selalu ada getaran aneh saat ia berkomunikasi dengan Citra. Sama seperti dulu saat ia masih kuliah. “Farhan! Aku serius. Kamu lagi sama Rani bukan?” teriak Citra kesal.Citra yakin, pasti Farhan dalang dibalik kekacauan ini. Tak mungkin Rani dengan berani membawa bayi prematur keluar rumah sakit tanpa orang yang menemani. “Ya, aku sedang siap-siap boarding dari Surabaya,” jawab Farhan kemudian. Tak sampai hati dia mempermainkan Citra dengan candaan di kala pujaan hatinya itu sedang serius. Bisa-bisa, Citra akan mendiamkannya sebelum keinginannya tercapai. “Gila kamu, Han, nyulik anak orang nggak bilang-bilang bapakn

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19

Bab terbaru

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   EXTRA PART

    Firman mendorong troly berisi koper miliknya dan juga koper kepunyaan papa dan mamanya. Pagi itu mereka sudah mendarat di bandara Schipol Amsterdam. Jam di bandara masih menunjukkan pukul tujuh pagi waktu Belanda. Ini adalah pertama kalinya Firman menginjakkan kaki di Belanda. Negeri dimana keempat anaknya dan mantan istrinya tinggal. Ada rasa ngilu menjalar di dadanya, bercampur dengan kerinduan. Ngilu mengingat kesalahannya yang berakibat hancurnya keluarga yang sudah sekian tahun dia bina bersama Citra. Hancur karena kesalahannya, terlena dengan kelembutan Citra. Tak dipungkirinya, setahun mereka berpisah, ada rindu yang menggelora dalam jiwanya. Rindu kepada Citra yang tak kan mungkin bisa kembali lagi. Rindu kepada ke empat anaknya, terutama Reva yang mungkin belum pernah merasakan belaian kasih sayangnya. “Man, itu adikmu di sebelah sana,” ujar Mama Firman saat melihat Farhan melambaikan tangan dari arah pintu keluar. Papa dan Mama Firman segera beranjak menghampiri Farha

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 32 B

    “Aku minta maaf atas kejadian tadi,” kata Farhan usai Citra menidurkan anak-anaknya. Farhan mendekati Citra yang sudah duduk di sisi ranjang. Lalu ia duduk disebelahnya. “Kali ini, tolong dengarkan aku, Citra,” tukas Farhan lagi. Dipandanginya wajah istrinya yang tampak masih kecewa. “Han, sampai kapan kamu membenci Rani?” tanya Citra. Citra memang kadang lupa memanggil ‘mas’ ke Farhan, karena memang mereka dulu berteman dan mantan adik iparnya. Tapi, Farhan tak masalah. Citra memang perlu waktu untuk beradaptasi dengan kehidupan barunya setelah sepuluh tahun menganggapnya bukan siapa-siapa. “Aku tidak membenci Rani. Aku tidak suka dengan kelakuannya. Nih lihat!” Farhan mengangsurkan ponselnya ke Citra. Mata Citra membulat sempurna. Di gambar itu terlihat Rani sedang dibantu berjalan oleh Farhan. Tangannya merangkul ke pundak Farhan. Sedang Farhan memeluk pinggang Rani. Dan Rani menggunakan pakaian terbuka. Sangat berbeda dengan tampilan tadi saat berkunjung ke rumah mereka.

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 32 A

    Farhan tidak habis mengerti dengan Citra. Jelas-jelas Rani menunjukkan gelagat yang kurang baik. Tapi, masih bisa-bisanya Citra selalu membelanya. Dalam banyak hal, Citra memang terlalu banyak berprasangka baik ke orang lain. Itu juga yang membuatnya terjatuh saat bersama Firman. Tak pernah sekalipun ada rasa curiga ke suaminya, hingga akhirnya Citra melihat dengan mata kepalanya sendiri kenyataan yang ada. Akhirnya, Farhan harus mengalah. Tak ada gunanya terus menerus berdebat dengan Citra. Ini masalah kecil. Tapi jadi rumit jika tidak segera diatasi. Farhan segera mengambil ponselnya. Lalu memblokir semua akses yang mengarah ke Rani. Tak lupa, ponsel Citra yang biasanya hanya diletakkan di ruang tamu, juga diblokkir aksesnya dengan sahabat istrinya itu. Farhan tak mau ada duri dalam daging dalam keluarganya. ***“Rani?! Sejak kapan kamu di sini?” tanya Citra yang baru pulang menjemput Romi. Dilihatnya Rani sedang berdiri di ambang pintu rumahnya. “Setengah jam yang lalu. Ponselm

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 31 B

    “Ran, kamu turun sini ya. Tinggal lanjut naik kereta ke Amsterdam,” kata Citra saat mobil Farhan minggir di dekat stasiun Den haag. Farhan sama sekali tidak ada niat mengantarkan Rani. Toh dia juga sebenarnya tidak diajak, pikir Farhan. Bahkan, sepanjang perjalanan Farhan tidak berniat mengajak Rani bicara. Mereka sudah pulang dari Paris setelah menghabiskan akhir pekan di negeri Napoleon itu. Bagi Farhan, kehadiran Rani menghancurkan segala rencananya. Namun, tak ada gurat kecewa di wajah Citra. Wanita itu selalu saja merasa baik-baik saja. Bahkan, beberapa kali berusaha menghibur suaminya yang terus saja menunjukkan kekesalannya. Namun, kini Citra harus mengalah saat Farhan memutuskan untuk menurunkan Rani di depan stasiun. Farhan hanya tak mengerti. Sampai sebegitunya Citra harus mengorbankan perasaannya demi sahabatnya. Kadang Farhan berfikir dia tak salah memilih istri. Meski sudah punya empat anak, tapi hatinya bak bidadari. Tapi, kalau sudah berlebihan, dia tak tahan juga. K

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 31 A

    Tok tok tok“Citra!”panggil Rani sambil mengetuk pintu kamar Citra dan Farhan. Hari sudah malam, tapi Rani belum juga dapat memicingkan matanya.“See?” ucap Farhan sambil menatap tajam ke Citra, seolah memberi isyarat bahwa apa mengajak Rani ke Paris adalah keputusan yang keliru. “Maaf,” tukas Citra dengan nada bersalah. Citra segera menyambar kimono tidurnya dan keluar kamar menemui Rani. “Ada apa Ran?” tanya Citra sambil menutup kembali pintu kamarnya. “Temeni aku, dong. Aku nggak bisa tidur,” kata Rani sambil menarik tangan Citra menuju kamarnya.Dulu saat masih SMA Citra dengan Rani memang akrab. Mereka sering menginap bersama dan cerita-cerita sampai mereka mengantuk. “Jadi, aku pengen melupakan masa laluku, Cit. Makanya aku bela-belain kuliah sampai sini. Aku pikir, aku tidak akan bertemu siapapun orang yang pernah kukenal. Taunya, malah ketemu kamu. Dunia sempit, ya!” ujar Rani. Rani lantas melanjutkan ceritanya mengenai studinya. Tentu saja bukan hal yang sulit bagi Rani

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 30C

    “Ayo sayang, kita berangkat sekarang,” kata Farhan sambil menggendong Reva. Lalu ia meletakkan bayi mungil itu ke car seat yang ada di baris ke dua mobilnya. Sedang Rio dan Romi sudah siap di bangku belakang. Tak lama, Rara pun ikut duduk di car seat sebelah Reva. Akhir pekan ini, seperti janji Farhan, dia akan mengajak Citra liburan ke Perancis. Negara yang tak jauh dari Belanda ini. Jarak Paris dari Den haag hanya memakan waktu empat jam perjalanan. Farhan sengaja berangkat pagi-pagi, agar ia dapat mengajak Citra dan anak-anaknya keliling di beberapa tempat tujuan wisata di kota Paris. Besoknya, mereka akan mengajak anak-anak ke Disneyland. “Tunggu!” Baru saja Farhan akan menjalankan mobilnya ketika sebuah panggilan dalam bahasa Indonesia mengagetkan mereka. “Rani?” Farhan dan Citra saling berpandangan. Mengapa Rani sudah berada di sini sepagi ini? Gumam Farhan. Dari mana dia tahu tempat tinggalnya? Apa Citra memberitahukannya? Citra segera keluar dari mobil untuk menghampiri

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 30B

    Setelah mendapatkan nomor Farhan, Rani tak tinggal diam. Berawal hanya menanyakan nama kantor dan alamat kantornya, akhirnya Rani berhasil mengajak Farhan makan siang. "Waktuku nggak banyak, Ran. Kalau kamu mau, kamu harus datang tepat waktu," ujar Farhan setelah beberapa kali menolak ajakan Rani. Tak perlu menyia-nyiakan kesempatan. Rani segera bergegas. Bahkan dia tak peduli kalau usai makan siang ada jadwal kuliah. Toh, selama ini dia belum pernah bolos. Jadi, tak mengapa sesekali absen. Perkara alasan, nanti bisa dicari. Demi agar tidak terlambat, Rani datang duluan. Sedikit banyak dia ingat karakter Farhan yang selalu on time, jutek dan tidak mau ditawar. Cafe yang tak jauh dari kantor Farhan menjadi pilihan. Ada menu halal di sana. Biasanya Farhan hanya makan siang dengan bekal yang disiapkan Citra. Namun, karena dia sudah janji dengan Rani, terpaksa dia harus makan di luar. Rani tersenyum simpul saat melihat Farhan menghampiri. Pria itu terlihat lebih tampan dengan stelan

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 30 A

    Bekerja lembur bukanlah tradisi orang Belanda. Mereka bekerja dengan sangat efisien. Jam lima sore lewat sedikit biasanya mobil-mobil sudah terparkir kembali di depan rumah. Jam enam sore, umumnya orang Belanda sudah selesai makan malam. Jam delapan malam anak-anak di Belanda sudah berangkat tidur.“Citra, apa kamu bersedia jika aku meminta satu anak dari darah dagingku?” bisik Farhan.Citra sudah selesai menidurkan Reva dan Rara. Musim semi di Belanda membuat udara terasa segar. Tidak terlalu gerah tapi juga tidak terlalu dingin. Semilir angin mengintip melalui celah ventilasi yang dibiarkan terbuka. Sangat cocok pagi pasangan untuk memadu kasih. “Jangankan satu, lima pun aku bersedia,” jawab Citra sambil mengerling manja. Mungkin Farhan benar. Cinta Citra akan tumbuh seiring dengan waktu. Beruntung Farhan membawanya ke tempat yang baru. Ke tempat yang dia bisa melupakan kenangan tentang Firman. Ke tempat dimana hanya ada Farhan di sisinya dan mencurahkan segala kasih kepadanya. F

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 29B

    “Makasih ya, sayang. Kamu sudah bersedia menjadi pendamping hidupku. Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat menantimu,” ujar Farhan di antara semilir angin musin semi di kota Den Haag. Dibukanya jendela apartemennya. Tampak dari kejauhan pemandangan wind molen terlihat dari jendela. “Aku yang berterimakasih kepadamu, sudah mau menerima anak-anak,” sahut Citra. Jarum sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Citra segera beranjak untuk menyiapkan sarapan. Tidak seperti di Indonesia yang sarapannya ribet. Di sana, Citra hanya cukup menyiapkan susu sereal, atau roti bakar. Mereka benar-benar memulai hidup baru. Bagi, Farhan menjadi ayah baru dari empat keponakannya tidaklah berat di negeri kincir angin ini. Tidak ada stigma buruk menikah dengan janda punya anak banyak. Di kota itu pun, Citra tidak akan kesepian. Banyak orang Indonesia yang tinggal disini. Citra bisa ikut aktivitas di Masjid Indonesia, atau pengajian warga Indonesia yang ada di Belanda atau pun di KBRI jika mau. Ter

DMCA.com Protection Status