DESAHAN IBU SAMBUNGBab 27Deru mobil milik Anton terdengar berhenti di halaman rumah. Tepat di hadapan kedua laki-laki itu. Keduanya masih menatap nyalang ke arah Anton, berharap lelaki itu akan segera melunasi hutang. "Cepat kalian pergi dari rumah saya, saya tidak ada urusannya dengan Anda," ucap Anton lantang. Dia menatap tajam kearah kedua lelaki itu bergantian. Yang ada di benak Anton saat ini adalah mengusirnya dan memastikan Tania baik-baik saja."Kamu nggak papa kan, Sayang?" tanya Anton sembari mengusap lengan Tania. "Nggak papa, Yah. Ayah nggak punya hutang kan dengan mereka?" tanya Tania penuh kekhawatiran. Benar saja, jika Anton benar-benar memiliki hutang. Mau tidak mau dia harus membayarnya jika dia tidak memiliki uang, harta benda miliknya saat ini akan menjadi jaminannya. "Ayah berani bersumpah, Ayah tidak memiliki hutang pada mereka. Ini semua pasti ulah Sukma. Dia tadi pagi sudah datang ke kantor. Meminta sejumlah uang namun Ayah tolak. Ini tidak bisa dibiarkan,
CINTA IBU SAMBUNGBAB 28Anton dan juga Tania pun menjawab salam bersamaan. Mereka masih setia berdiri menatap kepergian mobil Reza yang semakin menjauh."Ayah pikir kamu bawa calon suami, Tan. Eh, malah bawa suami orang!"*****"Mas Reza itu duda, Ayah. Bukan suami orang!" jawab Tania sembari berlalu. Anton yang mendengar kata duda langsung mengejar anak semata wayangnya. "Apa duda? Jadi kamu sekarang lebih suka duda?" tanya lelaki itu dengan serius."Ya Allah, Ayah. Mas Reza itu cuma teman, nggak lebih. Tania belum kepikiran sampai kesitu!""Walaupun dia duda, yang penting baik dan juga tanggung jawabkan, Tan. Mau nyari lelaki yang seperti apa kamu itu?""Ayah, Tania belum kepikiran aja. Lagian pengalaman Tania sama Satria kemarin cukup memberi pelajaran. Agar Tania tidak gegabah dalam memilih jodoh! Udah, Tania mau mandi dulu!""Ok. Cuma Ayah mau pesan kalau udah ada calonnya jangan lupa kenalin sama Ayah.""Iya," jawab Tania singkat. Segera Tania merebahkan tubuhnya di ranjang. T
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 29Sebelum Satria benar-benar pergi meninggalkan rumah Tania. Lelaki itu melihat Anton keluar dari rumah, satria pun tanpa melewatkan kesempatan, dia lantas langsung menghampiri mantan calon mertua itu."Om Anton," panggil Satria dengan senyum sumringah. Mencium tangan Anton dengan takzim."Selamat pagi, Om.""Pagi, ada urusan apa lagi kamu kesini?"****"Saya mau minta maaf, Om. Saya minta maaf untuk kesalahan saya, saya khilaf.""Saya sudah maafkan.""Terima kasih banyak, Om." Mata Satria seketika berbinar setelah mendengar ucapan Anton baru saja. "Om, beri saya kesempatan kedua untuk membahagiakan Tania, Om." Satria kembali berbicara ketika Anton hendak masuk kedalam mobil.Kini pandangan lelaki itu tertuju pada Satria lalu beralih pada Tania yang masih berdiri tak jauh dari mereka. Tania hanya menggeleng, dan Anton mengerti.Tanpa menjawab sepatah katapun lelaki itu kembali masuk ke dalam mobil. Meninggalkan Satria yang masih menunduk. Tania juga memutusk
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 30Tangan Tania melambai penuh senyuman ketika melihat Alma menoleh kebelakang. Wanita itu tidak pernah menyangka bahwa Tania akan mempermalukannya di depan banyak orang."Aku terlalu bahagia ketika tahu bahwa sebentar lagi Alma benar-benar akan pergi dari kehidupanku!"***Semilir angin pagi ini terasa lebih sejuk dari biasanya, Tania membringsut dari tempat di mana dia berbaring. Mengerjapkan kedua matanya lalu menatap langit-langit.Tania tidak pernah menyangka, hari ini akan tiba dimana ayahnya akan menjalani sidang pertama, sidang perceraian dengan Alma, wanita yang telah menoreh luka cukup dalam di hati Tania.Tania berjalan menuju kamar mandi, berniat membersihkan diri lalu dia akan melakukan aktivitasnya seperti biasa, tapi berbeda dengan hari ini, dia terlihat lebih bersemangat.Tania berdiri di depan cermin menatap pantulan dirinya, Tania sengaja memoleskan make up tipis agar wajahnya terlihat lebih segar. Hari ini dia mengenakan pakaian berwarna nav
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 31Setelah Tania dan juga Karin selesai bekerja, mereka memutuskan untuk makan malam di rumah Karin. karena Karin sudah menyiapkan malam spesial bersama keluarganya. Tanpa Tania adapun, Karin mengajak orang tersebut datang kerumah. Apakah Tania akan marah atau justru Tania akan senang melihat tamu yang diundang?***Tania membantu Karin menyiapkan makan malam, menghidangkan berbagai macam menu yang menggugah selera.Ada sop iga kesukaan Tania, ada kepiting saus tiram dan juga beberapa potong ayam goreng kesukaan Putra Karin. Tidak berapa lama Ibu dan ayah mertua Karin turun dari kamarnya, berjalan menggandeng Putra semata wayang Karin. "Ayo nak Tania silakan duduk, kamu ini tamu kok malah nyiapin makanan, seharusnya Tante yang melakukannya.""Tidak apa-apa Tante, ini sudah menjadi kebiasaan Tania membantu Karin menyiapkan makan malam."Tania dan juga Karin akhirnya menghentikan aktivitasnya, ikut duduk bersama yang lain di meja makan. Karin dengan cepat
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 32"Nggak papa, lagian aku juga masih ada urusan. Kalau begitu aku pamit dulu ya semuanya. Om, Tante. Tania pulang dulu. Bye … bye ganteng." Tania beranjak dari tempat duduknya. Berniat untuk segera pulang. Makan malam yang tidak direncanakan ini berakhir mengecewakan."Gladis, apa-apaan ini? Ayah kecewa sama kamu. Ayah pikir kamu sudah berubah, tapi ternyata masih sama." Kini Reza mengikuti Tania yang sudah lebih dulu keluar rumah. Berharap wanita itu mau memaafkan putrinya. Namun sayang, Tania begitu cepat berjalan hingga Reza keluar dari rumah, Tania sudah melajukan kendaraannya.***Tania menikmati makan siangnya di sebuah restoran. Nampak beberapa pengunjung sedang menikmati makanan ada pula yang sekedar duduk menghilangkan penat. Tania terus memasukan sendok penuh kedalam mulutnya, menghabiskan apa yang ia pesan dengan begitu lahap. Seperti perutnya tidak terisi beberapa hari, rakus. Ada sepasang mata yang sedari tadi memandangi. Menatap dengan seksama,
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 33Anton duduk di kursi kebesarannya. Entah mengapa tiba-tiba dering ponsel begitu mengganggu pendengarannya. Terus berbunyi tanpa henti. Dengan sedikit malas, Anton mengusap layar benda pipih itu. Lantas melihat nomor yang tidak dikenal tengah menghubunginya."Nomor siapa ini?" gumam Anton pelan. Matanya masih fokus pada layar."Halo, Assalamualaikum." Anton sengaja menerima panggilan telepon itu, takutnya jika yang menelpon adalah orang penting."Waalaikumsalam, ini dengan bapak Anton? " tanya seseorang yang ada di seberang telepon, terdengar suara seorang wanita."Ya saya sendiri, ini siapa ya?" tanya Anton kebingungan."Saya perawat dari rumah sakit Kasih Ibu, Pak. Ada pasien bernama Ibu Sukma. Dia memberikan nomor ini pada kami. Agar bisa menghubungi Bapak. Sekarang beliau dirawat di sini.""Dirawat? Memangnya dia sakit apa?""Dia ditemukan pingsan oleh warga di jalan.""Astagfirullahaladzim," ucap Anton spontan."Baiklah kalau begitu, Pak. Saya hanya memb
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 34"Yah." Panggilan Tania seketika membuat Anton menoleh ke arahnya. "Tania lega, ayah mau bersikap tegas dengan Tante Sukma."Anton menghela napas panjang, lalu membuangnya perlahan. "Ada apa, Yah?" Kini Tania menatap lelaki yang bergelar kepala keluarga itu. Menatap manik matanya dengan seksama. Berharap beliau mau menceritakan keluh kesahnya pada Tania."Kenapa kamu tidak segera menikah, Tan. Ayah sudah tidak muda lagi, Ayah sudah tua. Apa kamu tidak ingin memberikan Ayah cucu?" Pertanyaan Anton membuat Tania tersenyum lebar, hampir tertawa dengan cukup kencang."Ada yang lucu?" tanya Anton menghentikan tawa Tania."Nggak ada yah, aneh aja. Aku pikir Ayah akan bercerita tentang Alma atau nggak Tante Sukma. Eh, malah Tania. Hihihi," ucap Tania diiringi tawa. "Ayah serius Tania.""Iya, Ayah. Calonnya belum ada, kalau sudah ada nanti aku bawa kok ke hadapan ayah.""Mau Ayah jodohin sama anak temen Ayah?""Astagfirullahaladzim, Ayah. Ini tahun berapa? Kagak m
Desahan Ibu SambungBab 44Aku menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Merasa paru-paru maupun napas ini tidak bisa menghirup oksigen sebagaimana mestinya. Entah mimpi apa aku semalam yang pasti hari ini aku akan membuat sebuah keputusan. Keputusan besar yang akan merubah hidupku kelak. Keputusan yang akan aku pertanggungjawabkan pada Tuhan kelak. Keputusan yang harus aku ambil tanpa adanya paksaan maupun belas kasih. Tulus dari dalam hati.Aku menatap nanar Damar maupun Reza, kedua laki-laki itu baik. Mereka memiliki kelebihan masing-masing. Aku memiliki satu nama, nama diantara mereka yang mampu membuat hatiku sedikit terusik. Pandanganku kini berpindah pada Gladis, putri Reza. Parasnya begitu menawan mungkin mirip dengan Ibunya. "Tan, aku nggak mau kamu terbebani. Jika memang dia yang kau pilih. Tak masalah, aku mundur. Kebahagiaanmu jauh lebih penting," ucap Damar ketika mataku terus saja menatap Reza.Aku mengarahkan pandanganku ke arah laki-laki itu. Laki-laki yang pernah membay
Desahan Ibu SambungBab 43"Kenapa nggak bisa, Tania? Uang kamu banyak kan?" Kini wanita itu tidak lagi sungkan meminjam uang. Malah terkesan memaksa.Aku berfikir sejenak, mencerna ucapan wanita itu. Haruskah aku meminjamkan uang dengan alasan kemanusiaan? Atau aku biarkan wanita itu kebingungan, entah apa yang ia katakan itu benar adanya atau tidak aku juga tidak tahu.****"Tania, bagaimana?" Wanita tua itu kembali memastikan bahwa aku akan memberinya pinjaman. "Maaf, Tante. Untuk uang sebesar itu Tania tidak bisa bantu. Lebih baik Tante berurusan dengan Karin. Nanti dia akan bantu. Kalau begitu Tania pergi dulu, Tan. Masih ada urusan, maaf." Aku berpamitan lalu meninggalkan Tante Mia yang masih memegangi gagang sapu. Aku harap wanita itu tidak tersinggung dengan sikapku, aku juga berharap dia mengerti akan sikapku. Aku membereskan semua pekerjaanku yang sudah selesai. Menaruh beberapa lembar kertas ke dalam map. Lembaran kertas ini adalah desain-desain pakaian terbaru yang akan
Desahan ibu SambungBab 42"Kalau kamu gimana Damar?" tanya Tante Mila membuat semua orang mengalihkan pandangannya ke arah Damar.Damar pun melihat ke arahku, mataku sengaja aku lebarkan dan sedikit menggelang, aku harap lelaki itu mengerti akan kode yang aku berikan."Damar …."****"Damar sih terserah gimana Tania nya aja," ucap lelaki itu sembari tersenyum. Entah mengapa membuatku justru ingin menjambak rambutnya yang lebat nan hitam itu. Bagaimana tidak, aku sudah memberinya kode dengan melebarkan mata dan juga gelengan kepala. Dia masih tidak mengerti, dasar laki-laki.Kini semua pandangan tertuju padaku, aku yang masih mengunyah sisa mie dalam mulut hanya bisa nyengir. HahMati aku, sudah aku bilang kan aku tidak mau dijodohkan. Kenapa justru seperti ini."Mereka masih muda, kasihlah kesempatan untuk kenalan. Mengenal lebih dekat satu sama lain, biar keputusan mereka yang ambil. Lagian, menikah itu sekali seumur hidup yang jalani juga mereka. Kita selaku orang tua hanya bisa m
DESAHAN IBU SAMBUNGBab 41Aku duduk di kursi paling ujung bersama Ayah. Malam ini kami memutuskan makan malam di restoran. Sudah cukup lama aku dan juga ayah jarang makan malam berdua, menikmati kebersamaan semenjak kedatangan Alma. Dulu sebelum Ayah menikah dengan wanita itu, kami kerap melakukannya. Karena dengan cara itulah, aku dan juga ayah semakin dekat. Semenjak kepergian Ibu, aku benar-benar merasa kesepian.Ayah selalu pulang larut malam. Menyibukan diri bekerja, agar tidak terlalu mengingat mendiang istrinya. Namun sayang, dia lupa akan diriku. Untuk mengganti semua waktu yang ia habiskan di kantor, ia selalu mengajakku keluar hanya sekedar makan malam. Berbagi cerita dan juga mendengar keluhku.Ayah adalah sosok yang hangat, adanya dia selalu disampingku aku tidak merasakan kesepian lagi. Namun wanita itu datang, merenggut senyum Ayah dariku. Aku kembali kosong, tapi tidak sekarang. Ayah benar-benar sudah kembali seperti dulu, semua hal yang berhubungan dengan Alma sudah
Desahan Ibu SambungBab 40"Kang, temennya Mbak Tania yang kemarin ganteng ya?" ucap Juminten ketika pisau yang ia pegang tengah mengiris wortel.Srutt ah …Udin menyeruput kopi hitam. "Yang mana sih, Yu?" tanya Udin sembari tangannya meletakkan cangkir di atas lepek."Alah, yang nganter Mbak Tania sama Simbok pulang itu lho. Masak Ndak tahu?!""Ow yang itu? Ganteng sih, beda tipis sama Mas Satria.""Halah, sama Mas Satria? Beda jauh Yo, Kang. Mas Satria itu nggak ada apa-apanya dibandingkan Mas Damar, lagian Mas Satria itu tingkahnya nggak bermoral. Coba sekarang gimana kabarnya Mas Satria, Kang Udin tahu tidak?""Ya mana saya tahu tho, Mbok. Wong bukan anakku kok!""Lha iya, Mas Satria itu lembaran buku yang seharusnya ditutup lalu disimpan di gudang. Sudah nggak perlu dicari keberadaanya. Cukup, cari buku baru," tutur Juminten panjang lebar. Membuat Udin tertawa cekikikan. "Bahasamu itu lho, Mbok. Sok puitis, kebanyakan nonton sinetron ini.""Iya, simbok paling suka nonton sinetr
Desahan Ibu SambungBab 39"Minta tolong apa ya, Tan?" tanya Tania. Mona dan juga Susi pun terlihat sikut menyikut. Mona hanya bisa memainkan bibirnya dan kedua alisnya. Membuat Susi yang daya tangkapnya rendah kebingungan."Begini Tania, maksud kedatangan Tante ke sini, mau minta tolong sama kamu buat …."*****"Dam, cantik ya Tania?" Mila bertanya pada Damar setelah meninggalkan kediaman Tania."Cantiklah, Bu. Namanya juga perempuan," jawab Damar benar adanya. Kalau laki-laki tentunya ganteng."Ibu serius, kamu sepertinya juga suka sama dia. Iya kan? Dari cara kamu menatap Tania, Ibu sudah bisa membaca kalau kamu juga suka sama dia.""Ibu bisa aja. Itu cuma perasaan Ibu saja.""Masak?" Bibir Mila mencebik seolah mengejek putra keduanya itu. Ya Mila memiliki dua putra, anak pertama sudah menikah dia bernama Bagas, sedangkan istrinya bernama Sarah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Revan. Adam Margono adalah suami Karmila. Kini tengah berada di luar negeri. Ada bebera
Desahan Ibu SambungBab 38"Apa isinya ya?" Tania bermonolog.Satu persatu kertas pembungkus itu ia robek, hingga memperlihatkan sebuah kotak berwarna coklat."Apa ini?" ****Tania mulai membuka sebuah kotak berwarna coklat itu. Jam tangan berwarna silver sangat cantik melingkar di tempatnya. Sepertinya keluaran terbaru dari merek cukup terkenal, tentunya dengan harga yang mahal.Tania menghela napas panjang, lalu membuangnya perlahan. Dia memperhatikan jam tangan itu, mengusap lembut lalu mencoba di pergelangan tangan sebelah kiri. Cantik, pas ditangan Tania. Namun segera ia lepaskan dan kembali meletakkannya di tempat semula. Memandangnya lalu menaruhnya kembali di meja rias.Tania kini kembali berdiri berjalan menuju kamar mandi. Menyegerakan niatnya membersihkan diri yang tadi sempat tertunda. Tania nampak menikmati gemericik air yang membasahi seluruh tubuhnya, tentunya setelah ia melepas semua pakaian.Segera Tania keluar kamar mandi ketika ritualnya sudah selesai. Memilih paka
DESAHAN IBU SAMBUNGBab 37"Ya Allah." Udin berteriak, membuat Juminten dan juga Tania mendatangi lelaki itu."Ada apa, Kang," tanya Juminten, lalu Tania menangkupkan kedua tangannya pada wajahnya setelah melihat kepanikan Udin.***"Bannya kempes," jawab Udin lalu melangkah ke belakang. Membuka pintu belakang berharap ada ban serep. Lagi-lagi, lelaki tua itu menggeleng. Lalu menutup pintu dan berjalan menghampiri Tania. Kedua wanita itu nampak menunggu dengan sedikit gelisah."Maaf, Mbak. Ban nya lupa Pak Udin bawa. Maaf ya," tutur Udin sembari tangannya menyilang pada perut bagian bawah."Astaga, Pak Udin. Terus gimana ini?""Ya terpaksa Mbak Tania sama simbok cari taksi online saja. Biar cepat nyampe rumahnya.""Terus Pak Udin?""Saya mengurus ban kempes ini dulu, terpaksa saya harus bawa ke bengkel dulu," jawab Udin sedikit sungkan. Karena kelalaiannya, majikannya harus mencari taksi online. "Ya sudah, Pak. Saya cari taksi dulu. Besok lagi kalau mau pergi, di cek dulu. Gimana m
DESAHAN IBU SAMBUNGBab 36POV Damar.Namaku Damar Aji Margono, usia 30 tahun. Masih single, yang pasti berpenampilan menarik. Haist. Kalau bukan diri sendiri siapa yang mau memuji.Di usiaku yang sudah matang, namun belum juga ada gadis yang menarik perhatianku. Hingga bapakku harus turun tangan berniat mencarikan jodoh. Namun aku menolaknya, bukan karena tidak suka tapi gengsi. Bagaimana tidak, aku seorang pengusaha muda lumayan tampan tapi tidak bisa menarik hati wanita. Haist, namanya juga belum jodoh mau gimana lagi? Kita bisa apa jika Tuhan belum mempertemukan kita dengan tulang rusuknya. Bukan tidak mau berusaha, tapi pekerjaan membuatku tidak memiliki waktu hanya sekedar jalan-jalan di mall. "Damar, kita makan yuk. Aku yang traktir." Tiba-tiba wanita berpakaian minimalis itu menjulurkan lidahnya, bergaya berlebihan. Membuatku geli melihatnya. "Nggak, terima kasih. Lagian saya ada acara.""Acara? Setahuku kamu nggak ada pacar. Kamu mau makan sama siapa?" tanya wanita itu, ta