“Kita semua pergi!” Tegas Patrick.Ia berdiri dari duduknya dan, melalui tatapan mata ia memberikan kode kepada pengasuh juga pengawalnya untuk mengakhiri makan malam mereka.Mereka semua keluar dari restoran dan langsung menuju parkiran. Sesampainya di depan mobil, Maureen menunggu sopir pribadi Patrick mematikan alaram mobil dan membuka pintunya.Beberapa menit kemudian, Maureen dan Patrick sudah berada dalam mobil yang akan membawa keduanya pulang ke rumah.“Aku sangat kecewa kepadamu! Kau masih saja berhubungan dengan wanita itu di belakangku!” desis Maureen dengan kemarahan yang tertahan.“Mengapa tidak boleh? Aku lebih dahulu mengenalnya daripada kamu! Memang dia pernah melakukan kesalahan, tetapi aku memberikan kesempatan kepadanya untuk berubah!” Tegas Patrick.Wajah Maureen menjadi semakin ditekuk. Patrick secara terang-terangan membela mantan kekasihnya itu dan hal itu jelas melukai perasaan Maureen.“Kau memang tidak pernah peduli dengan perasaanku! Seharusnnya aku sadar,
“Kau salah mengerti! Aku hanya tidak ingin mengusik dari tidurmu!” sahut Patrick dengan suara serak.Ia, lalu bangkit dari duduknya, sambil menutupi matanya yang terasa silau, karena lampu di ruang kerjanya dinyalakan Maureen.Maureen berdiri di dekat pintu ruang kerja Patrick, dengan tangan terlipat di depan dada. Ia melayangkan tatapan sinis ke arah suaminya.Ia meragukan apa yang dikatakan Patrick. Ia merasa, kalau suaminya itu berbohong kepadanya.“Mengapa aku merasa, kalau kau berbohong kepadaku?” Tanya Maureen.Patrick berjalan mendekati Maureen, lalu berhenti tepat di hadapannya dengan jarak yang begitu rapat.“Aku lelah, setelah kita menempuh perjalanan jauh dan aku mengaku memang pergi ke apartemen Sandra, tetapi aku tidak pergi untuk berselingkuh! Aku akan menjelaskannya kepadamu besok, sekarang aku hanya ingin tidur!” ucap Patrick.Secara tak terduga, ia mengangkat Maureen, lalu membopongnya. Ia, kemudian membaringkan Maureen di atas sofa yang tadi ditidurinya.Setelahnya,
“Kau membuat rumit hubungan kita! Seharusnya semua menjadi sederhana!” tegas Patrick lagiMaureen menatap netra Patrick ia merasa heran, karena sikap arogannya, yang menyalahkan dirinya dalam hubungan mereka.Seharusnya Patrick juga menyadari, bahwa dirinyalah penyebab hubungan mereka menjadi seperti ini.“Seandainya kau tidak memberi perhatian kepada Sandra, ia tidak mungkin masih berani menghubungimu. Akan tetapi, kau masih berhubungan, melalui telepon dan juga kalian diam-diam masih bertemu,” ucap Maureen.Patrick membelai rambut Maureen dengan rasa sayang. “Tadi malam adalah pertemuan terakhir kami. Dan Sandra mengetahui hal itu.”Maureen mencari kejujuran di netra Patrick. “Apakah aku bisa mempercayai apa yang kau katakan?”Patrick mengecup kening Maureen. “Tentu saja!”Setelahnya, Patrick kembali duduk di balik meja kerjanya. Ia mempersilakan kepada Maureen untuk melihat-lihat di hotel tersebut.Dan ketika jam makan siang nanti ia kembali ke ruangannya. Mereka akan makan siang b
“Kamu egois sekali! Hanya memikirkan dirimu sendiri saja!” tegur Maureen.Patrick tersenyum lebar, ia mengecup kening Maureen dengan rasa sayang. “Trlalu banyak marah dan cemberut hanya membuat keningmu menjadi berkerut saja! Sekarang, istirahtlah!”Maureen beranjak menjauh dari Patrick, lalu kembali ke sofa di mana tadi ia berbaring.Dibaringkannya badan di atas sofa dengan ponselnya yang ia taruh di atas meja, yang ada di dekatnya. Mata Maureen terpejam dengan mudahnya ia tertidur.Patrick mengamati Maureen, kemudian ia lanjut memeriksa pekerjaannya. Ia akan menjadikan Maureen, sebagai asistennya, biar Istrinya itu selalu berada dekat dengannya.Beberapa jam berlalu pintu ruang kerja Patrick diketuk dan begitu pintu terbuka ternyata manajer hotellah yang masuk.Manajer itu melirik Maureen sekilas ia merasa heran, karena Istri dari pemilik hotel ini justru tidur di sofa.“Maaf, Tuan! Seandainya mengetahui Istri Anda akan tidur, kami bisa menyiapkan kamar di sini,” ucap manajer terseb
“Kenapa aku harus merasa kagum, seperti mereka, kalau aku sudah mengetahui kau sudah sedari kecil mengetahui apa yang harus dikerjakan!” ketus Maureen.Patrick tidak marah, karena ia tahu Maureen hanya berpura-pura saja untuk menutupi rasa kagumnya.Dosen yang mengajar di kampus Maureen menghampiri Maureen untuk menyapa keduanya. Ia mengucapkan terima kasih kepada Patrick yang sudah menerima dan menyambut dengan ramah kedatangan mereka.Selesai kuliah umum acara dilanjutkan dengan makan malam, yang disajikan di meja buffet secara prasmanan.“Makanlah yang banyak, diriku tidak suka dengan wanita yang menahan dirinya untuk makan, hanya karena tidak ingin merusak bentuk tubuhnya.” Bisik Patrick.Maureen menggertakkan giginya, kesal kepada Parick. Dan untuk memperlihatkannya, ia mengambil makanan dalam jumlah yang banyak, lalu membawanya ke meja yang sudah disiapkan untuk mereka dan memakannya.Patrick duduk di samping Maureen untuk menyantap hidangannya. Ia melirik sekilas porsi makanan
“Bukan diriku tidak percaya kepadamu, atau tidak menyadari pesonaku, yang membuatmu tidak akan berpaling dariku. Hanya saja aku tidak ingin jauh darimu!” kata Patrick.\Maureen memutar bola mata seharusnya ia bisa menduga, kalau Patrick tidak akan membiarkannya berada dekat dengan David.“Apakah kamu mengirim mata-mata untuk mengawasiku?” Tanya Mauereen.Patrick tersenyum lebar dan dari senyumannya saja Maureen sudah dapat menduga, kalau ada orang suruhan Patrick yang mengawasinya.“Kau memang melakukannya, bukan? Dan aku salah, karena tidak menduganya,” ucap Maureen.Patrick mengatakan kepada Maureen sudah sewajarnya, kalau ia selalu berada dalam pengawasan. Mengingat posisi Maureen, sebagai istrinya.Ia tidak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi kepada Maureen. Dan ia menyewa seorag pengawal untuk memastikan Maureen selalu berada dalam pengawasan.Maureen menggerutu mendengarnya, “Mengapa diriku merasa, kalau hidupku tidak bebas selalu berrada dalam pengamatanmu!”“Kau tetap beba
‘Makan malam panas? Apa maksud Patrick?’ batin Maureen.Dimasukkannya kembali gaun malam dan juga kartu ucapan dari Patrick ke goodie bag.Maureen bangkit dari duduknya, sambil menggendong Putranya. Sesampainya di dalam rumah, ia meminta kepada seorang pelayan untuk membawakan buket mawaa juga goodie bag, yang ada di ayunan ke kamarnya.Maureen berjalan menaiki tangga, dengan perasaan bahagia bercampur rasa tidak sabar, agar hari menjadi gelap.Maureen memasuki kamar putranya, lalu ia baringkan bayi tersebut di dalam tempat tempat tidurnya.Setelahnya, Maureen beranjak dari kamar putranya. Ia berjalan menuju kamarnya. Ia akan tidur saja, biar nanti malam dirinya dalam keadaan segar, ketika ia dan Patrick makan malam.Masuk kamarnya, Maureen berjalan menuju wastafel untuk mencuci wajah. Setelahnya, ia membaringkan badan di atas tempat tidurnya yang empuk.Ia hampir saja terlelap, ketika terdengar suara dari balik pintu kamarnya.“Nyonya, Maureen! Saya membawakan buket dan bingkisan mi
“Astaga! Selama ini kau mengetahuinya? Akan tetapi, kau terlihat biasa saja, bahkan tidak peduli?” Tanya Maureen dengan penasaran.Patrick meletakkan gelas anggur yang ada di tangannya ke atas meja. Ia memandangi Maureen dengan tatapan menggoda.Ia membiarkan Maureen menjadi penasaran dengan apa yang akan dikatakannya kepada Istrinya itu.Disantapnya makanannya dengan nikmat, sambil melihat Maureen dengan kalem. Wajah Istrinya itu melihat ke arahnya, dengan bibir yang dimanyunkan.Sabah mengangkat daging yang ia tusuk dengan garpu ke arah Maureen. “Sabar Sayang! Biarkan aku menikmati makan malamku dahulu.”Maureen mendengus tidak suka, tetapi ia tidak bisa memaksa Ray, karena suaminya itu keras kepala.Selesai makan pun Patrick tidak merasa perlu buru-buru menjawab pertanyaan Maureen. Ia menyesap anggurnya dengan nikmat selama beberapa saat.Patrick berdiri dari duduknya, lalu mengulurkan tangan kepada Maureen. Tanpa ragu Maureen menerima uluran tangan dari Patrick.“Apa yang akan kit