Share

2. Kecanduan

Penulis: Rika Jhon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-05 20:29:42

Lareina yang kala itu tengah menangis meratapi kemalangannya, seketika menatap wajah tampan Liceo dengan nyalang.

Dadanya bergemuruh, emosi kini melanda jiwa. Bibir pun gemetar karena menahan emosi dan isak tangis. Tangannya sibuk menutupi tubuh yang polos dengan menggunakan pakaian.

“Aku menginginkanmu lagi! Layani aku lagi!” titah Liceo.

Tanpa perasaan, dia kembali menindih tubuh Lareina. Dengan napas yang menderu, dia terus mencumbui gadis tersebut. Bibir Lareina kini sudah membengkak akibat keganasan Liceo.

Sekuat tenaga gadis itu berusaha melepaskan diri dari kungkungan Liceo. Namun, semuanya sia-sia karena pada saat itu Liceo tengah dilanda nafsu birahi yang menggebu-gebu.

Liceo yang sudah kembali berhasil menyatukan tubuhnya dengan tubuh Lareina. Kini dia sedang menghentak-hentakkan pinggulnya dengan kuat. Dia mendongakkan wajah dengan mata terpejam rapat.

“Sherin, aku tidak seperti yang kau tuduhkan. Lihatlah, kini aku sudah berhasil membuktikan ucapannu itu bahwa aku adalah lelaki normal, aku tidak impoten. Kini aku sudah berhasil menggagahi seorang gadis yang masih virgin.”

“Aakkhh … aku baru pertama kali ini merasakan betapa nikmatnya sensasi bercinta. Dan aku kecanduan menginginkannya lagi dan lagi, tapi aku bahagia karena aku melepaskan keperjakaanku pada gadis yang masih perawan.”

Liceo terus meracau. Matanya masih terpejam dengan rapat, sedangkan wajahnya masih terus mendongak ke atas, tapi pinggulnya masih aktif menghentak-hentak bagian bawah milik Lareina.

Sementara Lareina yang berada di bawahnya, kini dia tengah menatap wajah Liceo dengan lekat. Betapa sakit dan hancur perasaan gadis malang tersebut ketika mendengar ucapan Liceo, yang ternyata menodai dan merudapaksanya hanya demi membuktikan kenormalan diri belaka.

Apalagi di saat Liceo sedang menggagahinya, tapi dia justru menyebut nama perempuan lain. Rasanya, Lareina bagaikan seorang wanita penghibur yang hanya dijadikan tempat pelampiasan nafsu birahi saja.

Lareina menggigit bibir dengan sangat kuat hingga terluka dan berdarah. Tanpa sadar, ia mendesis akibat merasakan sakit di bibir dan rasa sakit di bagian intimnya, yang terasa terkoyak-koyak akibat kebuasan Liceo.

Liceo yang masih fokus mendongak dan memejamkan mata itu, seketika terhenyak ketika dia mendengar desisan dari mulut Lareina. Kesadarannya langsung kembali, dia langsung menundukkan wajah.

Deg!

Jantungnya seakan berhenti berdetak ketika matanya bersirobok dengan mata indah dan teduh milik Lareina, yang pada saat itu menatapnya dengan linangan air mata, kemudian matanya tertuju pada bibir Lareina yang terluka dan berlumuran darah. Dengan susah payah dia meneguk ludah, dan kini perasaannya semakin tidak menentu.

Perlahan, tangannya terangkat dan memegang bibir Lareina yang bengkak dan terluka itu. Ibu jarinya membelai dengan lembut bibir sensual tersebut, darah yang sudah mulai mengering kini memenuhi bibir Lareina.

“Apa yang kau lakukan? Mengapa bibirmu terluka seperti ini?” Liceo bertanya dengan lembut seraya menatap wajah cantik Lareina.

Lareina kembali menggigit bibirnya dengan sangat kuat, dan dia membuang muka ke samping. Mata Liceo melihat dengan jelas bagaimana Lareina yang tengah menyiksa dirinya sendiri.

“Nona, jangan menyiksa dirimu seperti ini. Apa yang kau lakukan ini salah. Lepaskan gigitan di bibirmu itu, bibirmu bisa hancur jika kau terus menggigitnya.” Liceo memegang bibir Lareina.

Akan tetapi, Lareina tidak mempedulikan ucapan Liceo. Dia terus saja menggigit bibir dengan semakin kuat. Liceo tidak tinggal diam, dia langsung berusaha melepaskan gigitan tersebut dengan cara menempelkan bibirnya pada bibir Lareina.

Hingga akhirnya, kini Lareina menggigit bibir Liceo dengan sangat kuat hingga berdarah. Sekuat tenaga Liceo menahan rasa sakit itu, tapi dia hanya diam saja tanpa berniat melepaskan tautan bibir mereka.

Liceo yang tengah merasakan sakit di bibirnya itu seketika panik ketika dia sudah tidak merasakan pergerakan lagi dari sang gadis. Dan perlahan tautan bibir mereka pun terlepas. Dia menatap wajah Lareina yang kini sudah pucat pasi. Matanya membelalak lebar. Perasaannya benar-benar tak menentu.

“Nona, bangun. Nona, apa yang terjadi?” Liceo menepuk-nepuk pelan wajah Lareina.

Karena tidak ada pergerakan dari sang gadis, akhirnya Liceo bergegas melepaskan diri dari tubuh Lareina. Dia melepaskan penyatuan mereka. Rasa haus dan dahaga birahinya, kini seketika sirna.

Liceo segera memakai pakaiannya, lalu dia memakaikan pakaian Lareina. Namun, matanya gagal fokus ketika melihat bagian intim sang gadis yang membengkak, dan di sekujur tubuhnya penuh bercak-bercak kissmark akibat ulahnya.

Matanya kini terfokus pada bagian intim milik Lareina. Perlahan dia mengelusnya, lalu mengecupnya dengan lembut. Tingkah laku Liceo terlihat seperti psikopat.

“Ini milikku, hanya milikku seorang,” gumamnya.

Setelah selesai memakaikan kembali pakaian Lareina, Liceo pun bergegas keluar dengan membopong tubuh sang gadis. Damian yang masih berjaga-jaga di luar sangat terkejut melihatnya.

“Bos, apa yang terjadi? Apa yang sudah kau lakukan hingga gadis ini pingsan?” Damian mencerca Liceo dengan pertanyaan beruntun.

“Dam, nanti aku jelaskan. Sekarang, bagaimana caranya kita keluar dari hutan ini dan membawa gadis ini ke mobil. Apakah mobil tidak bisa dibawa kemari?” Liceo menatap sang asisten.

“Tunggu sebentar, Bos, aku akan mengambil mobil dulu. Ini adalah jalan setapak, jadi agak sulit untuk dimasuki kendaraan roda empat.”

“Lalu bagaimana? Apakah aku harus berjalan keluar hutan ini dengan menggendongnya?”

“Tunggu sebentar, Bos, aku akan segera kembali.” Setelah mengatakan itu, Damian pun berlari.

Sementara Liceo yang masih membopong tubuh Lareina, semakin merasa gelisah dan tidak tenang. “Aahh, lebih baik aku berjalan perlahan-lahan saja menuju jalan.”

Liceo pun berjalan menyusuri jalan setapak itu. Namun, seketika langkahnya terhenti ketika samar-samar dia mendengar suara orang yang sedang mengobrol.

Secepat kilat dia berlari ke arah kayu besar. Dia bersembunyi di sana, di bawah pohon besar tersebut sambil memperhatikan dua orang perempuan yang sedang berjalan sambil menggendong kayu bakar di punggungnya.

“Sudah sore begini, tapi aku belum melihat lagi Lareina. Ke mana gadis itu? Tidak biasanya dia libur mencari kayu bakar.”

“Mungkin dia sedang fokus merawat ibunya yang sakit parah. Dia kan hanya tinggal berdua dengan ibunya, jadi jika dia pergi mencari kayu bakar maka ibunya tidak ada yang mengurus dan merawat.”

“Kasihan sekali nasib Lareina. Ayahnya pergi meninggalkannya ketika dia masih kecil. Ayahnya lebih memilih wanita selingkuhannya daripada Lareina dan ibunya.”

“Iya, benar. Dan semenjak kepergian ayahnya itu, Lareina lah yang menjadi tulang punggung untuk membiayai sekolah dan kehidupannya dengan ibunya.”

“Kasihan sekali gadis malang itu. Sejak dia kecil, remaja, hingga kini dewasa, dia tidak pernah menikmati masa-masa indah kanak-kanak dan masa gadisnya seperti teman-temannya yang lain. Karena dia hanya fokus mencari uang dan mengurus ibunya yang sakit.”

Pendengaran Liceo yang masih normal, mendengar dengan jelas semua pembicaraan kedua perempuan tersebut, hingga mereka pun berlalu pergi meninggalkan hutan itu.

Mata Liceo kini menatap wajah Lareina. Entah mengapa, hatinya tiba-tiba terasa sesak mendengar tentang sosok Lareina. Kini, perasaan bersalah dan menyesal menghinggapi hatinya.

Lareina memang tinggal di desa tersembunyi dan terpencil di Italia, yang belum dikenal luas oleh wisatawan karena berada jauh dari pusat kota. Pekerjaannya sehari-hari hanya mencari kayu bakar, lalu dijualnya pada tengkulak kayu. Kayu-kayu bakar tersebut akan dibawa ke pusat perkotaan untuk bahan bakar memanggang pizza.

‘A-apa yang sudah kulakukan pada gadis ini? A-aku telah menghancurkan masa depannya hanya demi ambisiku saja. Aku ini benar-benar lelaki biadab dan kejam,’ batin Liceo.

Bab terkait

  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   3. Aku Bukan Budakmu

    “Sshhh ….”Liceo terhenyak ketika dia mendengar suara desisan dari arah Lareina. Dia menatap wajah pucat sang gadis, yang kini sedang memegang kepala sambil berusaha duduk. Mata Lareina menatap ke sekelilingnya. Hingga tatapannya terhenti saat matanya bersirobok dengan mata elang milik Liceo. Matanya yang teduh itu seketika berkaca-kaca.Lareina menggeleng-gelengkan kepala seraya beringsut mundur. “Tidak, tolong lepaskan aku. Aku tidak mau melayanimu. Aku bukan budakmu!”Setelah mengatakan itu, dia pun bangkit dan berniat untuk melarikan diri. Namun, karena tubuhnya terasa sakit dan remuk redam, serta di bagian intinya terasa nyeri, akhirnya dia kehilangan keseimbangan dan terhuyung ke belakang.Liceo dengan sigap menahan tubuhnya. “Nona, kau kenapa?”Lareina tersentak, dengan sekuat tenaga dia berusaha melepaskan diri dari pelukan Liceo. “Lepaskan aku! Aku mau pulang!”Akan tetapi, Liceo tidak melepaskannya. Dia justru semakin mempererat dekapannya di tubuh Lareina. Kini, buliran ben

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05
  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   4. Kehilangan Ibu

    Liceo dan Damian tersentak mendengarnya. Damian hanya tertunduk, sedangkan Liceo menatap Lareina dengan sangat lekat. Damian yang sangat paham dengan karakter sang bos, merasa khawatir. Karena jika Liceo sudah tersulut emosi maka dia tidak akan memandang siapapun lawan bicaranya.Perasaan Damian sudah ketar-ketir, apalagi melihat mata Liceo yang sudah memerah dan bahkan berkaca-kaca, sementara Lareina sengaja membalas tatapan Liceo, dia terlihat begitu menantangnya.“Mengapa kau menatapku seperti itu? Apakah kau ingin marah? Kau tidak terima dengan ucapanku? Aku tidak peduli! Karena apa yang aku katakan itu semuanya benar dan kenyataan, bahwa kau dan temanmu itu penjahat kelamin!” Lareina berteriak di depan wajah Liceo.Liceo memejamkan mata. Tangannya sudah terlihat mengepal hingga urat-uratnya nampak. Damian yang melihat itu semakin khawatir. Dia mendekati sang bos. Namun, seketika langkahnya terhenti karena Liceo memberinya kode untuk berhenti.“Nona, aku tidak ingin berdebat ataup

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05
  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   5. Aku di Mana

    “Ibuuu … Ibuuu … jangan tinggalkan Reina, Bu. Reina sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Ibu. Ibu … Reina ingin ikut bersama Ibu ….”Lareina berteriak histeris. Dia menangis dengan sangat memilukan. Siang itu, ibunya sudah dimakamkan di pemakaman umum, yang terletak tidak jauh dari rumahnya.Para pelayat memenuhi rumah terakhir untuk ibu Lareina. Pemakaman tersebut dilakukan secara Islam. Sebab di desa itu memang mayoritas Muslim. Karena penduduk di desa tersebut merupakan pendatang dari Negara Albania, yang merupakan satu-satunya negara Muslim di Eropa.Para tetangga Lareina berusaha menenangkan gadis tersebut agar berhenti menangis, dan agar berhenti berteriak histeris. Namun, Lareina justru semakin histeris.Sementara Liceo dan Damian, mereka berdiri tak jauh dari makam. Tiba-tiba, mata Lareina tertuju pada kedua pemuda tampan itu. Dia menatap nyalang pada Liceo. Secepat kilat dia berlari ke arahnya.“Laki-laki iblis kau! Kau yang menyebabkan ibuku tiada. Kau jahat. Kau kej

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   6. Oma Masimma Domani

    “Kau —” Mata Lareina membola sempurna ketika ia melihat kehadiran laki-laki yang sangat dibencinya. Bola-bola kristal itu pun sudah siap meluncur dari kelopak matanya. Lareina semakin beringsut mundur, hingga tubuhnya terjatuh dari ranjang. Liceo berlari ke arahnya. “Nona Reina, kau tidak apa-apa?” Liceo mengulurkan tangan. “Jangan mendekat! Jangan sentuh aku! Menjauh dariku!” Lareina berteriak histeris. Kelima maid yang melihat pemandangan itu hanya bisa saling berpandangan. Mereka bingung dengan apa yang terjadi, sementara Lareina sudah menangis terisak. “Tuan —” Salah satu maid membuka suara. Namun, Liceo mengangkat tangannya. Dia memberi kode agar para maid itu diam dan pergi. Kelima maid itu pun bergegas keluar. Sementara Lareina menangis dengan memeluk lutut. Ia menyusupkan wajah di antara kedua lututnya. Liceo meneguk ludah dengan susah payah, tenggorokannya terasa tercekat. “Nona, a-aku mohon, tolong maafkan kesalahanku. Aku berjanji akan bertanggung jawab. A

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   7. Penjahat Kelamin

    Lareina kembali membabi-buta. Bahkan dia melempari Liceo dengan bantal guling yang ada di ranjang, dan benda apa saja yang ada di dekatnya.Masimma hanya memperhatikan tindakan Lareina terhadap cucu kesayangannya itu. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena dia belum mengetahui titik permasalahan dari keduanya.Lareina kembali histeris. Kini dia melupakan keberadaan Masimma yang masih duduk di sampingnya. Gadis tersebut berdiri dengan tatapan nyalang.“Aku ingin kembali ke rumahku. Ibuku di sana tengah menungguku. Mengapa kau membawaku ke sini, hah?! Aku tidak sudi tinggal dengan penjahat kelamin sepertimu!” Lareina terus berteriak.Masimma mengernyitkan kening mendengar Lareina mengatakan cucunya penjahat kelamin. Pertanyaan demi pertanyaan bercokol dalam benaknya.Dia menatap Liceo yang masih berdiri sambil menghalau benda-benda yang Lareina layangkan padanya.“Aku membencimu laki-laki iblis. Aku sangat membencimu ….” Suara Lareina semakin melemah, hingga akhirnya dia kembali

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-27
  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   8. Dinner

    Malam itu di kediaman Domani family, di ruang makan yang sangat luas dan megah, terlihat Lareina sedang makan malam bersama Masimma.Setelah dengan susah payah Masimma merayu Lareina agar mau makan bersama, akhirnya gadis itu memaksakan diri untuk menerimanya. Karena dia merasa tak tega pada wanita tua tersebut.“Reina, ayo, Nak, makanlah yang banyak. Kau belum makan sejak kemarin.” Masimma menaruh berbagai menu makanan di piring Lareina.“Cukup, Oma. Ini makanannya terlalu banyak. Aku tidak terbiasa makan banyak.” Lareina menolak dengan halus.Masimma memandang wajah gadis malang itu. “Memangnya mengapa kau tidak terbiasa makan banyak?”“Karena aku —”Belum selesai Lareina menjawab pertanyaan Masimma, tiba-tiba matanya bersirobok dengan mata elang milik Liceo, yang baru saja masuk ke dalam rumah.Lareina meletakkan sendok dan garpu yang sedang dipegang. Lalu, ia bangkit dan hendak beranjak meninggalkan meja makan. Masimma mengernyitkan dahi melihat perubahan sikap Lareina. Hingga mat

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-28
  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   9. Lareina Terpaksa Makan

    “Oma, aku —”“Uuhh, sshhh ….”Ketika Liceo akan memberi jawaban pada sang oma, tiba-tiba Lareina siuman. Gadis tersebut duduk sambil memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Wajah dan bibirnya terlihat pucat pasi.“Reina, kau sudah bangun. Minum dulu.” Liceo dengan sigap memberikan segelas air putih.Lareina tidak menerimanya, dia hanya diam sambil menunduk. Masimma melihat pemandangan tersebut sambil menggeleng-gelengkan kepala.“Ceo, lebih baik kau keluar, biar oma saja yang yang mengurusnya.” Masimma mengambil alih gelas tersebut.Dia memberikan air minum itu ke mulut Lareina. Gadis itu perlahan membuka mulutnya dan meminum air tersebut hingga tandas. Dia benar-benar merasakan dahaga.Masimma tersenyum melihatnya, sedangkan Liceo terlongong-longong. Dia tak habis pikir, mengapa di saat dirinya yang memberikan air minum itu, Lareina menolaknya? Tetapi ketika sang oma yang memberikannya, gadis itu langsung mau.Karena Liceo tidak ingin semuanya bertambah kacau, akhirnya dia bergegas

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   10. Kejujuran Liceo pada Oma

    Semenjak Lareina dibawa ke kediaman Domani dan menempati kamar pribadi milik Liceo, lelaki tersebut mengalah dan memilih menempati kamar kosong di sebelah kamarnya.Masimma malam itu menghampiri sang cucu yang tengah melamun di balkon kamar. Dia merasa iba dan tak tega melihat cucu kesayangannya tersebut yang selalu murung dan banyak melamun.Liceo merupakan anak yang ceria dan periang. Namun, semenjak masalah yang dihadapinya dengan Lareina, membuatnya berubah. Perasaan berdosa dan bersalah selalu menghantuinya. Ucapan demi ucapan yang Lareina lontarkan padanya siang tadi, terus terngiang-ngiang di telinganya. Liceo memejamkan mata dan menghirup oksigen dengan kasar.‘Aku benar-benar iblis. Semua yang Reina katakan itu memang benar, aku menyadari dan menerimanya. Aku pemerkosa, aku pembunuh. Yaa … itu memang benar adanya.’‘Akan tetapi, aku benar-benar menyesali perbuatanku itu. Aku ingin mempertanggungjawabkannya. Namun, Reina sangat membenciku. Dia tidak sudi untuk kunikahi.”‘Lal

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30

Bab terbaru

  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   13. Ide Liceo

    Achilleo seketika terdiam mendengar ucapan sang putra. Dia menatap wajah Liceo yang kini sudah memerah.Liceo sudah beranjak dan ingin pergi meninggalkan ruangan kerja sang daddy. Namun, langkahnya terhenti ketika tangan Achilleo menyentuh pundaknya.“Ceo, tunggu! Daddy mengerti dengan semua maksud dari ucapanmu itu, tapi daddy tidak bisa berbuat apa-apa, Nak. Karena semua keputusan ada di tangan mommy-mu.” Achilleo menatap sang putra.Liceo menghela napas dengan berat. Dia membalas tatapan sang daddy. “Dad, maafkan aku. Untuk kali ini saja, tolong Daddy dan Mommy jangan ikut campur urusan pribadiku, aku mohon.”“Dulu aku tidak ingin menikah dengan Sherina, tetapi demi menghormati kalian sebagai orang tuaku, aku rela mengorbankan kebahagiaanku, tapi apa yang terjadi?”“Setelah aku mengorbankan masa lajangku untuk menikahi Sherin, tetapi belum genap 24 jam usia pernikahan kami, dia menceraikanku dengan alasan aku impoten.”Liceo menundukkan wajah. Matanya memerah dan berkaca-kaca. Pera

  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   12. Meeting

    Pagi itu, Liceo terlihat sedang berjalan tergesa-gesa menuju ruang meeting di kantor Domani Company. Di sana sudah banyak para klien yang duduk sambil memperhatikan pemilik Domani Company, yang sedang fokus melakukan presentasi.Ketika Liceo masuk ruangan, mata Achilleo Domani—sang daddy, menatapnya dengan tajam. Dari raut wajahnya terlihat menyimpan kemarahan. Namun, dia tetap meneruskan acara presentasi tersebut.Sementara Liceo, kini dia sudah duduk berbaur dengan para klien. Dia nampak termenung. Pikirannya terus tertuju pada Lareina, gadis yang akhir-akhir ini sudah mengusik pikirannya.Dia teringat ketika tadi malam sang oma menemukannya bersama Lareina yang sedang berada di atas pohon mangga. Masimma sangat marah besar terhadapnya, hingga dia dihukum tidur di atas pohon mangga semalaman, sedangkan Lareina dibawa masuk olehnya.Tentu saja Liceo tidak bisa tidur semalam suntuk. Nyamuk dan serangga selalu menggigitnya. Hingga seluruh kulitnya merah dan bentol-bentol. Ketika pagi p

  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   11. Lareina Berusaha Kabur

    Lareina terlonjak kaget hingga dia melompat dari ranjang dan jatuh ke lantai. Liceo yang melihatnya ikut melompat turun.“Reina, kau tidak apa-apa?” Liceo mengulurkan tangan.Sementara Lareina menatap nyalang. Dia menepis tangan Liceo, lalu bangkit. “Dasar laki-laki mesum, penjahat kelamin! Kau sengaja kan mencari kesempatan dalam kesempitan?!”“Reina, aku —”“Kau sengaja ingin menggagahiku lagi di saat aku sedang tidur. Begitu? Kau benar-benar brengsek. Aku benar-benar sangat membencimu dan tak akan pernah memaafkanmu!”Setelah mengatakan itu, Lareina berbalik badan dan berlari keluar. Dia berlari menuruni tangga dengan cepat. Kediaman Domani yang sangat luas itu, membuatnya kesulitan mencari pintu keluar.Liceo pun tak kalah cepat mengejarnya. Matanya tertuju pada sosok Lareina yang kini sedang berdiri di belakang rumah. Tempat itu adalah tanah kosong, tapi di bagian belakangnya merupakan perkebunan buah-buahan.Mata Lareina memperhatikan keadaan sekitarnya. ‘Bagaimana caranya aku b

  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   10. Kejujuran Liceo pada Oma

    Semenjak Lareina dibawa ke kediaman Domani dan menempati kamar pribadi milik Liceo, lelaki tersebut mengalah dan memilih menempati kamar kosong di sebelah kamarnya.Masimma malam itu menghampiri sang cucu yang tengah melamun di balkon kamar. Dia merasa iba dan tak tega melihat cucu kesayangannya tersebut yang selalu murung dan banyak melamun.Liceo merupakan anak yang ceria dan periang. Namun, semenjak masalah yang dihadapinya dengan Lareina, membuatnya berubah. Perasaan berdosa dan bersalah selalu menghantuinya. Ucapan demi ucapan yang Lareina lontarkan padanya siang tadi, terus terngiang-ngiang di telinganya. Liceo memejamkan mata dan menghirup oksigen dengan kasar.‘Aku benar-benar iblis. Semua yang Reina katakan itu memang benar, aku menyadari dan menerimanya. Aku pemerkosa, aku pembunuh. Yaa … itu memang benar adanya.’‘Akan tetapi, aku benar-benar menyesali perbuatanku itu. Aku ingin mempertanggungjawabkannya. Namun, Reina sangat membenciku. Dia tidak sudi untuk kunikahi.”‘Lal

  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   9. Lareina Terpaksa Makan

    “Oma, aku —”“Uuhh, sshhh ….”Ketika Liceo akan memberi jawaban pada sang oma, tiba-tiba Lareina siuman. Gadis tersebut duduk sambil memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Wajah dan bibirnya terlihat pucat pasi.“Reina, kau sudah bangun. Minum dulu.” Liceo dengan sigap memberikan segelas air putih.Lareina tidak menerimanya, dia hanya diam sambil menunduk. Masimma melihat pemandangan tersebut sambil menggeleng-gelengkan kepala.“Ceo, lebih baik kau keluar, biar oma saja yang yang mengurusnya.” Masimma mengambil alih gelas tersebut.Dia memberikan air minum itu ke mulut Lareina. Gadis itu perlahan membuka mulutnya dan meminum air tersebut hingga tandas. Dia benar-benar merasakan dahaga.Masimma tersenyum melihatnya, sedangkan Liceo terlongong-longong. Dia tak habis pikir, mengapa di saat dirinya yang memberikan air minum itu, Lareina menolaknya? Tetapi ketika sang oma yang memberikannya, gadis itu langsung mau.Karena Liceo tidak ingin semuanya bertambah kacau, akhirnya dia bergegas

  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   8. Dinner

    Malam itu di kediaman Domani family, di ruang makan yang sangat luas dan megah, terlihat Lareina sedang makan malam bersama Masimma.Setelah dengan susah payah Masimma merayu Lareina agar mau makan bersama, akhirnya gadis itu memaksakan diri untuk menerimanya. Karena dia merasa tak tega pada wanita tua tersebut.“Reina, ayo, Nak, makanlah yang banyak. Kau belum makan sejak kemarin.” Masimma menaruh berbagai menu makanan di piring Lareina.“Cukup, Oma. Ini makanannya terlalu banyak. Aku tidak terbiasa makan banyak.” Lareina menolak dengan halus.Masimma memandang wajah gadis malang itu. “Memangnya mengapa kau tidak terbiasa makan banyak?”“Karena aku —”Belum selesai Lareina menjawab pertanyaan Masimma, tiba-tiba matanya bersirobok dengan mata elang milik Liceo, yang baru saja masuk ke dalam rumah.Lareina meletakkan sendok dan garpu yang sedang dipegang. Lalu, ia bangkit dan hendak beranjak meninggalkan meja makan. Masimma mengernyitkan dahi melihat perubahan sikap Lareina. Hingga mat

  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   7. Penjahat Kelamin

    Lareina kembali membabi-buta. Bahkan dia melempari Liceo dengan bantal guling yang ada di ranjang, dan benda apa saja yang ada di dekatnya.Masimma hanya memperhatikan tindakan Lareina terhadap cucu kesayangannya itu. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena dia belum mengetahui titik permasalahan dari keduanya.Lareina kembali histeris. Kini dia melupakan keberadaan Masimma yang masih duduk di sampingnya. Gadis tersebut berdiri dengan tatapan nyalang.“Aku ingin kembali ke rumahku. Ibuku di sana tengah menungguku. Mengapa kau membawaku ke sini, hah?! Aku tidak sudi tinggal dengan penjahat kelamin sepertimu!” Lareina terus berteriak.Masimma mengernyitkan kening mendengar Lareina mengatakan cucunya penjahat kelamin. Pertanyaan demi pertanyaan bercokol dalam benaknya.Dia menatap Liceo yang masih berdiri sambil menghalau benda-benda yang Lareina layangkan padanya.“Aku membencimu laki-laki iblis. Aku sangat membencimu ….” Suara Lareina semakin melemah, hingga akhirnya dia kembali

  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   6. Oma Masimma Domani

    “Kau —” Mata Lareina membola sempurna ketika ia melihat kehadiran laki-laki yang sangat dibencinya. Bola-bola kristal itu pun sudah siap meluncur dari kelopak matanya. Lareina semakin beringsut mundur, hingga tubuhnya terjatuh dari ranjang. Liceo berlari ke arahnya. “Nona Reina, kau tidak apa-apa?” Liceo mengulurkan tangan. “Jangan mendekat! Jangan sentuh aku! Menjauh dariku!” Lareina berteriak histeris. Kelima maid yang melihat pemandangan itu hanya bisa saling berpandangan. Mereka bingung dengan apa yang terjadi, sementara Lareina sudah menangis terisak. “Tuan —” Salah satu maid membuka suara. Namun, Liceo mengangkat tangannya. Dia memberi kode agar para maid itu diam dan pergi. Kelima maid itu pun bergegas keluar. Sementara Lareina menangis dengan memeluk lutut. Ia menyusupkan wajah di antara kedua lututnya. Liceo meneguk ludah dengan susah payah, tenggorokannya terasa tercekat. “Nona, a-aku mohon, tolong maafkan kesalahanku. Aku berjanji akan bertanggung jawab. A

  • DICERAI ISTRI MENDAPATKAN PERAWAN   5. Aku di Mana

    “Ibuuu … Ibuuu … jangan tinggalkan Reina, Bu. Reina sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Ibu. Ibu … Reina ingin ikut bersama Ibu ….”Lareina berteriak histeris. Dia menangis dengan sangat memilukan. Siang itu, ibunya sudah dimakamkan di pemakaman umum, yang terletak tidak jauh dari rumahnya.Para pelayat memenuhi rumah terakhir untuk ibu Lareina. Pemakaman tersebut dilakukan secara Islam. Sebab di desa itu memang mayoritas Muslim. Karena penduduk di desa tersebut merupakan pendatang dari Negara Albania, yang merupakan satu-satunya negara Muslim di Eropa.Para tetangga Lareina berusaha menenangkan gadis tersebut agar berhenti menangis, dan agar berhenti berteriak histeris. Namun, Lareina justru semakin histeris.Sementara Liceo dan Damian, mereka berdiri tak jauh dari makam. Tiba-tiba, mata Lareina tertuju pada kedua pemuda tampan itu. Dia menatap nyalang pada Liceo. Secepat kilat dia berlari ke arahnya.“Laki-laki iblis kau! Kau yang menyebabkan ibuku tiada. Kau jahat. Kau kej

DMCA.com Protection Status