Nadira dan Rashi hanya bisa mengangguk sambil menahan air mata karena kehadiran mereka jelas membuat Gebby merasa tidak senang."Kalian istirahat saja dulu, Papa harus pergi mengecek laporan di kantor. Beberapa hari ini Papa tidak ke kantor, jadi kalian Papa tinggal dulu, ya! Kalian mau Papa belikan apa?" tanya Reyhan."Gak usah, Pa, kita berdua gak mau merepotkan Papa," jawab Nadira."Enggak, dong, Sayang." Reyhan mengusap kepala Nadira, ia merasa menyesal karena dulu pernah menyiakan putrinya itu."Nadira sama Rashi mau istirahat saja, Pa," ujar Nadira lagi."Ya sudah, kalau begitu gimana kalau nanti pulang dari kantor Papa belikan boneka? Rashi mau apa, Nak?""Terserah Papa saja," jawab Rashi sambil tersenyum. Begitu teduh wajahnya, membuat Reyhan menyadari arti ketulusan yang tanpa sengaja telah mereka ajarkan untuknya.Nadira dan Rashi benar-benar jauh berbeda dengan Gebby. Entahlah, Reyhan merasa mungkin memang ini semua adalah kesalahannya, dia pernah mengabaikan anak sebaik Nad
Kita Berpisah Sementara Waktu"Mas, apakah benar kamu hari ini juga harus sudah berangkat ke Singapura?" tanya Indah menahan getir di dalam hatinya. Ia memang rela Edwan pergi ke Singapura, namun sebagai seorang istri tetap saja ia merasakan kesedihan karena harus berpisah, namun Indah berusaha terlihat tegar di depan Edwan."Iya, Sayang. Maafin Mas, ya, kita harus berjauhan untuk sementara waktu.""Iya nggak papa, kok, Mas. Pokoknya di sana Mas harus bener-bener menjalani apa yang dikatakan oleh dokter supaya bisa lekas sembuh dan pulang lagi ke Indonesia. Aku dan anak-anak akan menunggu kamu pulang dalam keadaan sehat.""Iya Mas janji, tapi gimana kalau nanti Mas tidak bisa berjalan lagi dan harus selamanya di atas kursi roda?" tanya Edwan sedih.Edwan menggenggam tangan Indah erat, kesedihan di dalam hatinya begitu terasa saat melihat keadaan Indah yang tidak berdaya namun harus ditinggalkan, siapapun yang berada dalam situasi seperti itu sudah pasti akan merasakan kegalauan yang l
Hukuman Kecil untuk Gebby"Papa jahat! Papa nggak adil!" pekik Gebby sambil membanting kertas hasil prakarya milik Nadira dan Rashi ke lantai, ia langsung lari kembali masuk ke dalam kamarnya dan mengunci diri. Reyhan benar-benar dibuat geleng-geleng kepala akibat ulah Gebby yang sama sekali tidak bisa diatur.Anak sekecil itu sudah bersifat keras kepala, kekuannya sangat persis dengan Luna. Reyhan mengusap kepalanya dengan kasar, tak tahu lagi bagaimana caranya supaya Gebby bisa menjadi anak yang penurut.Nadira dan Rashi yang mendengar keributan itu langsung berlari menuju ke kamar mereka. Mereka melihat hasil prakarya yang sudah hancur di lantai."Maafin Papa, ya, Papa terlambat menyelamatkan hasil prakarya kalian, tapi Papa pastikan Gebby akan mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatannya," ujar Reyhan. Ia takut Nadira dan Rashi menajdi tidak betah tinggal bersamanya.Nadira dan Rashi langsung memeluk hasil prakarya mereka yang sudah dirusak oleh Gebby. Ada titik air mata yan
Gebby yang sudah sampai di rumah langsung masuk ke dalam kamar dan membanting tasnya sembarangan. Papanya benar-benar menghukum dia hari ini, dan akibatnya ia jadi tidak bisa jajan di kantin, sementara Nadira dan Rashu justru enak-enakkan makan burger.Mengetahui papanya sudah kembali ke kantor setelah mengantar mereka ke rumah, Gebby pun bersiap untuk membalas dendam kepada Nadira dan Rashi."Enak ya kalian berdua? bisa makan di kantin sepuasnnya sementara gue harus dapat hukuman dari papa!" ucap Gebby setelah berhasil menerobos masuk kendalam kamar Nadira."Maksud kamu apa?" tanya Rashi berusaha pasang badan di depan Nadira."Gara-gara kalian, aku gak dikasih uang jajan sama Papa. Saldo e-money aku gak di-TopUp. Pasti kalian kan yang ngomporin Papa supaya jangan ngasih aku uang jajan? biasanya papa kalau mengancam aku tidak pernah benar-benar dilakukan, tapi sekarang papa bener-bener nggak ngasih aku uang jajan sesuai dengan ancamannya kemarin!""Terus kenapa kamu nyalahin kita? jel
Gebby Protes"Pa, aku mau protes!" ujar Gebby malam itu saat Reyhan berencana kembali berencana mengajak Nadira dan Rashi ke Rumah Sakit untuk menjenguk Indah."Kamu mau protes apa?"tanya Rehan dengan nada datar."Kok Papa tega sih nggak ngisiin saldo e-money aku buat jajan di kantin sekolah?""Kan Papa udah pernah bilang, Papa akan hukum kamu karena kamu udah berbuat semena-mena di rumah ini. Papa mau kamu ikuti aturan Papa, gampang kan? lagian salahnya Nadira dan Rashi itu apa sih? Kok kamu segitu bencinya sama mereka?""Aku nggak suka sama mereka, Pa! Mamanya mereka yang udah bikin Mama aku masuk penjara!""Berapa kali Papa harus bilang sama kamu? mamamu masuk penjara itu bukan karena kesalahan siapa-siapa tapi karena kesalahannya sendiri!""Enggak! Mama bilang Mama dijebak sama mama Indah!""Gebby ... kamu masih terlalu kecil untuk ngerti masalah ini, jadi sekarang Papa mau kamu berhentilah bersikap seperti itu. Jadilah anak baik seperti yang Papa mau!""Enggak! mereka enggak seha
Harapan"Edwan, Mama baru saja ketemu dokter dan mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit ini tentang hasil penelitian mereka terhadap kondisi kamu. Ternyata pusat dari kesalahan sarafmu itu ada di bagian pinggang, dan mereka akan segera melakukan tindakan operasi di tulang punggungmu supaya kamu bisa lekas jalan lagi, Nak," ujar Mama Edwan yang baru saja masuk ke dalam ruangan, ia membawa kabar bahagia itu sambil memeluk Edwan dan menangis terharu."Alhamdulillah ya Allah, jadi kapan Edwan dijadwalkan untuk operasi, Ma?" tanya Edwan tak sabar."Kita tunggu saja keputusan dari dokter, ya paling tidak sekarang doa-doa kita sudah dijawab sama Allah, kita tetap harus ikhtiar berdoa dan bersabar.""Iya, Ma, Alhamdulillah ya Allah ... seberapa besar pun rasa sakit yang akan aku hadapi nanti aku berpasrah diri kepadaMu, hamba hanya minta kesembuhan supaya hamba bisa kembali berkumpul dengan anak-anak dan istri hamba," ujar Edwan sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.Sementar
Nadira dan Rashi yang baru saja kembali dari sekolah langsung berlari masuk ke dalam rumahnya karena ia melihat pintu rumah mamanya sudah terbuka itu artinya Mamanya sudah kembali dari rumah sakit."Mama ...." Nadira dan Rashi berlarian mencari sosok ibunya dan mereka langsung memeluk Indah yang juga sudah menunggu mereka sejak tadi."Anak-anak Mama udah pulang! ya ampun sama tuh kang banget sama kalian.""Tapi kan kita baru ketemu kemarin, Mama, masa lupa sih?" ujar Nadira dengan mimik wajah lucu."Emangnya Mama nggak boleh kangen sama kalian setiap hari?" goda Indah."Iya boleh, dong, Mama," sahut Rashi. Mereka berpelukan lagi."Wah ... seneng banget ya, akhirnya Mama kalian udah sehat. Ini barang-barang kalian Papa taruh mana, nih? tanya Reyhan yang baru saja masuk sambil membawakan beberapa barang milik Nadira dan Rashi."Letakkan di situ saja, Mas, biar nanti aku yang membereskan. Makasih ya Mas, udah anter anak-anak pulang," ucap Indah."Itu juga kewajibanku," jawab Reyhan. Reyh
Hari itu dua orang ART yang akan bekerja di rumah Indah akhirnya tiba. Mereka memperkenalkan dirinya sebagai Aisyah dan Lili. Indah sudah membaca tentang latar belakang dan penglaman kerja mereka dari pihak penyalur. Indah langsung menjelaskan tentang peraturan atau rules yang harus mereka ikuti selama bekerja bersama Indah.Mereka berdua pun ditempatkan di kamar yang pernah dihuni oleh dua Art Indah sebelumnya.Hari pertama bekerja, Indah melihat keduanya benar-benar bertanggung jawab atas apa yang sudah menjadi tugasnya masing-masing. Aisyah bertugas untuk memasak, sedangkan Lili bertugas membersihkan rumah.Indah berusaha memperlakukan mereka berdua tidak seperti pembantu tetapi seperti keluarga sendiri agar keduanya merasa betah. Mereka juga diajak makan di meja yang sama dan memakan makanan yang sama."Aisyah, Lili, saya minta tolong panggilkan Bapak sama Ibu di kamar, ya! Kita makan bareng," pinta Indah."Baik, Bu," sahut keduanya bersamaan. Tak lama kemudian terlihat Pak Trisno