Harapan"Edwan, Mama baru saja ketemu dokter dan mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit ini tentang hasil penelitian mereka terhadap kondisi kamu. Ternyata pusat dari kesalahan sarafmu itu ada di bagian pinggang, dan mereka akan segera melakukan tindakan operasi di tulang punggungmu supaya kamu bisa lekas jalan lagi, Nak," ujar Mama Edwan yang baru saja masuk ke dalam ruangan, ia membawa kabar bahagia itu sambil memeluk Edwan dan menangis terharu."Alhamdulillah ya Allah, jadi kapan Edwan dijadwalkan untuk operasi, Ma?" tanya Edwan tak sabar."Kita tunggu saja keputusan dari dokter, ya paling tidak sekarang doa-doa kita sudah dijawab sama Allah, kita tetap harus ikhtiar berdoa dan bersabar.""Iya, Ma, Alhamdulillah ya Allah ... seberapa besar pun rasa sakit yang akan aku hadapi nanti aku berpasrah diri kepadaMu, hamba hanya minta kesembuhan supaya hamba bisa kembali berkumpul dengan anak-anak dan istri hamba," ujar Edwan sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.Sementar
Nadira dan Rashi yang baru saja kembali dari sekolah langsung berlari masuk ke dalam rumahnya karena ia melihat pintu rumah mamanya sudah terbuka itu artinya Mamanya sudah kembali dari rumah sakit."Mama ...." Nadira dan Rashi berlarian mencari sosok ibunya dan mereka langsung memeluk Indah yang juga sudah menunggu mereka sejak tadi."Anak-anak Mama udah pulang! ya ampun sama tuh kang banget sama kalian.""Tapi kan kita baru ketemu kemarin, Mama, masa lupa sih?" ujar Nadira dengan mimik wajah lucu."Emangnya Mama nggak boleh kangen sama kalian setiap hari?" goda Indah."Iya boleh, dong, Mama," sahut Rashi. Mereka berpelukan lagi."Wah ... seneng banget ya, akhirnya Mama kalian udah sehat. Ini barang-barang kalian Papa taruh mana, nih? tanya Reyhan yang baru saja masuk sambil membawakan beberapa barang milik Nadira dan Rashi."Letakkan di situ saja, Mas, biar nanti aku yang membereskan. Makasih ya Mas, udah anter anak-anak pulang," ucap Indah."Itu juga kewajibanku," jawab Reyhan. Reyh
Hari itu dua orang ART yang akan bekerja di rumah Indah akhirnya tiba. Mereka memperkenalkan dirinya sebagai Aisyah dan Lili. Indah sudah membaca tentang latar belakang dan penglaman kerja mereka dari pihak penyalur. Indah langsung menjelaskan tentang peraturan atau rules yang harus mereka ikuti selama bekerja bersama Indah.Mereka berdua pun ditempatkan di kamar yang pernah dihuni oleh dua Art Indah sebelumnya.Hari pertama bekerja, Indah melihat keduanya benar-benar bertanggung jawab atas apa yang sudah menjadi tugasnya masing-masing. Aisyah bertugas untuk memasak, sedangkan Lili bertugas membersihkan rumah.Indah berusaha memperlakukan mereka berdua tidak seperti pembantu tetapi seperti keluarga sendiri agar keduanya merasa betah. Mereka juga diajak makan di meja yang sama dan memakan makanan yang sama."Aisyah, Lili, saya minta tolong panggilkan Bapak sama Ibu di kamar, ya! Kita makan bareng," pinta Indah."Baik, Bu," sahut keduanya bersamaan. Tak lama kemudian terlihat Pak Trisno
Tiga orang pegawai butik itu akhirnya tak bisa lagi berbuat apa-apa, mereka memilih angkat kaki daripada harus dipenjara karena melakukan kasus penggelapan.“Harus jadi pelajaran bagi kalian bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan tujuan tidak baik pasti akan berakhir dengan cara yang tidak baik juga,“ ujar Indah. Mereka bertiga pun langsung pergi dari butik itu sambil menunduk malu.Indah langsung memanggil beberapa pelayan butiknya yang lain. Sedari tadi mereka melayani pelanggan dengan baik tanpa melihat dari penampilannya. Untuk hari ini Indah belum bisa langsung mengganti manajer butik karena untuk jabatan itu dibutuhkan seseorang yang memiliki etika yang baik dan juga disiplin dalam bekerja.Hari itu juga Indah langsung membuat pengumuman mencari pegawai baru untuk butik miliknya melalui media online. Tak menunggu lama, ada beberapa pelamar yang memasukkan CV mereka. Indah meminta Chika untuk mengecek CV para pelamar saat mereka sudah kembali ke kamar hotel. Mereka membutuhka
Kesembuhan EdwanAkhirnya Indah bisa lebih lega setelah berhasil mendapatkan orang-orang yang bisa dipercaya untuk mengurus butik miliknya.Indah kembali ke hotel bersama Chika setelah karyawan baru mendapatkan wejangan tentang SOP di butik.Sore itu mereka kembali terbang ke Jakarta dan sampai dengan selamat. Mereka berempat berjalan di bandara setelah pesawatnya landing."Maaf, ya, Sayang, kalian gak sempat Mama ajak liburan," ujar Indah pada Nadira dan Rashi.“Iya nggak papa kok, Mama, kita berdua kan tahu kalau Mama itu pergi untuk urusan kerja bukan untuk liburan, tapi kita berdua udah seneng kok ikut Mama kerja walaupun cuma di kamar hotel aja,” ujar Nadira.“Sayangnya Mama, pinter banget, makasih ya, Sayang. Mama janji nanti kalau Papa Edwan udah sembuh dan sudah balik ke Indonesia, kita pasti liburan lagi, kalian nggak trauma kan?”“Asiiiikk … pokoknya papa Edwan harus cepat sembuh, supaya kita bisa jalan-jalan bareng lagi,” ujar Rashi pula.“Bu Indah kalau gitu aku duluan ya
Edwan pulangBetapa bahagianya hati Indah saat mendapat kabar jika hari ini Edwan akan kembali ke Indonesia. Anak-anak juga sudah tak sabar untuk menyambut kepulangan papa mereka. Setelah pulang sekolah, Nadira dan Rashi langsung membuat dekorasi sederhana di dalam rumah dengan tulisan ‘Welcome Papa’.Indah juga sudah meminta pada Art-nya untuk menyiapkan beberapa menu untuk menyambut suami dan juga Mama mertuanya.Indah sudah tak sabar, pesawat yang membawa Edwan dijadwalkan akan landing di jam empat sore.Ia berkali-kali melihat jam dinding. Ia juga sudah meminta pada bapak dan ibu angkatnya untuk.ikut menyambut kepulangan suaminya itu.“Kamu pasti sudah ndak sabar, kan, Nduk?” tanya Bu Siti.“Iya, Bu, sudah cukup lama Mas Edwan pergi ke Singapura.”“Seandainya Ibu bisa melihat, Ibu pasti akan sangat bahagia melihat kamu dan suamimu,” ujar Bu Siti sedih.“Ibu harus tetap bahagia, kami akan menyayangi Ibu apapun keadaan Ibu.”“Terima kasih, Ibu hanya bisa.mendoakan semoga kebaikan ka
Indah dan Edwan benar-benar tak menyangka jika kecelakaan yang mereka alami ternyata sudah direkayasa oleh orang yang yang berhati jahat.Ingin rasanya Indah menjerit sekeras-kerasnya, jika memang orang itu benci pada dirinya, seharusnya jangan sampai anak-anaknya juga ikut menjadi korban. Indah begitu menyesalkan semua hal sudah dilakukan oleh orang jahat itu."Apa Ibu dan Bapak mencurigai seseorang?" tanya si petugas kepolisian itu.Tiba-tiba saja Indah teringat pada ancaman Luna saat terakhir kali mereka bertemu dan Luna sedang ditangkap oleh polisi. Saat itu memang Luna mengucapkan sumpah yang mengatakan bahwa dirinya pasti akan celaka."Ada, Pak. Tapi orang yang saya curigai itu saat ini sedang berada di dalam tahanan apa mungkin dia yang melakukannya?""Kapan orang yang anda curigai itu ditahan oleh pihak kepolisian?""Belum terlalu lama sih, Pak, beberapa bulan yang lalu.""Bisa saja itu dilakukan sebelumnya. Kapan terakhir kali Anda menggunakan mobil anda sebelum terjadinya ke
"Ya Allah ... Innalilahi wainnailaihi rojiun ... Baiklah, kami akan ke sana segera," ujar Reyhan lagi."Pa, siapa yang meninggal?" tanya Gebby penasaran, padahal ia hanya ingin memastikan."Om Edwan, Geb.""Suaminya Mama Indah?" tanya Gebby lagi. Reyhan hanya mengangguk lemah."Kita harus ke rumah duka, Sayang.""Enggak! Kita harus ketemu Mama dulu!" ujar Gebby mulai kesal."Tapi ini urgent, kasihan Nadira dan Rashi.""Papa kan udah jani sama aku mau ngajakin aku ketemuan sama Mama!""Iya, tapi bisa ditunda dulu, Sayang.""Pokoknya aku gak mau!""Kasihan Nadira dan Rashi," ulang Reyhan."Pa! Aku gak mau tau, kalau Papa mau pergi aja sendiri! Aku tetep mau ketemu Mama!" Gebby bersiap untuk keluar dari dalam mobil, namun Reyhan mencegahnya."Oke, oke, Papa anter kamu ketemu mamamu sekarang!" ujar Reyhan, Gebby pun mengurungkan niatnya untuk turun dari mobil.Akhirnya mereka melanjutkan tujuan awal untuk bertemu Luna. Sesampainya di sel tahanan, akhirnya mereka diizinkan bertemu dengan L