Jemima membuka kedua matanya, tadinya dia ingin tidur, tapi saat mendengar kata ‘nenek’ wanita itu terkejut. “Nenek?” Julian mengangguk. “Dia pasti akan senang jika istriku adalah seorang wanita yang baik sepertimu,” ujar Julian. “Benarkah? Kamu memiliki nenek? Dimana dia tinggal? Kenapa tidak segera kita temui?” bibir Jemima nyerocos, pertanyaan demi pertanyaan dikeluarkannya secara bersamaan. “Hey, sabar.” Jemima mengusap keningnya yang terasa berkeringat, dia sangat antusias saat mendengar bahwa Julian memiliki keluarga. “Kenapa?” tanya Julian saat melihat wajah Jemima mendadak murung. “Hey, ada apa?” tanya Julian lagi sambil mengusap pipi Jemima karena wanita itu mulai menangis. Karena malu Jemima menutupi wajahnya, Julian khawatir dengan keadaan itu. Dia segera bangun dan menyambar kimononya. “Apa yang terjadi? Apa kamu merasa sakit? Dimana yang sakit?” tanya Julian, dia tampak bersiap jika seandainya harus membawa Jemima ke rumah sakit. Jemima yang sedang menangis memb
“Ayo,” ajak Julian saat dia selesai merapikan diri.“Eh, kita belum makan,” balas Jemima.“Aku kan sudah nyuruh kamu makan duluan, lalu apa yang kamu lakukan dari tadi?” tanya Julian, wajahnya tampak marah.Melihat wajah dingin itu, Jemima jadi kesal, nafsu makannya hilang seketika. Dia meraih tas yang akan dibawanya pergi ke Redapple.“Tidak usah mengantarku, aku pergi sendiri,” kata Jemima sambil membuka pintu dan keluar lebih dulu dalam keadaan kesal.Julian bingung sekaligus kecewa, lagi-lagi perpisahannya dengan Jemima diakhiri dengan situasi yang membingungkan. Saat Julian terduduk diam, tiba-tiba Jemima kembali datang.“Apa sih salahku?” tanyanya sambil melempar tas yang dibawanya ke atas sofa.“Apa maksudmu, Jemima?”“Justru seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu marah padaku?” cecar Jemima.Julian terdiam, dia juga bingung bagaimana menjelaskan tentang perasaannya hingga dia bersikap demikian.“Kenapa diam? Apa yang salah dengan pertanyaanku?” tanya Jemima lagi.“Apa kamu
Jemima dibuat tak berdaya, kali ini Julian melakukannya dengan posisi berbeda dan dia merasakan kepuasan yang tiada tara.“Ayo Jemima jangan takut, bebaskan pikiranmu, jangan meragukan kemampuanku.”“Ah, Julian, aku__”“Menjeritlah, panggil namaku, Jemima.”“Julian, Julian__”Jemima terus mendesah saat Julian menghentakan tubuhnya, hingga tubuh Jemima terjatuh dan kini mereka berada di atas lantai dengan penuh cipratan keringat.“Julian, aku, aku__”Melihat reaksi tubuh Jemima dengan puting yang menegang serta klitorisnya yang terasa menonjol membentur ujung juniornya, Julian segera mempercepat ritme gerakannya, saat tubuh Jemima melengking, saat itu juga Julian mencabut juniornya dan segera menyedot area pribadi Jemima hingga tubuh Jemima melengking hebat dengan napas yang terengah-engah dia merasakan puncak kepuasan yang tiada tara meskipun itu semua belum usai saat Julian membalikkan tubuhnya dan menyodoknya dari belakang, dia kembali mendesah-desah sambil memanggil nama Julian.“R
Kedua orang yang disapa sekaligus orang yang tadinya akan diserang oleh Victor karena telah menyerobot masuk serta menyinggungnya dengan menabrak pundaknya secara sengaja itu menoleh ke arahnya. Si perempuan langsung tersenyum senang, sementara si pria tampak terganggu sambil tersenyum sinis. Dan Julian ada dalam posisi yang merasa sial, seharusnya Victor tak menyapa kedua orang itu, Julian memilih menyelinap dan lebih dulu masuk.“Victor? Senang bertemu denganmu__”“Ow maaf, aku tak merasakan hal yang sama denganmu. Sarah Anthony,” potong Victor sambil menjauh dan menolak pelukan dari Sarah.“Piuh! Sombong kau Victor,” balas Sarah Sinis. Meskipun sebenarnya wanita itu malu karena sikapnya yang ramah dibalas perlakuan tak mengenakkan dari Victor.“Lalu kenapa kau memanggil kami?” tanya Hector menyahuti.Victor membalas Sarah dengan kedikkan pundak, lalu menatap sinis ke arah Hector; “Ow, tadinya aku akan memberitahu kalian kalau kalian tidak bisa seenaknya menerobos dan menabrak punda
Sarah merangkul tangan Hektor dan bersikap manja seakan meminta sesuatu, dia tampak memelas dan Hektor pun merasa telah diinjak harga dirinya, di kota tersebut apa yang menjadi keinginannya biasanya selalu didapatkannya. Hanya saja hari ini dia merasa sial karena bertemu dengan Victor, pria yang selalu menjadi saingannya. “Hey pelayan! Siapa yang berani mendahuluiku masuk ke dalam butik ini?” tanya Hektor sambil mencegah pelayan tadi menutup pintu. “Maaf Tuan, saya tidak bisa membocorkan rahasianya__” “Halah, jangan banyak alasan. Bilang saja kalau dia, Victor Flaming.” “Bukan, Tuan,” balas pelayan tersebut. Sarah dan Hektor saling bertukar pandang, “lalu kenapa kunyuk itu masuk ke dalam?” tanya Hektor, kunyuk yang dia maksud tentu saja adalah Victor. “Soalnya yang membooking adalah temannya tuan Victor,” jawab pelayan tersebut. “Siapa dia, awas kau!” seru Hektor sambil mendorong pelayan barusan dan menerobos masuk, baik pelayan tersebut maupun para penjaga pintu butik tersebut
Terlihat mulai banyak penonton yang menggemari akun Hektor dan mereka senang terutama para wanita saat pria itu melakukan live streaming. Mereka mulai mengomentari siapa yang berada di dalam butik bersama pasangan terpopuler saat ini.(Wah, kalian sangat penasaran. Baiklah aku akan memperlihatkannya,) kata Hektor sambil bersiap-siap menekan layar kamera.(Tara… dia adalah Victor Flaming.) Kata Hektor sambil memperihatkan penampakan Victor yang tengah duduk santai ke kamera.Para penggemar Hektor tampak senang dan mengomentari ketampanan Viktor, mereka juga tak segan menggoda pria itu lewat komentar-komentarnya yang genit hingga tak senonoh.(Wah, ternyata banyak penggemarku yang menyukaimu, ayo dong lambaikan tanganmu dan sapa mereka.) Pinta Hektor sambil ngezoom wajah Victor.Mendengar itu Victor hanya menyunggingkan senyumnya tanpa mau banyak bertingkah.(Ada apa? Apa Victor Flaiming sekalem ini jika berhadapan dengan para wanita?) Ejek Hektor.(Wah, ada yang komen kalau dia mau men
“Mereka semua akhirnya pergi,” ucap Victor.“Ya, bagus. Tinggalkan orang kaya baru ini sejauh mungkin,” tambahnya.“TIDAK! JANGAN!” terdengar teriakan Hektor saat Victor menyuruh para penggemarnya meninggalkannya.Victor membalas dengan tawa mengejek sambil melemparkan ponsel Hektor ke arahnya hingga mengenai dada pria itu. Hektor segera melihat kamera ponselnya, follower yang sudah dikumpulkannya selama bertahun-tahun, kini benar-benar hanya tinggal beberapa orang saja, dan itu tentu saja cuma tersisa Sarah dan beberapa saudaranya.“Cih! Memalukan, dasar orang kaya baru.” Ejek Victor lagi.“Apa yang kau lakukan, Victor?!” teriak Hektor sambil memperlihatkan followernya.“Ah, orang yang masih mengikutimu pasti orang bodoh, atau… dia tidak tahu ultimatum dariku karena tidak tertarik melihat live streamingmu,” ejek Victor.Hektor yang tak terima, kali ini emosinya benar-benar meledak. Dia menghampiri Victor dan saat Victor lengah, dia segera melayangkan tinju pada wajahnya, para pelayan
Sarah berjalan mendekat ke arah Dante, air matanya terlihat berlinang dan pastinya drama pun akan segera dimulai.“Aku menyesali perbuatanku, maafkan aku Dante,” kata Sarah dengan wajah memelas. Berharap pria itu akan kembali padanya, dan dia seyakin itu kalau Dante masih mencintainya.Melihat sikap Sarah yang berubah, Dante yang sudah tahu sifatnya itu segera berbicara pada Victor.“Hmp, Vic ayo kita kembali, kamu bayar semua kerusakan butik dan baju-bajuku.” Kata Dante.“Oke,” jawab Victor padahal tadinya dia merasa keberatan. Tapi setelah dia melihat gelagat Sarah, dia tahu maksud Dante.“Tunggu, bagaimana denganku? Apa kau memaafkanku, sayang?” tanya Sarah. Dan perkataannya barusan benar-benar membuat semua yang mendengarnya merasa muak, ada dari beberapa pelayan yang terlihat seperti akan mau muntah saja.“Ah iya, aku sampai melupakanmu Sayang,” balas Dante dan itu terdengar mengejek.“Tapi kamu kan sudah bertunangan dengan pria itu, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikhl