“Kau! Aku benci dengan semua tuduhan dan pikiran kotormu kepada diriku dan Lukas! Kau cemburu kepadanya dan kau tidak mau mengakui hal itu, karena sifat sombongmu!” ucap Maureen dengan mata yang menyala-nyala, karena marah.Patrick melipat tangan di depan dada, ia menatap Maureen tajam. Bibirnya terkatup rapat dengan rahang yang mengetat.Amarah tampak di netra hitamnya. Dalam satu gerakan cepat Patrick menarik tangan Maureen, sehingga badan istrinya membentur dadanya yang keras dan berotot.“Aku tidak pernah cemburu kepada Lukas! Ingat itu, istriku! Aku hanya tidak suka membagi apa yang sudah menjadi milikku dengannya!” Tegas Patrick dengan dingin.Maureen mengangkat dagunya tinggi-tinggi, agar ia bisa melihat tepat netra Patrick. “Aku bukan barang untuk dikuasai! Aku mempunyai hati dan perasaan!”Satu tangan Patrick beralih dari memegang pinggang Maureen, ke dagunya. Dicekaunya dagu Maureen dengan lembut, kemudian bergerak ke bibir Maureen untuk mengusap bibir itu pelan.“Bibir ini
“Tentu saja aku tidak percaya, setelah apa yang kau lakukan dan katakan kepadaku!” Tandas Maureen.Patrick mendekatkan dirinya dengan Maureen, lalu duduk di sampingnya. Netra hitamnya mengamati Maureen dengan lekat, sehingga membuat tenggorokan istrinya itu turun naik.“Aku manusia biasa, yang mempunyai perasaan dan hati yang bisa berubah, karena diriku bukan robot!” Tegas Patrick.Maureen menarik napas dalam-dalam, ia tidak akan mempercayai perubahan sikap Patrick yang secara tiba-tiba.“Aku sulit untuk mempercayainya, karena kau begitu membenciku beberapa saat yang lalu ditambah dengan penuturanmu barusan, kalau hatimu bisa berubah-ubah!” ucap Maureen.Patrick tersenyum kecil mendengarnya. “Sekarang aku sudah yakin, kalau aku mencintaimu!”Maureen menatap lekat netra Patrick yang balas menatapnya dengan lembut. Ia begitu percaya diri, kalau Maureen akan takluk dengan tatapan matanya.Rasa marah dan tidak percaya Maureen kepada Patrick masih belum hilang dan ia juga tidak mau dengan
“Jangan terlalu percaya diri, karena kau akan kecewa,” sahut Maureen.Patrick menyunggingkan senyum tipis, lalu berjalan masuk kamar mereka meninggalkan Maureen sendiri.Maureen beranjak dari duduknya, tetapi ia tidak menyusul Patrick. Dirinya berjalan menuju dapur.Dinyalakannya kompor, lalu ia panaskan air. Setelah air mendidih dibuatnya minuman coklat panas.Duduk di depan meja bar dapur tersebut, Maureen menyesap coklat panas yang dibuatnya dengan rasa nikmat.Ia menoleh ketika didengarnya suara langkah kaki. Dinaikkannya satu alis melihat Patrick yang berjalan mendekat ke arahnya.“Tolong, buatkan juga untukku!” Perintah Patrick, yang langsung duduk di kursi di sebelah Maureen.“Bukannya tadi kau ke kamar dan hendak tidur?” Tanya Maureen, sambil beranjak dari duduknya.Patrick mengambil gelas coklat milik Maureen, lalu meminum isinya yang tersisa separo.Maureen melihat Patrick dengan rasa kesal, karenanya. “Kenapa kau meminum punyaku? Aku akan membuatkan minuman punyamu sendiri!
“Mengapa kau mengatakannya dengan kasar begitu?” ucap Maureen.Patrick memejamkan mata, lalu ia berjalan mendekati Maureen dengan malas-malasa.Begitu berada dekat dengan Maureen, ia memegang pinggangnya dengan lembut, seraya memberikan kecupan singkat di sudut bibir Maureen.Didorongnya pelan Maureen berjalan menaiki tangga menuju kamar mereka. “Kau rupanya melupakan apa yang kukatakan tadi malam, kalau kita akan pergi berkemah!”Maureen pun langsung teringat dengan apa yang dikatakan oleh Patrick. Ia sudah melupakan hal itu.“Aku lupa, karena aku tidak terlalu berminat dengan apa yang kau tawarkan!” ketus Maureen.Patrick tahu, kalau Maureen masih jual mahal kepadanya. Ia hanya ingin berada dekat Maureen juga putra mereka tanpa ada orang lain, sebelum pada akhirnya mereka nanti kembali ke rumah mereka.“Kau pasti akan menyukainya, karena aku juga membawa serta putra kita. Kita bertiga akan membuat kenangan bersama, tanpa ada orang lain yang terlibat.” Patrick membuka pintu kamar, la
“Buatlah sendiri, Patrick! Aku lelah dan ingin tidur,” sahut Maureen dari dalam tenda.Mendengar sahutan dari Maureen, Patrick langsung saja naik darah. Maureen semakin sering saja menentangnya di saat ia mencoba untuk memperbaiki hubungan mereka.Patrick bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju tenda. Dibukanya restleting pintu tenda, kemudian ia masuk dan dilihatnya Anna yang duduk di kursi lipat, sambil memandangi wajah putra mereka.“Kita tidur di luar, biarkan saja putra kita tidur sendiri! Sekarang keluarlah atau aku harus memaksamu,” desis Patrick dengan suara tertahan, karena tidak ingin membangunkan putranya.Dengan enggan Maureen bangkit dari duduknya, karena ia tidak ingin membuat putranya terusik dari tidur.Begitu berada di luar Maureen memukul dada Patrick dengan kesal. “Kau masih saja suka memaksakan kehendakmu! Tidakkah kau sadar, kalau aku lebih suka bersama dengan putra kita daripada denganmu!”Patrick hanya tersenyum kecil ditangkapnya kedua tangan Maureen, lalu
“Kenapa mendadak kau ingin kita melakukannya? Apakah kau sedang sekarat? Jujur aku tidak mengerti dengan perubahan mendadak dari sikapmu,” ucap Maureen.Mata Patrick menyorot tajam seakan hendak menusuk Maureen, melalui tatapannya.“Mengapa kau menatapku, seperti itu? Apakah kau marah? Bukankah, kau mengatakan mencintaiku dan ingin berubah?” Tanya Maureen, sambil mengangkat dagunya tinggi, seolah menantang Patrick.Patrick menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan cepat. Ia memegang kedua pundak Maureen dengan lembut.“Aku ingin kau percaya, kalau dengan memperbarui janji pernikahan kita. Kau dan aku memulai semuanya dari awal lagi dan melupakan apa yang sebelumnya berjalan dengan salah.” Patrick meraih Maureen kepelukannya,“Apakah aku diberikan waktu untuk memikirkannya?” Tanya Maureen, sambil mengangkat wajah, agar bisa melihat tepat netra Patrick.Dengan senyum yang tersungging di sudut bibir Patrick berkata, “Tentu saja, tetapi aku juga akan terus merayumu, agar ber
“Brengsek, kau! Ternyata kau hanya pandai mempermainkan perasaan saja!” umpat Maureen emosi.Ia bangkit dari duduk, sambil menggendong putranya, lalu berjalan masuk tenda. Beberapa saat, kemudian ia keluar dari tenda dengan menyandang tas di pundaknya.Alangkah terkejutnya Maureen, ketika melihat Patrick sudah berdiri tepat di hadapannya dengan rahang ketat dan wajah, serta tatapan yang dingin.“Aku tidak suka, kau mengumpati diriku! Dan aku tidak mempermainkan perasaanmu, tetapi kamu yang membuatku menjadi ragu!” ucap Patrick.Maureen membuka mulut hendak membalas Patrick, dengan balasan yang pedas, tetapi putra yang berada di gendongannya menggeliat gelisah.Tidak ingin membuat putranya menangis, Clara menutup mulutnya kembali. Ia berjalan melewati Patrick, melalui jalanan yang sebelumnya ia lewati bersama dengan Patrick.Langkah Maureen terhenti, ketika ia merasakan tarikan di lengannya. “Kau tidak akan pergi membawa putraku, tanpa diriku!”Maureen membalikkan badan menatap Patrick
“Kita semua pergi!” Tegas Patrick.Ia berdiri dari duduknya dan, melalui tatapan mata ia memberikan kode kepada pengasuh juga pengawalnya untuk mengakhiri makan malam mereka.Mereka semua keluar dari restoran dan langsung menuju parkiran. Sesampainya di depan mobil, Maureen menunggu sopir pribadi Patrick mematikan alaram mobil dan membuka pintunya.Beberapa menit kemudian, Maureen dan Patrick sudah berada dalam mobil yang akan membawa keduanya pulang ke rumah.“Aku sangat kecewa kepadamu! Kau masih saja berhubungan dengan wanita itu di belakangku!” desis Maureen dengan kemarahan yang tertahan.“Mengapa tidak boleh? Aku lebih dahulu mengenalnya daripada kamu! Memang dia pernah melakukan kesalahan, tetapi aku memberikan kesempatan kepadanya untuk berubah!” Tegas Patrick.Wajah Maureen menjadi semakin ditekuk. Patrick secara terang-terangan membela mantan kekasihnya itu dan hal itu jelas melukai perasaan Maureen.“Kau memang tidak pernah peduli dengan perasaanku! Seharusnnya aku sadar,