Share

Bab 23

“Sania? Mau, kan ke rumah sakit?” tanya Alam lagi.

“Enggak deh, Mas. Ini juga sudah mendingan kok. Benar gak papa.” Sania berbohong, ia hanya berpura-pura dan menahan rasa mualnya.

“Ya sudah, kalau kamu memang sudah baikan. Kita langsung saja ke rumah.” Alam melajukan mobilnya sedikit cepat, agar Sania bisa cepat istirahat di rumahnya.

Sekitar sepuluh menit, mereka sudah sampai di rumah. Alam begitu perhatian pada Sania, ia menggendongnya menuju kamar.

“Istirahat ya, Sayang. Jangan capek-capek. Sebentar lagi kita akan menikah,” ujar Alam.

“Terima kasih, Mas. Kalau boleh tahu sampai kapan pernikahan kita ditunda?” tanya Sania.

“Sekitar dua sampai tiga harian, Sayang. Tidak lama, kok. Mas harap, kamu mengerti, ya?”

“Baik, Mas. Aku gak mau lama-lama. Aku pengen Mas secepatnya nikahi aku,” rengek Sania.

“Iya-iya. Kamu cepat sembuh, ya. Mas langsung pamit saja,” ucapnya, “Bu, Mbak Nita. Saya mau langsung pulang, ya. Kasihan Ibu tidak ada temannya.”

“Iya, Nak Alam. Terima kasih sudah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status