DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 19"Ow jadi ini pemilik butik ini?" sahut laki-laki itu yang terlihat begitu marah."Iya, saya sendiri. Kenapa ya, Mas?" tanya Tania, alisnya saling bertautan. Kebingungan mendapati laki-laki itu sudah merah padam.***"Adik saya kemarin pesan baju disini, karena pernikahannya gagal jadi saya minta mengembalikan uang muka. Tapi Mbaknya ini bilang uang muka sudah tidak bisa di ambil!""Maaf, Mas. Tapi memang seperti itu aturannya, kita akan meminta uang muka untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Contohnya seperti ini, uang muka yang sudah masuk pada kami tidak bisa di kembalikan. Memangnya kapan seharusnya baju itu jadi, Mbak? Tolong kamu cek!" Tania terlihat meminta salah satu karyawan nya memeriksa kapan seharusnya baju itu selesai."Minggu depan, Mbak Tania.""Ok, terima kasih. Mas dengar sendiri kan, bahwa baju yang Adik Anda pesan sudah hampir selesai. Jika Anda membatalkan sepihak seperti ini dan secara mendadak, bagaimana dengan kerugian saya? Sia
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 20"Ada apa, Kang?" tanya Juminten, wanita itu mengejar Udin setelah mematikan semua kompor nya."I-itu, Yu." jawab Udin dengan terbata-bata.***"Haduh, Kang. Kacanya pecah, gimana ini?" tanya Juminten sembari meremas kain lap yang sedari tadi dibawanya."Mana saya tahu, Yu? Sepertinya dilempar batu." Udin segera berlari keluar pagar, berharap masih bisa melihat siapa pelakunya. Namun sayang, tidak ada satu orang pun yang terlihat di jalanan."Ini kita diteror namanya! Seperti yang ada di sinetron-sinetron ikan terbang!""Hust, ngawur kamu itu, Kang. Jangan bikin saya takut!" "Ada apa ini?" Tiba-tiba Sukma datang dari dalam rumah. Seketika dua orang itu menoleh ke arahnya."Ini, Nyonya. Ada yang melempar batu. Kena kaca," jawab Udin sembari terus saja memandangi kaca yang berserakan."Lha itu apa ya?" Udin menghampiri, berniat mengambil sesuatu yang dilihatnya seperti batu yang dibungkus kertas. Namun alangkah terkejutnya Udin, ketika Sukma langsung menyahut
CINTA IBU SAMBUNGBAB 21Semua yang ada pada meja makan diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing, hanya terdengar sendok dan garpu saling beradu. Sesekali aku melirik ke arah Ayah, lalu Alma berganti dengan Tante Sukma. Benarkah setelah malam ini semuanya akan berubah? Apakah Ayah akan kembali pada wanita itu? Ah, rasanya rumah ini akan kembali seperti dulu. Aku menghela napas panjang lalu membuangnya perlahan. Meletakan sendok dan garpu diatas piring kosong. Meneguk air putih yang sudah disiapkan Simbok. "Sup nya masih banyak, kamu nggak nambah, Tania? Itu kan makanan kesukaan kamu!" tanya Alma. Membuat aku mengarahkan pandangan kepadanya. Ada rasa malas untuk menjawab. Namun Ayah menatapku, memberi isyarat bahwa aku harus menjawab pertanyaan wanita itu."Sudah kenyang!" jawabku apa adanya."Sok baik!" sahut Tante Sukma dengan nada sedikit ketus. Aku tahu itu ucapan yang sengaja ia tujukan pada Alma. Karena selama ini Alma jauh dari kata baik, perubahannya yang begitu cepat. Justr
CINTA IBU SAMBUNGBAB 22Duar Mata Alma membulat sempurna ketika mendengar ucapan Sukma baru saja. Meskipun berulang kali Alma di hina. Namun kali ini Tante Sukma mengatakannya dengan suara cukup keras. Membuat mata Alma berkaca-kaca. "Maafkan, Ibu. Tania,""Ibu? Yah?" Kini pandanganku beralih pada lelaki yang bergelar kepala keluarga itu. ****Ayah terlihat menghela napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Ketakutan terbesarku adalah ketika nanti beliau mengatakan bahwa Alma akan kembali lagi ke rumah ini. Aku tidak bisa menerima itu, meskipun pada kenyataannya nanti aku akan dipaksa menerimanya. Wanita itu entah terbuat dari apa hatinya, hingga kurasa tidak lagi memiliki rasa malu sedikit pun. Setelah apa yang ia lakukan padaku. Jika itu terjadi, berarti Ayah benar-benar sudah tidak peduli dengan hatiku. Hatiku yang masih sakit ketika melihat wajah perempuan itu.Ah, meskipun Mas Satria kini bukan lagi calon suamiku. Namun tetap saja, dia laki-laki yang pernah mengisi hari-h
CINTA IBU SAMBUNGBAB 23"Semua itu tergantung dari masing-masing. Kalau dia memang berubah, kenapa nggak dikasih kesempatan?" Tiba-tiba suara laki-laki itu menyela. Membuatku dan juga Karin seketika menoleh ke sumber suara.****Aku tersenyum lalu kembali duduk di kursi."Memaafkan bukan berarti memberi kesempatan kedua. Berpisah belum tentu membenci. Jadi kalau memang sudah terlanjur sakit kenapa harus menerima kembali? Bisa jadi akan mengalami sakit yang sama!" ucapku sedikit ketus. Bukan berarti marah, hanya saja mendengar ucapan lelaki itu membuatku sedikit berasap."Kalau tidak dicoba, kita mana tahu apa yang terjadi?"Tanpa menjawab lagi ucapannya. Aku melipat tangan di depan dada. Tersenyum sinis dan membuang muka ke samping. Lelaki itu semua sama saja."Rin, saya pamit ya. Terima kasih lho sudah mau di repotin.""Iya, nggak papa. Sama-sama," jawab Karin sembari mendekat dengan lelaki itu. Bersalaman lalu memberikan senyuman. Sedangkan aku? Aku masih setia duduk di kursi. Hin
CINTA IBU SAMBUNGBAB 24POV TaniaJam menunjukan pukul tujuh malam. Aku keluar kamar setelah selesai membersihkan diri. Hari ini begitu sibuk, hingga membuatku sedikit merasa lelah. Maka dari itu aku memutuskan untuk pulang ke rumah sebelum magrib. Aku menyapu seluruh ruangan, mencari keberadaan Ayah namun tidak juga aku temui sosoknya."Mbok, ayah mana?" tanyaku pada Simbok yang tengah menyapu lantai. Simbok menghentikan aktivitasnya lalu mengalihkan pandangannya ke arahku. "Tadi Simbok buatkan kopi di meja depan. Kali saja, Mbak. Bapak masih di depan." "Ya sudah, terima kasih. Aku coba kesana!" Aku segera bergegas menuju teras. Mungkin Ayah sedang menikmati udara malam. Masalah yang akhir-akhir ini datang silih berganti membuat suasana di rumah ini menjadi sedikit tegang.Kudapati lelaki tua itu tengah duduk sedang memainkan benda pipih miliknya. Matanya terus saja fokus ke layar."Yah," ucapku pelan. Membuat Ayah mendongak, netra kami saling bersirobak. "Apa, Tania?" tanya Ayah
CINTA IBU SAMBUNGBAB 25"Bye … bye … Alma …." sahut Sukma sembari melambaikan tangan ke arah Alma. Tania pun menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi. Ada perasaan lega yang kini dirasakan. ****POV Alma."Sialan, wanita tua itu benar-benar minta di beri pelajaran!" Aku terus saja mencaci Sukma selama diperjalanan. Kini tanganku sibuk mengotak-atik benda pipih di tangan. "Jemput sekarang!" Aku berteriak pada seseorang yang ada di seberang telepon. Segera aku keluar dari pekarangan rumah milik Tania. Berjalan dengan langkah kasar dan terus saja merutuki kebodohanku dalam hati. Aku tertipu dengan mulut manis Sukma. Berjanji tidak akan membocorkan kepada siapapun dan berjanji akan menghapus foto yang kemarin dia ambil di restoran. Namun sayang, Sukma tidak menepati janjinya. Dia justru memberikan semua foto dan video itu pada Tania. Membuat Tania melapor pada Ayahnya. Hingga Anton kembali murka, dan mengurungkan niatnya kembali denganku.Padahal semua ini sudah aku rencanakan dengan matan
CINTA IBU SAMBUNGBAB 26"Ya sudah kalau begitu, biar Tania yang lihat." Aku segera keluar kamar. Mencari tahu siapa yang datang bertamu.Ketika aku sudah berada di luar, betapa terkejutnya aku ketika mendapati dua orang laki-laki yang berwajah garang."Kalian siapa?"******POV authorSukma berjalan cepat menuju ruangan milik Anton di showroom. Wajahnya terlihat lesu tidak bersemangat. Entah apa yang sedang menimpah wanita yang tidak muda lagi itu. Penampilannya kali ini cukup berbeda. Dengan pakaian seadanya tanpa make up dan hanya mengenakan sandal jepit. Sukma justru terlihat seperti gelandangan. Hanya saja warna kulitnya putih bersih."Maaf, Ibu mau mencari siapa?" tanya salah satu karyawan yang tidak bisa mengenali siapa wanita itu."Heh, kamu itu tidak tahu siapa saya? Saya ini adik iparnya pemilik showroom ini. Jadi jangan halangi saya untuk masuk ke dalam!" Sukma terlihat berkacak pinggang sembari matanya melotot seakan ingin keluar."Maaf, Bu. Tapi saya tidak percaya dengan