“Untuk apa? Mengapa kau melakukannya? Kau tidak akan menyakitiku, bukan?” Tanya Maureen sedikit gugup.Patrick hanya tersenyum saja. Ia berjalan ke arah pintu menuju kamar mandi yang ada di kamar tersebut.Ia berdiri di depan wastafel untuk melihat pantulan dirinya. Diambilnya sikat gigi, lalu diberinya pasta gigi, setelahnya ia pun menggosok giginya.Selesai menggosok gigi Patrick mencuci wajahnya dengan air hangat, kemudian ia keluar dari kamar mandi. Dilihatnya Maureen yang sedang duduk di atas tempat tidur.“Mandilah! Setelah itu turunlah untuk makan malam!” Perintah Patrick.Maureen bangkit dari berbaringnya di atas tempat tidur. Ia memang perlu membersihkan badan dan juga menuntaskan kegiatan alamiahnya.Begitu sudah berada dalam kamar mandi Maureen langsung mengunci pintunya, kemudian ia memutar air pancuran.Air yang hangat membuatnya merasa segar, beberapa saat, kemudian ia pun keluar dari kamar mandi.Maureen merasa bingung, karena ia tidak membawa pakaian ganti sama sekali
“Kau merusak kejutan yang seharusnya kau dapatkan esok pagi!” Tegur Patrick mengejutkan Maureen.Badan Maureen yang tadinya gemetar, karena takut dan terkejut berubah menjadi marah. Ia melayangkan tatapan galak kepada Patrick.“Kau sengaja, bukan membuatku terkejut? Kau tadi sebenarnya sudah bangun, tetapi berpura-pura tetap tidur!” Tuduh Maureen dengan mata melotot.Patrick mengangkat pundak, ia mendekati Maureen dan menggandeng tangannya untuk masuk kamar di mana ia tadi mendengar suara bayi yang sedang menangis.Pintu kamar di buka Patrick mereka dapat melihat, kalau kamar itu terang, karena sinar lampu.Maureen memalingkan kepala ke arah Patrikc, sehingga tatapan keduanya pun bertemu.Ada senyum mengejek di netra Patrick dan Maureen rasanya hendak menghapus senyum di wajah Patrick yang menjengkelkannya.“Seharusnya kau berterima kasih dengan kejutan yang kuberikan kepadamu!” Sindir Patrick.Maureen memutar bola mata, tetapi walaupun demikian ia mengucapkan terima kasih juga, karen
“Kau hanya mengada-ada saja! Kapan aku mengatakan, kalau dirimu itu seorang psikopat? Jangan berlebihan!” Tegur Maureen.Patrick tersenyum kecil. Ia, lalu mengajak Maureen keluar dari pondok, sementara putra mereka ditinggal bersama dengan pengasuhnya.Maureen diajak menyusuri jalanan yang beraspal. Di siang hari ini barulah Maureen bisa melihat, kalau ternyata Patrick tidak mengajaknya ke tempat yang benar-benar sunyi.Di kiri-kanan jalan yang mereka lewati terlihat beberapa pondok dengan jarak yang tidak terlalu dekat.“Kemana kau akan membawaku? Tanya Maureen, setelah selama beberapa menit keduanya berjalan.Patrick hanya diam saja dan terus berjalan tidak menghiraukan pertanyaan dari Maureen. Ia baru berhenti, ketika mereka sampai di sebuah dermaga kecil.“Kita akan pergi berlayar!” ucap Patrick.“Bagaimana dengan putra kita?” Tanya Maureen.Patrick hanya tersenyum saja. Ia menaiki salah sebuah kapal pesiar kecil, kemudian mengulurkan tangan ke arah Maureen. Membantunya untuk naik
“Kau! Aku benci dengan semua tuduhan dan pikiran kotormu kepada diriku dan Lukas! Kau cemburu kepadanya dan kau tidak mau mengakui hal itu, karena sifat sombongmu!” ucap Maureen dengan mata yang menyala-nyala, karena marah.Patrick melipat tangan di depan dada, ia menatap Maureen tajam. Bibirnya terkatup rapat dengan rahang yang mengetat.Amarah tampak di netra hitamnya. Dalam satu gerakan cepat Patrick menarik tangan Maureen, sehingga badan istrinya membentur dadanya yang keras dan berotot.“Aku tidak pernah cemburu kepada Lukas! Ingat itu, istriku! Aku hanya tidak suka membagi apa yang sudah menjadi milikku dengannya!” Tegas Patrick dengan dingin.Maureen mengangkat dagunya tinggi-tinggi, agar ia bisa melihat tepat netra Patrick. “Aku bukan barang untuk dikuasai! Aku mempunyai hati dan perasaan!”Satu tangan Patrick beralih dari memegang pinggang Maureen, ke dagunya. Dicekaunya dagu Maureen dengan lembut, kemudian bergerak ke bibir Maureen untuk mengusap bibir itu pelan.“Bibir ini
“Tentu saja aku tidak percaya, setelah apa yang kau lakukan dan katakan kepadaku!” Tandas Maureen.Patrick mendekatkan dirinya dengan Maureen, lalu duduk di sampingnya. Netra hitamnya mengamati Maureen dengan lekat, sehingga membuat tenggorokan istrinya itu turun naik.“Aku manusia biasa, yang mempunyai perasaan dan hati yang bisa berubah, karena diriku bukan robot!” Tegas Patrick.Maureen menarik napas dalam-dalam, ia tidak akan mempercayai perubahan sikap Patrick yang secara tiba-tiba.“Aku sulit untuk mempercayainya, karena kau begitu membenciku beberapa saat yang lalu ditambah dengan penuturanmu barusan, kalau hatimu bisa berubah-ubah!” ucap Maureen.Patrick tersenyum kecil mendengarnya. “Sekarang aku sudah yakin, kalau aku mencintaimu!”Maureen menatap lekat netra Patrick yang balas menatapnya dengan lembut. Ia begitu percaya diri, kalau Maureen akan takluk dengan tatapan matanya.Rasa marah dan tidak percaya Maureen kepada Patrick masih belum hilang dan ia juga tidak mau dengan
“Jangan terlalu percaya diri, karena kau akan kecewa,” sahut Maureen.Patrick menyunggingkan senyum tipis, lalu berjalan masuk kamar mereka meninggalkan Maureen sendiri.Maureen beranjak dari duduknya, tetapi ia tidak menyusul Patrick. Dirinya berjalan menuju dapur.Dinyalakannya kompor, lalu ia panaskan air. Setelah air mendidih dibuatnya minuman coklat panas.Duduk di depan meja bar dapur tersebut, Maureen menyesap coklat panas yang dibuatnya dengan rasa nikmat.Ia menoleh ketika didengarnya suara langkah kaki. Dinaikkannya satu alis melihat Patrick yang berjalan mendekat ke arahnya.“Tolong, buatkan juga untukku!” Perintah Patrick, yang langsung duduk di kursi di sebelah Maureen.“Bukannya tadi kau ke kamar dan hendak tidur?” Tanya Maureen, sambil beranjak dari duduknya.Patrick mengambil gelas coklat milik Maureen, lalu meminum isinya yang tersisa separo.Maureen melihat Patrick dengan rasa kesal, karenanya. “Kenapa kau meminum punyaku? Aku akan membuatkan minuman punyamu sendiri!
“Mengapa kau mengatakannya dengan kasar begitu?” ucap Maureen.Patrick memejamkan mata, lalu ia berjalan mendekati Maureen dengan malas-malasa.Begitu berada dekat dengan Maureen, ia memegang pinggangnya dengan lembut, seraya memberikan kecupan singkat di sudut bibir Maureen.Didorongnya pelan Maureen berjalan menaiki tangga menuju kamar mereka. “Kau rupanya melupakan apa yang kukatakan tadi malam, kalau kita akan pergi berkemah!”Maureen pun langsung teringat dengan apa yang dikatakan oleh Patrick. Ia sudah melupakan hal itu.“Aku lupa, karena aku tidak terlalu berminat dengan apa yang kau tawarkan!” ketus Maureen.Patrick tahu, kalau Maureen masih jual mahal kepadanya. Ia hanya ingin berada dekat Maureen juga putra mereka tanpa ada orang lain, sebelum pada akhirnya mereka nanti kembali ke rumah mereka.“Kau pasti akan menyukainya, karena aku juga membawa serta putra kita. Kita bertiga akan membuat kenangan bersama, tanpa ada orang lain yang terlibat.” Patrick membuka pintu kamar, la
“Buatlah sendiri, Patrick! Aku lelah dan ingin tidur,” sahut Maureen dari dalam tenda.Mendengar sahutan dari Maureen, Patrick langsung saja naik darah. Maureen semakin sering saja menentangnya di saat ia mencoba untuk memperbaiki hubungan mereka.Patrick bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju tenda. Dibukanya restleting pintu tenda, kemudian ia masuk dan dilihatnya Anna yang duduk di kursi lipat, sambil memandangi wajah putra mereka.“Kita tidur di luar, biarkan saja putra kita tidur sendiri! Sekarang keluarlah atau aku harus memaksamu,” desis Patrick dengan suara tertahan, karena tidak ingin membangunkan putranya.Dengan enggan Maureen bangkit dari duduknya, karena ia tidak ingin membuat putranya terusik dari tidur.Begitu berada di luar Maureen memukul dada Patrick dengan kesal. “Kau masih saja suka memaksakan kehendakmu! Tidakkah kau sadar, kalau aku lebih suka bersama dengan putra kita daripada denganmu!”Patrick hanya tersenyum kecil ditangkapnya kedua tangan Maureen, lalu