DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 32"Nggak papa, lagian aku juga masih ada urusan. Kalau begitu aku pamit dulu ya semuanya. Om, Tante. Tania pulang dulu. Bye … bye ganteng." Tania beranjak dari tempat duduknya. Berniat untuk segera pulang. Makan malam yang tidak direncanakan ini berakhir mengecewakan."Gladis, apa-apaan ini? Ayah kecewa sama kamu. Ayah pikir kamu sudah berubah, tapi ternyata masih sama." Kini Reza mengikuti Tania yang sudah lebih dulu keluar rumah. Berharap wanita itu mau memaafkan putrinya. Namun sayang, Tania begitu cepat berjalan hingga Reza keluar dari rumah, Tania sudah melajukan kendaraannya.***Tania menikmati makan siangnya di sebuah restoran. Nampak beberapa pengunjung sedang menikmati makanan ada pula yang sekedar duduk menghilangkan penat. Tania terus memasukan sendok penuh kedalam mulutnya, menghabiskan apa yang ia pesan dengan begitu lahap. Seperti perutnya tidak terisi beberapa hari, rakus. Ada sepasang mata yang sedari tadi memandangi. Menatap dengan seksama,
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 33Anton duduk di kursi kebesarannya. Entah mengapa tiba-tiba dering ponsel begitu mengganggu pendengarannya. Terus berbunyi tanpa henti. Dengan sedikit malas, Anton mengusap layar benda pipih itu. Lantas melihat nomor yang tidak dikenal tengah menghubunginya."Nomor siapa ini?" gumam Anton pelan. Matanya masih fokus pada layar."Halo, Assalamualaikum." Anton sengaja menerima panggilan telepon itu, takutnya jika yang menelpon adalah orang penting."Waalaikumsalam, ini dengan bapak Anton? " tanya seseorang yang ada di seberang telepon, terdengar suara seorang wanita."Ya saya sendiri, ini siapa ya?" tanya Anton kebingungan."Saya perawat dari rumah sakit Kasih Ibu, Pak. Ada pasien bernama Ibu Sukma. Dia memberikan nomor ini pada kami. Agar bisa menghubungi Bapak. Sekarang beliau dirawat di sini.""Dirawat? Memangnya dia sakit apa?""Dia ditemukan pingsan oleh warga di jalan.""Astagfirullahaladzim," ucap Anton spontan."Baiklah kalau begitu, Pak. Saya hanya memb
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 34"Yah." Panggilan Tania seketika membuat Anton menoleh ke arahnya. "Tania lega, ayah mau bersikap tegas dengan Tante Sukma."Anton menghela napas panjang, lalu membuangnya perlahan. "Ada apa, Yah?" Kini Tania menatap lelaki yang bergelar kepala keluarga itu. Menatap manik matanya dengan seksama. Berharap beliau mau menceritakan keluh kesahnya pada Tania."Kenapa kamu tidak segera menikah, Tan. Ayah sudah tidak muda lagi, Ayah sudah tua. Apa kamu tidak ingin memberikan Ayah cucu?" Pertanyaan Anton membuat Tania tersenyum lebar, hampir tertawa dengan cukup kencang."Ada yang lucu?" tanya Anton menghentikan tawa Tania."Nggak ada yah, aneh aja. Aku pikir Ayah akan bercerita tentang Alma atau nggak Tante Sukma. Eh, malah Tania. Hihihi," ucap Tania diiringi tawa. "Ayah serius Tania.""Iya, Ayah. Calonnya belum ada, kalau sudah ada nanti aku bawa kok ke hadapan ayah.""Mau Ayah jodohin sama anak temen Ayah?""Astagfirullahaladzim, Ayah. Ini tahun berapa? Kagak m
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 35"Tante Karmila, biasa dipanggil Tante Mila saja.""Tania, Tante."Kini beralih pada lelaki tadi, menjabat tangan Tania sembari memperkenalkan diri.****"Damar," ucap lelaki itu."Nak Tania belanja bulanan ya? Banyak banget?""Iya Tante, Tante belanja apa?"Baru saja Mila membuka mulutnya hendak menjawab pertanyaan Tania. Namun terhenti karena seorang wanita datang menghampiri."Ya Allah, Jeng. Kita ketemu lagi. Kamu ngapain disini?" Wanita itu menatap ketiga orang yang tengah duduk, dengan bergantian."Astagfirullahaladzim, ini calon mantu kamu, Jeng? Ya ampun … cantik banget. Kayaknya aku pernah lihat deh, tapi dimana ya?" Wanita yang berdandan menor itu langsung mencium pipi kanan dan kiri Tania bergantian, memeluk lalu mengusap lengan Tania dengan lembut.Setiap kali Mila maupun Tania ingin menjawab. Wanita itu terus saja berbicara, tidak pernah memberikan kesempatan untuk kedua orang itu sekedar menjelaskan yang sebenarnya. "Ya ampun, Jeng. Kamu itu k
DESAHAN IBU SAMBUNGBab 36POV Damar.Namaku Damar Aji Margono, usia 30 tahun. Masih single, yang pasti berpenampilan menarik. Haist. Kalau bukan diri sendiri siapa yang mau memuji.Di usiaku yang sudah matang, namun belum juga ada gadis yang menarik perhatianku. Hingga bapakku harus turun tangan berniat mencarikan jodoh. Namun aku menolaknya, bukan karena tidak suka tapi gengsi. Bagaimana tidak, aku seorang pengusaha muda lumayan tampan tapi tidak bisa menarik hati wanita. Haist, namanya juga belum jodoh mau gimana lagi? Kita bisa apa jika Tuhan belum mempertemukan kita dengan tulang rusuknya. Bukan tidak mau berusaha, tapi pekerjaan membuatku tidak memiliki waktu hanya sekedar jalan-jalan di mall. "Damar, kita makan yuk. Aku yang traktir." Tiba-tiba wanita berpakaian minimalis itu menjulurkan lidahnya, bergaya berlebihan. Membuatku geli melihatnya. "Nggak, terima kasih. Lagian saya ada acara.""Acara? Setahuku kamu nggak ada pacar. Kamu mau makan sama siapa?" tanya wanita itu, ta
DESAHAN IBU SAMBUNGBab 37"Ya Allah." Udin berteriak, membuat Juminten dan juga Tania mendatangi lelaki itu."Ada apa, Kang," tanya Juminten, lalu Tania menangkupkan kedua tangannya pada wajahnya setelah melihat kepanikan Udin.***"Bannya kempes," jawab Udin lalu melangkah ke belakang. Membuka pintu belakang berharap ada ban serep. Lagi-lagi, lelaki tua itu menggeleng. Lalu menutup pintu dan berjalan menghampiri Tania. Kedua wanita itu nampak menunggu dengan sedikit gelisah."Maaf, Mbak. Ban nya lupa Pak Udin bawa. Maaf ya," tutur Udin sembari tangannya menyilang pada perut bagian bawah."Astaga, Pak Udin. Terus gimana ini?""Ya terpaksa Mbak Tania sama simbok cari taksi online saja. Biar cepat nyampe rumahnya.""Terus Pak Udin?""Saya mengurus ban kempes ini dulu, terpaksa saya harus bawa ke bengkel dulu," jawab Udin sedikit sungkan. Karena kelalaiannya, majikannya harus mencari taksi online. "Ya sudah, Pak. Saya cari taksi dulu. Besok lagi kalau mau pergi, di cek dulu. Gimana m
Desahan Ibu SambungBab 38"Apa isinya ya?" Tania bermonolog.Satu persatu kertas pembungkus itu ia robek, hingga memperlihatkan sebuah kotak berwarna coklat."Apa ini?" ****Tania mulai membuka sebuah kotak berwarna coklat itu. Jam tangan berwarna silver sangat cantik melingkar di tempatnya. Sepertinya keluaran terbaru dari merek cukup terkenal, tentunya dengan harga yang mahal.Tania menghela napas panjang, lalu membuangnya perlahan. Dia memperhatikan jam tangan itu, mengusap lembut lalu mencoba di pergelangan tangan sebelah kiri. Cantik, pas ditangan Tania. Namun segera ia lepaskan dan kembali meletakkannya di tempat semula. Memandangnya lalu menaruhnya kembali di meja rias.Tania kini kembali berdiri berjalan menuju kamar mandi. Menyegerakan niatnya membersihkan diri yang tadi sempat tertunda. Tania nampak menikmati gemericik air yang membasahi seluruh tubuhnya, tentunya setelah ia melepas semua pakaian.Segera Tania keluar kamar mandi ketika ritualnya sudah selesai. Memilih paka
Desahan Ibu SambungBab 39"Minta tolong apa ya, Tan?" tanya Tania. Mona dan juga Susi pun terlihat sikut menyikut. Mona hanya bisa memainkan bibirnya dan kedua alisnya. Membuat Susi yang daya tangkapnya rendah kebingungan."Begini Tania, maksud kedatangan Tante ke sini, mau minta tolong sama kamu buat …."*****"Dam, cantik ya Tania?" Mila bertanya pada Damar setelah meninggalkan kediaman Tania."Cantiklah, Bu. Namanya juga perempuan," jawab Damar benar adanya. Kalau laki-laki tentunya ganteng."Ibu serius, kamu sepertinya juga suka sama dia. Iya kan? Dari cara kamu menatap Tania, Ibu sudah bisa membaca kalau kamu juga suka sama dia.""Ibu bisa aja. Itu cuma perasaan Ibu saja.""Masak?" Bibir Mila mencebik seolah mengejek putra keduanya itu. Ya Mila memiliki dua putra, anak pertama sudah menikah dia bernama Bagas, sedangkan istrinya bernama Sarah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Revan. Adam Margono adalah suami Karmila. Kini tengah berada di luar negeri. Ada bebera