Edwan pulangBetapa bahagianya hati Indah saat mendapat kabar jika hari ini Edwan akan kembali ke Indonesia. Anak-anak juga sudah tak sabar untuk menyambut kepulangan papa mereka. Setelah pulang sekolah, Nadira dan Rashi langsung membuat dekorasi sederhana di dalam rumah dengan tulisan ‘Welcome Papa’.Indah juga sudah meminta pada Art-nya untuk menyiapkan beberapa menu untuk menyambut suami dan juga Mama mertuanya.Indah sudah tak sabar, pesawat yang membawa Edwan dijadwalkan akan landing di jam empat sore.Ia berkali-kali melihat jam dinding. Ia juga sudah meminta pada bapak dan ibu angkatnya untuk.ikut menyambut kepulangan suaminya itu.“Kamu pasti sudah ndak sabar, kan, Nduk?” tanya Bu Siti.“Iya, Bu, sudah cukup lama Mas Edwan pergi ke Singapura.”“Seandainya Ibu bisa melihat, Ibu pasti akan sangat bahagia melihat kamu dan suamimu,” ujar Bu Siti sedih.“Ibu harus tetap bahagia, kami akan menyayangi Ibu apapun keadaan Ibu.”“Terima kasih, Ibu hanya bisa.mendoakan semoga kebaikan ka
Indah dan Edwan benar-benar tak menyangka jika kecelakaan yang mereka alami ternyata sudah direkayasa oleh orang yang yang berhati jahat.Ingin rasanya Indah menjerit sekeras-kerasnya, jika memang orang itu benci pada dirinya, seharusnya jangan sampai anak-anaknya juga ikut menjadi korban. Indah begitu menyesalkan semua hal sudah dilakukan oleh orang jahat itu."Apa Ibu dan Bapak mencurigai seseorang?" tanya si petugas kepolisian itu.Tiba-tiba saja Indah teringat pada ancaman Luna saat terakhir kali mereka bertemu dan Luna sedang ditangkap oleh polisi. Saat itu memang Luna mengucapkan sumpah yang mengatakan bahwa dirinya pasti akan celaka."Ada, Pak. Tapi orang yang saya curigai itu saat ini sedang berada di dalam tahanan apa mungkin dia yang melakukannya?""Kapan orang yang anda curigai itu ditahan oleh pihak kepolisian?""Belum terlalu lama sih, Pak, beberapa bulan yang lalu.""Bisa saja itu dilakukan sebelumnya. Kapan terakhir kali Anda menggunakan mobil anda sebelum terjadinya ke
"Ya Allah ... Innalilahi wainnailaihi rojiun ... Baiklah, kami akan ke sana segera," ujar Reyhan lagi."Pa, siapa yang meninggal?" tanya Gebby penasaran, padahal ia hanya ingin memastikan."Om Edwan, Geb.""Suaminya Mama Indah?" tanya Gebby lagi. Reyhan hanya mengangguk lemah."Kita harus ke rumah duka, Sayang.""Enggak! Kita harus ketemu Mama dulu!" ujar Gebby mulai kesal."Tapi ini urgent, kasihan Nadira dan Rashi.""Papa kan udah jani sama aku mau ngajakin aku ketemuan sama Mama!""Iya, tapi bisa ditunda dulu, Sayang.""Pokoknya aku gak mau!""Kasihan Nadira dan Rashi," ulang Reyhan."Pa! Aku gak mau tau, kalau Papa mau pergi aja sendiri! Aku tetep mau ketemu Mama!" Gebby bersiap untuk keluar dari dalam mobil, namun Reyhan mencegahnya."Oke, oke, Papa anter kamu ketemu mamamu sekarang!" ujar Reyhan, Gebby pun mengurungkan niatnya untuk turun dari mobil.Akhirnya mereka melanjutkan tujuan awal untuk bertemu Luna. Sesampainya di sel tahanan, akhirnya mereka diizinkan bertemu dengan L
"Jadi ini semua rencana kalian?" ujar Luna dengan wajah menegang."Gimana? apa drama yang kami buat ini cukup berkesan buat kamu?" tanya Indah."Apa maksud kamu? kalau kamu datang ke sini cuma untuk mengolok-olok aku mendingan kalian berdua pergi!" usir Luna."Luna, Luna! sehebat-hebatnya rencana yang kamu rancang untuk mencelakai aku, masih ada Allah yang rencananya jauh lebih tak terduga, kamu berharap kami celaka dan mati bukan? kamu lupa kalau apa yang kamu lakukan itu justru membuat kamu akan menjadi lebih lama berada di sini?" ucap Indah dengan senyum simpul. Ia sedang berusaha menjatuhkan mental Luna. Rasanya sudah cukup selama ini Luna berbuat sesuka hati pada dirinya."Jangan bilang kalian sudah mempengaruhi anakku untuk jadi membenci aku! Sengaja sekalian memanfaatkan anak kecil? Licik!" geram Luna lagi."Enggak, sama sekali enggak, Luna! tapi anak kecil itu masih jujur, kenapa kamu tidak belajar dari kejujuran anak kamu? " ucap Edwan pula."Kalian berdua ini bener-bener ga
Waktu terus berjalan, proses penyelidikan kasus kecelakaan yang dialami Indah dan Edwan akhirnya bisa dibawa ke pengadilan. Setelah mendapat keterangan dari lelaki yang menjadi DPO itu, Luna terbukti bersalah dan ditetapkan sebagai tersangka karena menjadi dalang perusakan mobil tersebut. Akhirnya Luna pun dinyatakan bersalah. Ia didakwa dalam dua kasus sekaligus.Di dalam sel, Ana panik karena mengetahui hukuman anaknya itu akan bertambah berat. "Hukuman kamu pasti semakin berat, Luna, kita harus minta pada Reyhan agar menyediakan pengacara buat membela kamu!” ucap Ana pada Luna. Luna terlihat ketakutan. “Justru Mas Reyhan juga ikut membantu Indah untuk memperberat hukuman aku, Ma! Mana mungkin dia mau bantu aku dengan kirim pengacara!” tegas Luna.“Kamu bisa manfaatkan Gebby, kamu harus minta dia paksa papanya itu untuk sediakan pengacara untuk kamu!”“Ma, Gebby juga ada di pihak mereka. Buktinya dia yang dijadikan alat menjebak aku sampe akhirnya aku keceplosan dan ngaku.”“Mama y
Nadira dan Rashi melemparkan topi wisuda mereka ke udara bersama rekan seangkatan mereka yang lain yang juga diwisuda hari ini. Tawa bahagia menggema di mana-mana. Kini mereka sudah berhasil menyelesaikan satu tahapan dalam hidup mereka dan bersiap untuk menyongsong masa depan yang sudah menunggu di depan mata."Selamat ya, Sayang akhirnya kalian berdua sudah berhasil meraih gelar sarjana, Mama sama Papa bangga sekali dengan kalian berdua," ujar Indah sambil mengecup pipi kedua putrinya itu."Seharusnya kita berdua yang ngucapin terima kasih sama Papa dan Mama karena selama ini sudah selalu mendukung Nadira dan Rashi sampai akhirnya kita berdua bisa jadi seperti ini," ujar Nadira."Kalian berdua akan selalu jadi kebanggaan Papa Mama dan juga menjadi panutan untuk Zio adik kalian," ujar Edwan."Tapi ingat ya, Sayang, kehidupan yang sangat keras sudah menunggu di depan mata kalian, kalian berdua harus siap menghadapi dunia nyata dan berjuang terus sampai sukses," lanjut Indah."Rashi, P
Gebby menginjakkan kakinya kembali di rumah masa kecilnya dulu. Ia membuka pintu, hanya terlihat perabotan yang tertutup kain berwarna abu-abu. Sejak lama rumah ini mereka tinggalkan. Meskipun demikian posisinya sama sekali tak ada yang berubah.Gebby membuka pintu kamarnya dulu. Sama, hanya ada helaian kain yang menutupi ranjang dan semua perabotan di dalamnya. Gebby menyibak kain penutup meja belajarnya dulu.Klotak!Terdengar sebuah benda jatu. Gebby memungutnya, ternyata pigura berisi foto kenangan bersama Luna, sang mama. Kala itu mereka masih sangat bahagia. Senyum lebar di wajah Luna membuat Gebby semakin terobsesi mengembalikan semua kebahagiaan mereka yang dulu dirampas hingga menghilang. Nadir, Rashi, mungkin semenjak kepergianku kalian bisa tertawa selepas ini, tapi tidak denganku. Bahkan bicara pada papaku saja rasanya aku enggan. Duniaku terlalu kacau sejak saat itu, batin Gebby.Gebby membuka semua kain penutup di rumah itu lalu meletakkan kain-kain itu di dalam gudang.
Keesokan paginya, Gebby bergegas bangun lebih cepat demi bisa bertemu dengan Melvin. Entah kenapa, Gebby tak melihat motor Melvin lewat lagi di depan rumahnya. Gebby melongok dari arah gerbang ke rumah Melvin, yang terlihat malah sebuah mobil sedan berwarna hitam yang keluar dari halaman rumah itu. Gebby menduga kalau itu mobil orang tua Melvin.Gebby sedikit kecewa, ia pun memilih masuk ke dalam mobilnya sendiri dan pergi ke kantor. Gebby tak tahu kalau ternyata mobil sedan hitam itu dikemudikan oleh Melvin.Di rumah Indah, Nadira baru saja selesai sarapan langsung mencium papa dan mamanya untuk berpamitan pergi ke kantornya."Ma, Pa, Nadira pamit, ya!" ujar gadis manis itu."Loh, kenapa gak bareng sama Rashi?" tanya Indah bingung."Si Mama kayak nggak tau aja, sekarang kan Nadira lagi PDKT sama cowok yang namanya Melvin, palingan juga bentar lagi si Melvin nongol buat jemput Nadira," sahut Rashi."Diih ... Rashi, mulai, deh!" ujar Nadira dengan pipi memerah menahan malu."Loh, Mama