Desahan Ibu SambungBab 44Aku menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Merasa paru-paru maupun napas ini tidak bisa menghirup oksigen sebagaimana mestinya. Entah mimpi apa aku semalam yang pasti hari ini aku akan membuat sebuah keputusan. Keputusan besar yang akan merubah hidupku kelak. Keputusan yang akan aku pertanggungjawabkan pada Tuhan kelak. Keputusan yang harus aku ambil tanpa adanya paksaan maupun belas kasih. Tulus dari dalam hati.Aku menatap nanar Damar maupun Reza, kedua laki-laki itu baik. Mereka memiliki kelebihan masing-masing. Aku memiliki satu nama, nama diantara mereka yang mampu membuat hatiku sedikit terusik. Pandanganku kini berpindah pada Gladis, putri Reza. Parasnya begitu menawan mungkin mirip dengan Ibunya. "Tan, aku nggak mau kamu terbebani. Jika memang dia yang kau pilih. Tak masalah, aku mundur. Kebahagiaanmu jauh lebih penting," ucap Damar ketika mataku terus saja menatap Reza.Aku mengarahkan pandanganku ke arah laki-laki itu. Laki-laki yang pernah membay
BAB 1 Terdengar suara aneh dari kamar atas, tepatnya kamar Ibu sambungku. Niatku ingin mengambil minum, sengaja aku urungkan. Suara aneh itu justru menarik perhatianku. Segera aku melangkah naik ke kamar atas, memastikan beliau baik-baik saja. Namun lagi-lagi, ada rasa takut dan juga gugup. Hingga membuat kakiku sedikit gemetar. Pikiran negatif meracuni pikiranku. Entah karena aku terlalu sering membaca novel-novel yang akhir-akhir ini sedang naik daun, atau pikiranku lah yang terlalu lebay. Aku kembali menuruni tangga. Karena tidak mau melihat sesuatu yang menurutku bukan ranahku. Apalagi Ayah ada dirumah. Tak baik buat kesehatan jika melihat adegan panas orang dewasa. Lagi-lagi aku menghentikan langkahku ketika indera pendengaran ini kembali mendengar sesuatu. "Naik enggak ya?" gumamku pelan. Bertanya pada diri sendiri karena memang tidak ada siapapun disini kecuali aku. Aku Tania Baskoro, putri dari Anton Baskoro. Pemilik Showroom mobil yang cukup terkenal di kota ini.
CINTA IBU SAMBUNGBAB 2TulingSatu pesan diterima. Aku menatap layar ponsel lalu menggeser aplikasi berwarna hijau. Benar saja, aku mendapatkan gambar-gambar ibu sambungku bersama seorang laki-laki. Tapi siapa laki-laki itu? Tapi tunggu sebentar, nomor siapa ini? Nomor yang tidak tersimpan dalam kontakku. Segera aku menghubungi nomor tersebut. Namun sayang, sudah tidak tersambung. "Siapa orang ini?" gumamku pelan. Tok … tok … tokTerdengar suara ketukan pintu, membuatku meletakan benda pipih itu di meja. "Masuk!""Sibuk ya?" tanya wanita berhijab setelah terlihat menyembulkan kepalanya."Enggak, masuk aja!" Wanita itu kemudian masuk dan segera duduk di sofa yang disediakan untuk tamu. "Kenapa?" tanya Karin, teman dekatku. Setelah melihatku sedikit tak bersemangat."Lihat deh, ini!" Aku menyodorkan ponsel kepadanya."Ini kan Ibu sambung kamu? Sama cowok? Siapa? Fotonya keknya di sengaja muka cowoknya nggak kelihatan. Pasti yang ngirim ini pengen buat kamu penasaran. Tapi bentar d
CINTA IBU SAMBUNGBAB 3"Buka pintunya, Alma! Apa yang kamu lakukan di dalam?" Aku kembali berteriak. Meneriaki wanita yang ada di dalam ruangan itu. Tangan tak hentinya menggedor pintu cukup kuat.Ceklek"Berisik banget! Tania, kamu ini apa-apaan sih? Sudah malam," ucap Alma sembari membenarkan cardigan piyama yang sedikit terbuka."Kamu lagi ngapain? Sama siapa?" Aku langsung masuk begitu saja tanpa permisi. Langsung mencari ke penjuru ruangan. Mencari sosok pria yang selalu menghabiskan malam dengan Alma.Namun sayang, tak ada seorang pun disana."Eh, kamu nyari siapa? Nggak ada siapa-siapa!" Alma terlihat tersenyum miring melihat kebodohanku. Seharusnya aku tidak bersikap kasar. Aku harus bersikap lembut agar bisa menemukan bukti-bukti itu. Bod*h, kamu bod*h Tania. Aku terus saja merutuki diriku sendiri dalam hati. Jika seperti ini tidak akan pernah aku mendapatkan bukti itu."Awas, kalau kamu mengkhianati Ayah! Aku akan menjadi orang pertama yang akan memberimu pelajaran!""Ow y
CINTA IBU SAMBUNGBAB 4Kami segera masuk ke dalam mobil. Mas Satria sesekali menatapku lalu tersenyum. Dia sosok yang baik. Tidak ada gelagat aneh maupun sikapnya yang mencurigakan. Perhatian dan juga sikapnya yang lembut selalu ia tunjukan kepadaku. Hanya saja, dia sedikit kecewa karena aku meminta menunda pernikahan.Bukan karena tidak percaya atau tidak lagi cinta. Namun entah mengapa, mendekati hari pernikahan seolah aku ragu. Ragu akan keputusanku menikah dengannya. Tapi karena apa? Hah, benar-benar membuatku dilema. "Kamu sakit?" Pertanyaan Mas Satriya membuyarkan lamunanku."Enggak kok, Mas. Mama sehat kan?""Iya, Alhamdulilah, sehat. Mama mau ketemu kita juga mau membicarakan soal pernikahan.""Memangnya Mas Satriya nggak ngomong sama Mama soal kemarin?""Sayang, mana mungkin Mas bilang sama Mama. Kan kamu tahu sendiri gimana Mama, dia kan pengen nimang cucu dari kita. Kalau Mas bicara tentang itu. Aku takut Mama kecewa. Kamu ngerti kan?""Ya sudah kalau begitu, terserah kam
DESAHAN IBU SAMBUNGBab 5POV AuthorJuminten namanya, biasa dipanggil Mbok Jum. Sudah cukup lama ia mengabdi pada keluarga Anton Baskoro. Sejak mendiang Melani masih hidup. Dia sudah bekerja di rumah itu. Menjadi orang kepercayaan Melani, mengurus semua keperluan keluarga. Dari mengurus kebutuhan makan hingga berbelanja bulanan. Ia serahkan pada Juminten.Juminten janda beranda empat. Anak pertamanya sudah menikah, anak kedua juga sudah berumah tangga. Anak ketiga lulus sarjana. Sedangkan anak ke empat masih sekolah SMA. Semua uang yang didapatkan dari bekerja di rumah Anton ia gunakan untuk menyekolahkan anaknya. Hingga semua kini hidup layak."Nih, Kang, kopinya. Ada pisang goreng juga, lumayan buat mengganjal perut," ucap Juminten sembari menyodorkan nampan berisi kopi dan juga pisang goreng."Wah, enak ini. Enak bener kerjaan kita ya, Yu? Nunggu rumah, bisa ngopi begini makan enak. Wah, bener-bener nikmat!"Srutt ah …Udin menyeruput kopi dengan nikmat. Matanya kedap-kedip menikm
DESAHAN IBU SAMBUNG BAB 6 "Maafkan, Udin Mbak. Udin salah!" "Ya sudahlah, kalian bisa pergi." Tania menangis tergugu. Tidak pernah ia rasakan kecewa yang begitu teramat sakit saat ini. "Nia, sudahlah. Jangan bersedih, lelaki tak hanya Satria. Masih banyak lelaki yang lain. Dia tidak pantas kau tangisi. Kalau perlu beri dia pelajaran. Kasih dia kenang-kenangan yang nggak bakal dia lupain." Tania mendongak ke arah Karin, ada benarnya juga ucapan Karin. Segera Tania memasang cctv pada kamar Alma. Memasang pada tempat yang sulit dilihat mata. Namun masih bisa melihat keadaan sekitar. Tania segera kembali ke kamar, membereskan semua bungkus dan kertas lalu membuangnya di tempat sampah. Segera ia meraih benda pipih yang tergeletak di sisi ranjang. Menguji gambar juga jangkauan cctv yang telah ia pasang. "Berarti bener dong, kalau Satria main serong sama Alma? Gila ya, Ibu sambung kamu itu!" "Nggak usah dibahas lagi," pinta Tania pada Karin. Hatinya sedang tak baik-baik saja. De
DESAHAN IBU SAMBUNG BAB 7 "Udin … Kang Udin lemes, katanya dadanya sesak. Nggak bisa napas, wajahnya dah pucet, Mbak," ucap Simbok dengan terbata. Aku yang sedari tadi masih memegang sendok segera melepasnya dengan kasar. Lalu berlari menuju belakang. Semua orang tak kalah terkejut. Mendapati sopir keluarga ini tergeletak di lantai dekat dapur kotor di belakang. "Haduh, apa-apaan ini, Sayang. Udin keracunan?" Alma, wanita itu histeris dan terlihat heboh sendiri. Entah karena apa Pak Udin bisa keracunan, mulutnya sudah keluar busa. Sedangkan wajahnya sudah pucat pasi. Aku segera memeriksa detak nadinya maupun napasnya. Alhamdulilah, masih ada. Segera Ayah bergegas membawa Pak Udin ke rumah sakit. Makan malam yang bertujuan membahas pernikahanku. Berakhir secara tragis, tak terduga. Pak Udin terlihat membaik setelah ditangani dokter IGD. Wajahnya sedikit berubah dan juga nafasnya sudah kembali normal. Aku dan juga Ayah masih setia berdiri menatap Pak Udin yang masih tergeletak