Home / Pernikahan / DILECEHKAN CALON SUAMIKU / KEJADIAN YANG MASI MENEKAN

Share

KEJADIAN YANG MASI MENEKAN

Author: Mata coklat
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aku segera mengambil wudhu untuk salat Dhuha dan istikharah, lalu aku lanjut membaca Al-Qur'an untuk lebih menenangkan hatiku.

Suara Adzan dzuhur pun berkumandang, aku ambil wudhu lagi lalu salat dan lanjut membaca Al-Qur'an lagi.

Tanpa henti terus mencari secercah salju untuk menyejukan hati ini yang terasa gersang.

"Sudah dulu ngajinya, kamu makan dulu," lirih Bunda, aku bahkan tidak menyadari kalau sejak tadi Bunda ada di sampingku.

Kututup kitab suci di depanku, lalu ku peluk Bunda dengan begitu erat, enggan sekali rasanya aku melepaskan pelukan ini.

"Bunda bisa merasakan apa yang sekarang sedang berkecamuk dihati, Zahra. Apa Zahra masih mencintai Farel?"

Masih dalam pelukan aku mengangguk.

"Tapi tidak lebih besar cinta Zahra kepada Allah, kan?"

Aku terus mengangguk hingga tangispun pecah.

"Kamu pasti tahu, kan? Kisah Khadijah binti Khuwalid, Saudah binti Zam'an, Zainab binti Khuzaimah. Mereka adalah wanita pilihan yang dipercaya Allah untuk menerima ujian begitu berat," ucap Bunda, melepaskan pelukanku lalu mengusap airmata yang berlinang.

"Tapi aku tidak sekuat mereka, Bun!"

"Kalau Allah sang maha agung saja percaya akan kemampuanmu, kenapa kamu tidak meyakinkan hati.

"Bun..." kupeluk Bunda sekali lagi.

"Aku pasti bisa. Tanamkan itu dalam dirimu, bukankah saat ini kamu sedang berjalan menuju ridhoNYA"

Aku akan terbang bersama permadani keikhlasan dan membiarkan hembusan takdir yang akan menentukan arahnya.

Entah akan kulabuhkan pada siapa hati ini, sementara pemiliknya dulu telah kembali. Farel, kenapa kamu harus datang?

****

Setelah makan siang selesai, aku disuruh Bunda membeli benang warna putih di toko pak Amin. Jarak antara rumah dan toko tidak terlalu jauh, jadi tidak memakan waktu lama untukku kembali pulang.

Sebuah mobil terparkir di depan rumahku. Mobil siapa?

"Assalamu'alaikum, Bun!" Aku langsung masuk.

"Wa'alaikumsalam," sahut Bunda.

Ada seorang dokter di samping Bunda, sedang memegang tangan beliau untuk memeriksa.

"Hai, Zahra? Aku Siska, Dokter pribadi keluarga almarhumah Pak Handi dan Bu Liliana, orang tua Alvin. Aku disuruh Alvin untuk datang kesini memeriksa keadaan Bu Aminah," sapa Dokter Siska sementara tangannya mulai memasukan peralatan medisnya ke dalam tas.

"Kondisi ibu semuanya baik. Asal jangan telat makan lagi, ya!" Dokter Siska memberi nasehat.

Selesai memeriksa Bunda, Dokter Siska bergegas untuk kembali pulang.

Kamu begitu memperdulikan Bundaku, kak. Sampai-sampai kamu mengirim Dokter kesini. Inikah salah satu cara kamu menyentuh hati ini? Hati yang dulu kamu lukai...

"Coba Bunda tebak apa yang sekarang kamu fikirkan," terka Bunda tersenyum sambil menatapku.

"Apa?" Aku membalas senyuman Bunda.

"Bunda yakin hati kamu sedang memikirkan kebaikan Alvin, kan?"

Ku tundukan kepala, tidak mau Bunda melihat wajah yang sedang dirundung pilu ini.

"Alvin sedang berusaha menjadi hamba yang lebih baik, Ra.

"Bunda lebih setuju kalau aku sama kak Alvin?"

" Memberinya kesempatan, sama seperti membantunya berjalan dijalan Allah. Tidakkah itu baik untuk kamu yang sekarang sedang mencari ridho Allah"

" Tapi Bun,,,"

"Bunda hanya tidak ingin kamu mengingkari janji yang kamu buat sendiri. Kamu sudah menerima Alvin sebagai calon suamimu, kalau kamu sampai berubah fikiran karena hatimu masih mencintai Farel, Bunda tidak bisa membantu kamu mengatakannya pada Alvin, kamu harus mengungkapkannya sendiri, Bunda tidak tega," tegas Bunda. Dan aku sangat mengerti akan maksudnya.

***

Sungguh lelah hati ini, ingin sekali aku mengikuti sang mentari yang sudah mulai meninggalkan siang, menumpahkan cahayanya pada sang rembulan. Namun, sepertinya malam ini rembulanpun enggan nampak, menjadikan malam berkabut awan mewakili perasaanku yang kian mendung.

Gerimis menjelang subuh, menyisakan tetesan embun di pagi hari. Dedaunan begitu segar dipandang mata. Andai hati ini bisa sesejuk itu.

"Kamu jangan pulang terlambat, ya! Hari ini Alvin akan datang bersama ustadz Iman untuk membicarakan pernikahan kalian," ucap bunda mengingatkanku. Pagi ini aku ingin pergi mengajar.

"Iya, Bun!" jawabku, sambil menghabiskan nasi goreng dihadapanku.

Setelah pamit akupun langsung pergi kesekolah Paud tempatku mengajar. Di sana semua muridku sudah menunggu. Melihat kedatanganku mereka berhamburan dari tempat duduk berlari memelukku.

Seperti biasa, bercanda gurau dengan anak-anak adalah hal yang membuatku bisa tertawa lepas saat ini. Hingga tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Aku harus kembali pulang dan bersiap untuk bertemu dengan kak Alvin.

"Clara, Mbak yang biasa jemput kamu belum datang?" Aku menghampiri salah satu muridku yang masih berdiri didepan pintu.

"Iya, Bu!" jawabnya.

Aku pun mengajak Clara duduk di kursi taman tempat para murid biasa bermain.

Kami bernyanyi Asmaul husna sambil menunggu seseorang datang menjemputnya.

"Clara, kamu di sini?" Suara seorang lelaki mendekat ke arah kami. Begitu aku mengengok. Farel? Dia Farel.

"Zahra," ucap Farel seakan tak percaya.

Clara merangkul tubuh Farel minta digendong.

"Maaf ya sayang, paman telat." Farel mendaratkan ciuman dipipi clara.

Ketika aku hendak pergi, Farel meraih tanganku, tetapi aku langsung menepisnya.

"Maaf," lirihnya.

"Zahra, apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?" tanya Farel sekali lagi menghentikan langkahku.

"Nabi Ibrahim sangat mencintai anaknya, Namun beliau tidak berani melawan perintah Allah untuk menyembelih anak kesayangannya itu."

"Tapi aku tidak menyuruhmu melawan perintah Allah, Zahra. Aku hanya meminta kamu untuk mengakui perasaanmu terhadapku dan membatalkan pernikahanmu."

"Aku sedang belajar berdamai dengan hatiku, Rel. Aku tidak mau melawannya lagi dengan menolak jalan takdir yang sudah Allah beri untukku.

"Kamu tahu aku, Ra! Aku bisa melakukan apa saja hanya untuk mendapatkanmu, kamu ingat itu, kan!" teriak Farel, Namun aku terus melangkahkan kakiku .

"Aku mohon, maafkan aku. Assalamu'alaikum!" Aku berlari meninggalkan Farel dan Clara.

Aku memang akan selalu ingat hal-hal bodoh yang pernah Farel lakukan saat mengejar cintaku. Dia nekat meminjam pengeras suara dan menghebohkan seisi sekolah dengan berteriak di tengah lapangan "I love you, Zahra". Atau, ketika kami marahan, dia meminta tolong guru olahraga kami untuk menyuruhku memaafkannya, aku begitu malu, membuatku jadi terkenal dikalangan para guru sebagai julietnya Farel. Kekonyolannya dan perhatiannya itu yang membuatku sulit untuk melupakan Farel.

****

Desiran dihati masih terasa sama, yang dulu aku sebut cinta. Namun, aku juga tidak bisa mengingkari janjiku kepada lelaki pemberi gamis yang saat ini aku kenakan. Ku rias wajah ini sesederhana mungkin, tidak ingin mengundang syahwat seperti dulu aku berdandan.

Aku keluar menuju ruang tamu, ternyata di sana sudah ada kak Alvin dan ustadz Iman.

"Silahkan diminun!" Bunda datang menyuguhkan minuman, kemudian duduk di sampingku.

"Terimakasih sudah mau memakai pemberianku," lirih kak Alvin.

"Iya," jawabku singkat.

"Zahra, apa bersedia kalau pernikahannya dilaksanakan 2 minggu lagi?" tanya Ustadz Imam tanpa basa-basi.

Sesingkat inikah? Aku harus bersanding dengan kak Alvin, apa aku bisa membuang fikiranku tentang Farel hanya dalam waktu 2 minggu, sementara cinta ini telah tersiram kembali setelah sebelumnya kubuat layu.

"Zahra bersedia pak ustadz!" jawab Bunda, memegang tangan yang sedikit gemetar ini.

Aku menoleh ke arah Bunda, melihatnya tersenyum sambil mengangguk meyakinkanku.

"Zahra, mau mahar apa?"

"Wanita yang paling berkah, ialah yang mudah maharnya. Izinkan aku menjadi istri pembawa keberkahan suami dengan tidak mempersulit maharku."

"Alhamdulillah!" seru kak Alvin dan Ustadz Iman berbarengan.

Hari pernikahan sudah ditentukan, semua yang mengurus dari pihak kak Alvin karena akan diselenggarakan di rumahnya.

Sekali lagi aku pasrahkan hidupku padaMU ya Allah, Engkau yang memberiku hidup baru ketika sebuah gunting sengaja aku goreskan tepat dinadiku.

Aku ingin mati saja. Ayah meninggalkanku sendiri dalam kamar setelah memboyong tubuhku dari semak-semak tempat kak Alvin menodaiku, aku dibaringkan di atas ranjang. Melihat ada gunting dimeja, aku nekat untuk mengakhiri hidupku.

Astagfirullah.

Betapa bodohnya aku saat itu.

"Terimakasih ya, Nak! Bunda yakin kalian akan menjadi keluarga yang sakinah," ucap Bunda, selepas kepergian kak Alvin dan Ustad Iman.

Bagaimana aku bisa melakukan kewajibanku sebagai seorang istri, nanti? Apakah kak Alvin bisa menghilangkan rasa takut yang sejatinya kak Alvin lah pembuat takut itu.

Related chapters

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    FAREL YANG TAK INGIN LEPAS DARIKU

    Sudah sebelas hari setelah penentuan pernikahanku. Bunda mulai melarangku untuk sering keluar rumah. Aku pun di minta berhenti mengajar setelah kuceritakan perihal Farel pada Beliau. "Nanti sore Alvin mengundang kita makan malam dirumahnya!""Hanya bertiga?" tanyaku sambil terus memasukan semua baju ke dalam koper untuk nanti pindah ke rumah kak Alvin. "Katanya, akan ada ustadz Iman dan Ustadz Danu beserta istri mereka."Kututup koper yang sudah penuh, lalu duduk di samping Bunda. "kenapa Bunda tidak mau ikut tinggal bersamaku, Kak Alvin kan sudah menawarkan," ucapku memandangi wajah paruh baya yang selama ini sabar membimbingku dalam berhijrah. "Bunda ingin menikmati masa tua, dengan selalu mendekatkan diri pada sang Khaliq. Ntar kalau tinggal bersama kamu, Bunda repot ngajarin kamu masak," canda Bunda, mencubit hidungku. Aku terkekeh, mengeluarkan kristal bening dari mataku. "Boleh aku sering main ke sini?""Kalau Alvin mengizinkan, kapanpun pintu rumah ini selalu terbuka."K

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ANTARA ALFIN DAN FAREL

    Sepanjang perjalanan, benak ini selalu teringat perkataan Farel. Apa benar selama ini ia mencariku? Apa keputusan Ayah dan Bunda mengajakku pindah secara tidak langsung menjauhkanku dari Farel? Namun, kalau saat itu kami tidak pindah, mungkin kak Alvin akan datang sesuai ucapannya yang juga mencariku untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Laju mobil kak Alvin melambat, aku melihat dari balik pintu banyak pengendara lalu lalang ke tengah jalan raya. "Sepertinya habis terjadi kecelakaan," ucap kak Alvin. "Hati-hati, Vin. Banyak orang melintas" "Iya, Bun."Dengan sangat pelan kak Alvin terus melajukan mobilnya. Setelah agak menjauh dari tempat kejadian, Ia pun berkendara dengan kecepatan normal lagi. Selang beberapa menit, kami pun sampai di rumah kak Alvin. Rumah yang begitu besar, berlantai dua, dengan gaya eropa, seperti istana di negri dongeng. Kak Alvin mengajak aku dan Bunda masuk. Di ruang tamu, sudah ada pak Ustadz Iman dan Ustadz Danu beserta istri mereka"Assalamu'al

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    FAREL MENGALAMI KECELAKAAN

    Pagi ini cuaca benar-benar mewakili hatiku. Tidak ada hangatnya sinar mentari, tertutup oleh awan mendung. Mampukah aku menghalau awan hitam itu? Sementara sang mentari saja ikhlas akan takdirnya."Zahra, apa yang sedang kamu pikirkan?" Bunda menghampiriku yang sedang duduk di teras rumah."Tidak ada, Bun," jawabku singkat. Mata Bunda menerawang jauh ke depan. "Rasulullah pernah bersabda. Jika datang melamar kepadamu orang yang engkau ridhoi akan agama dan akhlaknya, maka nikahkan lah dengannya, jika kamu tidak menerima lamarannya niscaya terjadi fitnah dibumi dan kerusakan yang luas."Pandangannya tidak beralih. "Alvin adalah lelaki yang telah menghancurkan hidupmu. Namun, saat dia datang memintamu berjalan bersama untuk mencari ridho Allah, Bunda tidak kuasa menolaknya. Berada di posisimu mungkin sangat berat, karena Bunda yakin, kamu masih mencintai Farel."Di hadapkannya tubuh Bunda ke arahku. "Besok, kamu akan menikah. Apa kamu bisa menjaga kehormatan Bunda dengan menjadi istr

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ALVIN MENEMANIKU MENJENGUK FAREL

    Kami pun langsung melangkah menuju mobil. Kak Alvin menyalakan mobilnya, mengantar aku dan Bunda menjenguk Farel di rumah sakit. "Vin, besok kalian akan menikah. Bunda tidak ingin Zahra terus menyimpan masalalunya sehingga menjadi duri dalam rumah tangga kalian." Bunda memegang tanganku, matanya dilirikan ke arah kak Alvin yang sedang menyetir.Aku pun mengerti maksud Bunda. "Kak, mantan kekasihku mengalami kecelakaan, tadi kakaknya memintaku untuk menemuinya, sekarang kita akan menjenguk."Siiit! Mendadak kak Alvin menghentikan mobilnya. Terlihat kalau ia sangat terkejut dengan perkataanku. "Ma-af," Ia kembali menjalankan mesin mobilnya. "Apa Alvin keberatan dengan permintaan, Bunda? Mengantar Zahra ke rumah sakit?" tanya Bunda. "Tidak, Bun. Bukankah menjenguk orang sakit adalah sunah, apa lagi dia adalah orang yang kita kenal."Bukan hanya kenal, Kak. Dia juga orang yang aku sayan

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ALVIN MENGOPERASI TATONYA

    hari pernikahanpun tiba, sesuai permintaanku tidak ada kemeriahan, hanya beberapa keluarga yang datang" Saya terima nikah dan kawinnya Zahra Nur Aulia binti Khosim dengan maskawin tersebut. Tunai! "" Sah? ""Sah !""Alhamdulillah "Kak Alvin menyematkan cincin di jari manisku, dan untuk pertama kalinya aku memberanikan diri mencium punggung tangannya.Setelah malam itu, tanganku kembali tersentuh olehnya . Dulu disertai rasa takut, sedangkan sekarang dengan menyebut nama Allah terasa nyaman. Dia suamiku.Akan nikah selesai semua tamu berangsur pulang, termaksud Bunda. Hiasan pengantin yang memang tidak terlalu banyak, tidak memakan waktu lama untuk merapikan kembali.Walau tidak ada resepsi atau pesta yang mewah , namun hari ini begitu melelahkan. Aku letih.*****" Kita sholat sunah dulu," Ajak kak Alvin.Kami pun menunaikan sholat 2 rakaat. Setelah selesai sholat kak Alvin membuka baju kokoh

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    BERZIARAH KE MAKAM MAMAH PAPAH,DAN AYAH

    Cahaya mentari pagi sudah mulai masuk melalui cela cela jendela yang sengaja aku buka. Hari ini aku dan kak Alvin berencana berziarah ke makam mamah, papah, dan ayah.Aku membantu kak Alvin mengenakan pakaiannya, nampak jelas kalau dia masih merasa sakit di bagian punggungnya.Sesekali pandangan kami bertemu, menimbulkan rasa canggung dan membuat tanganku gugup kalau harus memasukkan kancing satu persatu kemejanya.Setelah selesai bersiap kami langsung berangkat ke pusara Mamah dan papah terlebih dahulu. Masih dalam kebisuan, di dalam mobil kami seperti orang asing bukan layaknya pasangan suami istri."Zahra,apa hobi kamu?" tanya kak Alvin mengajakku mengobrol." Menulis,kak," jawab ku singkat." Makanan favorit?"" Nasi"Seperti ada yang aneh dengan jawabanku, kak Alvin malah terkekeh. Aku langsung menatapnya."Ma'af" ia menghentikan tawanya. suasana kembali hening. Hingga mobil berhenti di lahan parkir tempat p

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    FAREL MENINGGAL

    " Tadi Aku mampir ke rumah bunda" kak Alvin melepaskan genggaman tangannya." Kata Bunda, Farel tidak bisa di selamatkan"DegDetakan jantungku melemah, tulang tulang di tubuhku seakan copot dari persendian, mata ini tidak bisa menahan untuk terpejam. Semua gelap."Zahra! Bangun Zahrah!"Aroma minyak kayu putih menyengat di hidungku, perlahan ku buka mata ini. Terdengar suara kak Alvin memanggilku." Kak Alvin" lirihku mendudukan tubuh ini yang awalnya terbaring di atas ranjang." Kamu, gak apa apa?" tanya kak Alvin, raut wajahnya begitu panik."Aku baik baik saja,Kak . Maaf" tangisku pun pecah. Ia langsung memelukku yang menundukkan kepala." Maafkan aku, Kak. Ampuni aku!"Sungguh hati ini tidak bisa menahan duka yang sedang menyelimuti. Meski kucoba tegar, namun tidak bisa di pungkiri, perasaanku terhadap Farel masih ada. Ya Allah hina sekali diri ini." Istirahatlah Zahrah""

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ASISTEN ALVIN YANG MENGALAMI KECELAKAAN

    Aku menguatkan hati dan tubuh ini, mengajak Lina mengantarku menuju rumah sakit yang di beritakan di tv, aku ingin memastikan kalau berita itu salah.Berulang kali aku menghubungi ponsel kak Alvin, namun selalu berada di luar jangkauan. Di balik kegelisahan ini, tak henti aku memainkan jemariku memutar tasbih menyebut asmaNYA.Sampai Ba'da Dzuhur mobil belum juga sampai di rumah sakit, akupun memutuskan sholat di masjid pinggir jalan raya." Aku akan lebih belajar menjadi istri yang baik ya Allah. Ku mohon beri aku kesempatan!" Doaku, ku khususkan untuk kak Alvin.Selesai sholat, kami melanjutkan perjalanan.Satu jam kami berkendara akhirnya sampai di rumah sakit.Aku berlarian menuju kamar mayat yang di tunjuk salah satu perawat, ketika aku bertanya tentang korban kecelakaan dengan menggunakan mobil kak Alvin.Setibanya di depan ruangan itu, terlihat ada beberapa polisi, dan kak Alvin? apa dia benar kak Alvin? Ku langkahkan

Latest chapter

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    PARFUM WANITA DI KEMEJA KAK ALVIN

    Kesibukan kak Alvin membuat jarak di antara kami. Dengan susah payah aku menepis jarak ini agar bisa melupakan masa lalu dan membuka lembaran baru dengan kak Alvin. Namun, sudah hampir dua bulan kak Alvin selalu di sibukkan dengan pekerjaannya.Ponselnya selalu berdering hampir setiap saat.Berangkat pagi dan pulang malam, malah kadang sampai dini hari. Mungkin karena dia belum dapat asisten pribadi yang baru. Semua pekerjaan dia yang pegang.Malam ini kak Alvin terlihat sangat letih. ia membuka kemejanya dan langsung merebahkan dirinya di atas ranjang." Udah sholat?"tanyaku, menghampiri."Sudah" jawabnya singkat. Ia memaksakan tubuhnya yang letih untuk menuju ke kamar mandi." Aku mandi dulu yah" ucap kak Alvin meninggalkanku.Sementara kak Alvin mandi, aku memunguti kemejanya yang berserakan. Namun, hidungku seakan mencium bau parfum wanita. Aku pun memastikan sekali lagi dengan mendekatkan hidungku di kemeja kak Alvin.Memang b

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    KESIBUKAN KAK ALVIN

    "Sayang bangun" bisik kak Alvin terdengar di telingaku.Aku mengedipkan mata beberapa kali, rasanya enggan terbuka. Tubuhku masih terasa lemas akibat pertarungan semalam. Bukan pertarungan mencari siapa yang menang atau yang kalah, melainkan awal dari pembuahan cinta kami."Hari ini kita akan datang ke pemakaman Beni" lirihnya, masi berada di atas wajahku. Hembusan nafasnya tercium menyegarkan dengan aroma mint." Bagaimana aku akan bangun, kalau kakak terus berada di atas ku" ucapku tersipu." Maaf!" kak Alvin salah tingkah dan langsung menggeser tubuhnya. Ia pun berdiri kemudian duduk di sofa mengambil Al-Qur'an kecil.Menunggu untuk sholat subuh berjamaah. Sementara itu, aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Waktu subuh sudah mau habis, sepertinya matahari tidak sabar menunjukkan Kilauan cahayanya.Sholat subuh selesai, sarapan pun sudah di habiskan. Kami bergegas menuju tempat Beni di kebumikan.

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ASISTEN ALVIN YANG MENGALAMI KECELAKAAN

    Aku menguatkan hati dan tubuh ini, mengajak Lina mengantarku menuju rumah sakit yang di beritakan di tv, aku ingin memastikan kalau berita itu salah.Berulang kali aku menghubungi ponsel kak Alvin, namun selalu berada di luar jangkauan. Di balik kegelisahan ini, tak henti aku memainkan jemariku memutar tasbih menyebut asmaNYA.Sampai Ba'da Dzuhur mobil belum juga sampai di rumah sakit, akupun memutuskan sholat di masjid pinggir jalan raya." Aku akan lebih belajar menjadi istri yang baik ya Allah. Ku mohon beri aku kesempatan!" Doaku, ku khususkan untuk kak Alvin.Selesai sholat, kami melanjutkan perjalanan.Satu jam kami berkendara akhirnya sampai di rumah sakit.Aku berlarian menuju kamar mayat yang di tunjuk salah satu perawat, ketika aku bertanya tentang korban kecelakaan dengan menggunakan mobil kak Alvin.Setibanya di depan ruangan itu, terlihat ada beberapa polisi, dan kak Alvin? apa dia benar kak Alvin? Ku langkahkan

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    FAREL MENINGGAL

    " Tadi Aku mampir ke rumah bunda" kak Alvin melepaskan genggaman tangannya." Kata Bunda, Farel tidak bisa di selamatkan"DegDetakan jantungku melemah, tulang tulang di tubuhku seakan copot dari persendian, mata ini tidak bisa menahan untuk terpejam. Semua gelap."Zahra! Bangun Zahrah!"Aroma minyak kayu putih menyengat di hidungku, perlahan ku buka mata ini. Terdengar suara kak Alvin memanggilku." Kak Alvin" lirihku mendudukan tubuh ini yang awalnya terbaring di atas ranjang." Kamu, gak apa apa?" tanya kak Alvin, raut wajahnya begitu panik."Aku baik baik saja,Kak . Maaf" tangisku pun pecah. Ia langsung memelukku yang menundukkan kepala." Maafkan aku, Kak. Ampuni aku!"Sungguh hati ini tidak bisa menahan duka yang sedang menyelimuti. Meski kucoba tegar, namun tidak bisa di pungkiri, perasaanku terhadap Farel masih ada. Ya Allah hina sekali diri ini." Istirahatlah Zahrah""

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    BERZIARAH KE MAKAM MAMAH PAPAH,DAN AYAH

    Cahaya mentari pagi sudah mulai masuk melalui cela cela jendela yang sengaja aku buka. Hari ini aku dan kak Alvin berencana berziarah ke makam mamah, papah, dan ayah.Aku membantu kak Alvin mengenakan pakaiannya, nampak jelas kalau dia masih merasa sakit di bagian punggungnya.Sesekali pandangan kami bertemu, menimbulkan rasa canggung dan membuat tanganku gugup kalau harus memasukkan kancing satu persatu kemejanya.Setelah selesai bersiap kami langsung berangkat ke pusara Mamah dan papah terlebih dahulu. Masih dalam kebisuan, di dalam mobil kami seperti orang asing bukan layaknya pasangan suami istri."Zahra,apa hobi kamu?" tanya kak Alvin mengajakku mengobrol." Menulis,kak," jawab ku singkat." Makanan favorit?"" Nasi"Seperti ada yang aneh dengan jawabanku, kak Alvin malah terkekeh. Aku langsung menatapnya."Ma'af" ia menghentikan tawanya. suasana kembali hening. Hingga mobil berhenti di lahan parkir tempat p

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ALVIN MENGOPERASI TATONYA

    hari pernikahanpun tiba, sesuai permintaanku tidak ada kemeriahan, hanya beberapa keluarga yang datang" Saya terima nikah dan kawinnya Zahra Nur Aulia binti Khosim dengan maskawin tersebut. Tunai! "" Sah? ""Sah !""Alhamdulillah "Kak Alvin menyematkan cincin di jari manisku, dan untuk pertama kalinya aku memberanikan diri mencium punggung tangannya.Setelah malam itu, tanganku kembali tersentuh olehnya . Dulu disertai rasa takut, sedangkan sekarang dengan menyebut nama Allah terasa nyaman. Dia suamiku.Akan nikah selesai semua tamu berangsur pulang, termaksud Bunda. Hiasan pengantin yang memang tidak terlalu banyak, tidak memakan waktu lama untuk merapikan kembali.Walau tidak ada resepsi atau pesta yang mewah , namun hari ini begitu melelahkan. Aku letih.*****" Kita sholat sunah dulu," Ajak kak Alvin.Kami pun menunaikan sholat 2 rakaat. Setelah selesai sholat kak Alvin membuka baju kokoh

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ALVIN MENEMANIKU MENJENGUK FAREL

    Kami pun langsung melangkah menuju mobil. Kak Alvin menyalakan mobilnya, mengantar aku dan Bunda menjenguk Farel di rumah sakit. "Vin, besok kalian akan menikah. Bunda tidak ingin Zahra terus menyimpan masalalunya sehingga menjadi duri dalam rumah tangga kalian." Bunda memegang tanganku, matanya dilirikan ke arah kak Alvin yang sedang menyetir.Aku pun mengerti maksud Bunda. "Kak, mantan kekasihku mengalami kecelakaan, tadi kakaknya memintaku untuk menemuinya, sekarang kita akan menjenguk."Siiit! Mendadak kak Alvin menghentikan mobilnya. Terlihat kalau ia sangat terkejut dengan perkataanku. "Ma-af," Ia kembali menjalankan mesin mobilnya. "Apa Alvin keberatan dengan permintaan, Bunda? Mengantar Zahra ke rumah sakit?" tanya Bunda. "Tidak, Bun. Bukankah menjenguk orang sakit adalah sunah, apa lagi dia adalah orang yang kita kenal."Bukan hanya kenal, Kak. Dia juga orang yang aku sayan

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    FAREL MENGALAMI KECELAKAAN

    Pagi ini cuaca benar-benar mewakili hatiku. Tidak ada hangatnya sinar mentari, tertutup oleh awan mendung. Mampukah aku menghalau awan hitam itu? Sementara sang mentari saja ikhlas akan takdirnya."Zahra, apa yang sedang kamu pikirkan?" Bunda menghampiriku yang sedang duduk di teras rumah."Tidak ada, Bun," jawabku singkat. Mata Bunda menerawang jauh ke depan. "Rasulullah pernah bersabda. Jika datang melamar kepadamu orang yang engkau ridhoi akan agama dan akhlaknya, maka nikahkan lah dengannya, jika kamu tidak menerima lamarannya niscaya terjadi fitnah dibumi dan kerusakan yang luas."Pandangannya tidak beralih. "Alvin adalah lelaki yang telah menghancurkan hidupmu. Namun, saat dia datang memintamu berjalan bersama untuk mencari ridho Allah, Bunda tidak kuasa menolaknya. Berada di posisimu mungkin sangat berat, karena Bunda yakin, kamu masih mencintai Farel."Di hadapkannya tubuh Bunda ke arahku. "Besok, kamu akan menikah. Apa kamu bisa menjaga kehormatan Bunda dengan menjadi istr

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ANTARA ALFIN DAN FAREL

    Sepanjang perjalanan, benak ini selalu teringat perkataan Farel. Apa benar selama ini ia mencariku? Apa keputusan Ayah dan Bunda mengajakku pindah secara tidak langsung menjauhkanku dari Farel? Namun, kalau saat itu kami tidak pindah, mungkin kak Alvin akan datang sesuai ucapannya yang juga mencariku untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Laju mobil kak Alvin melambat, aku melihat dari balik pintu banyak pengendara lalu lalang ke tengah jalan raya. "Sepertinya habis terjadi kecelakaan," ucap kak Alvin. "Hati-hati, Vin. Banyak orang melintas" "Iya, Bun."Dengan sangat pelan kak Alvin terus melajukan mobilnya. Setelah agak menjauh dari tempat kejadian, Ia pun berkendara dengan kecepatan normal lagi. Selang beberapa menit, kami pun sampai di rumah kak Alvin. Rumah yang begitu besar, berlantai dua, dengan gaya eropa, seperti istana di negri dongeng. Kak Alvin mengajak aku dan Bunda masuk. Di ruang tamu, sudah ada pak Ustadz Iman dan Ustadz Danu beserta istri mereka"Assalamu'al

DMCA.com Protection Status