Nadira dan Rashi melemparkan topi wisuda mereka ke udara bersama rekan seangkatan mereka yang lain yang juga diwisuda hari ini. Tawa bahagia menggema di mana-mana. Kini mereka sudah berhasil menyelesaikan satu tahapan dalam hidup mereka dan bersiap untuk menyongsong masa depan yang sudah menunggu di depan mata."Selamat ya, Sayang akhirnya kalian berdua sudah berhasil meraih gelar sarjana, Mama sama Papa bangga sekali dengan kalian berdua," ujar Indah sambil mengecup pipi kedua putrinya itu."Seharusnya kita berdua yang ngucapin terima kasih sama Papa dan Mama karena selama ini sudah selalu mendukung Nadira dan Rashi sampai akhirnya kita berdua bisa jadi seperti ini," ujar Nadira."Kalian berdua akan selalu jadi kebanggaan Papa Mama dan juga menjadi panutan untuk Zio adik kalian," ujar Edwan."Tapi ingat ya, Sayang, kehidupan yang sangat keras sudah menunggu di depan mata kalian, kalian berdua harus siap menghadapi dunia nyata dan berjuang terus sampai sukses," lanjut Indah."Rashi, P
Gebby menginjakkan kakinya kembali di rumah masa kecilnya dulu. Ia membuka pintu, hanya terlihat perabotan yang tertutup kain berwarna abu-abu. Sejak lama rumah ini mereka tinggalkan. Meskipun demikian posisinya sama sekali tak ada yang berubah.Gebby membuka pintu kamarnya dulu. Sama, hanya ada helaian kain yang menutupi ranjang dan semua perabotan di dalamnya. Gebby menyibak kain penutup meja belajarnya dulu.Klotak!Terdengar sebuah benda jatu. Gebby memungutnya, ternyata pigura berisi foto kenangan bersama Luna, sang mama. Kala itu mereka masih sangat bahagia. Senyum lebar di wajah Luna membuat Gebby semakin terobsesi mengembalikan semua kebahagiaan mereka yang dulu dirampas hingga menghilang. Nadir, Rashi, mungkin semenjak kepergianku kalian bisa tertawa selepas ini, tapi tidak denganku. Bahkan bicara pada papaku saja rasanya aku enggan. Duniaku terlalu kacau sejak saat itu, batin Gebby.Gebby membuka semua kain penutup di rumah itu lalu meletakkan kain-kain itu di dalam gudang.
Keesokan paginya, Gebby bergegas bangun lebih cepat demi bisa bertemu dengan Melvin. Entah kenapa, Gebby tak melihat motor Melvin lewat lagi di depan rumahnya. Gebby melongok dari arah gerbang ke rumah Melvin, yang terlihat malah sebuah mobil sedan berwarna hitam yang keluar dari halaman rumah itu. Gebby menduga kalau itu mobil orang tua Melvin.Gebby sedikit kecewa, ia pun memilih masuk ke dalam mobilnya sendiri dan pergi ke kantor. Gebby tak tahu kalau ternyata mobil sedan hitam itu dikemudikan oleh Melvin.Di rumah Indah, Nadira baru saja selesai sarapan langsung mencium papa dan mamanya untuk berpamitan pergi ke kantornya."Ma, Pa, Nadira pamit, ya!" ujar gadis manis itu."Loh, kenapa gak bareng sama Rashi?" tanya Indah bingung."Si Mama kayak nggak tau aja, sekarang kan Nadira lagi PDKT sama cowok yang namanya Melvin, palingan juga bentar lagi si Melvin nongol buat jemput Nadira," sahut Rashi."Diih ... Rashi, mulai, deh!" ujar Nadira dengan pipi memerah menahan malu."Loh, Mama
Bab 4Hari-hari Gebby kini menjadi terasa tak nyaman mengingat semua kejadian waktu itu ketika melihat Melvin bersama Nadira. Ia mulai memikirkan rencana apa yang akan dilakukan untuk memulai balas dendamnya.Sore itu, ia melihat mobil sedan hitam itu kembali melewati depan rumahnya. Ternyata Melvin yang mengendarai mobil itu, Gebby bisa melihatnya saat Melvin turun di depan rumah dan membiarkan mobilnya terparkir di pinggir jalan depan rumah itu.Gebby memesan cake daei sebuah toko kue yang terkenal, ia berniat untuk mengunjungi rumah Melvin dan berkenalan dengan orang tuanya. Gebby harus lebih agresif lagi untuk bisa mendekati Melvin karena ia tak mau kalah lagi dengan Nadira.Jam delapana malam, setelah kue pesanan Gebby datang, ia langsung berjalan kaki menuju rumah Melvin dan menekan bel rumah itu.Ding dong!Tak lama kemudian, terlihat wanita paruh baya dengan wajah ayu dan keibuan membukakan pintu. Gebby yakin dia adalah mamanya Melvin."Hai, Tante,"ujar Gebby."Halo, maaf, kam
Gebby tersenyum culas, meninggalkan deretan rak baju itu dengan perasaan yang sangat puas. Bagaimana sebuah butik yang baru saja meluncurkan brand bisa langsung rusak reputasinya? Besok pasti butik ini akan viral karena menjual baju robek, hahaha ... Jangan main-main dengan Gebby, batinnya sambil berlalu.Pengunjung semakin ramai karena melihat koleksi pakaian yang sangat bagus dan sedang inn saat ini serta promo diskon yang menggiurkan. Pramuniaga juga terus sibuj berkeliling untuk merapikan kembali pakaian yang telah dilihat-lihat oleh pelanggan.Salah satu pramuniaga yang merapikan rak pakaian yang dirusak oleh Gebby tiba-tiba melihat keanehan dari beberapa pakaian yang dipajang di rak itu.Ia menyibak deretan baju itu dan melihat ada beberapa baju di bagian tengah sudah dalam kondisi robek. Robekannya rapi seperti diriris benda tajam. Ia bergegas mengambil baju-baju itu dan membawanya ke belakang meja kasir, kebetulan ada Rashi di sana."Mbak Rashi, ini saya menemukan baju ada yan
"Rashi, kamu kenapa malah bengong begitu, sih? Ada yang aneh deh sama sikap kamu hari ini," tegur Nadira malam itu di balkon kamar mereka. Nadira memeberikan secangkir cokelat panas pada Rashi."Eh, gak apa-apa, kok, Nad. Aku gak bengong.""Kamu jangan bohong, Rashi, bilang dong ada apa?""Tapi janji ya jangan bilang sama papa dan Mama!""Nah, kan, bener dugaanku. Kamu itu gak mungkin bisa menutupi semuanya dari aku, Rash. Cerita, lah, kenapa?""Tadi itu di butik ada Ayng sengaja merusak beberapa baju yang dipajang di rak, Nad.""Hah? Serius kamu, Rash? Kenapa tadi gak bilang sama aku, sih? Kalau kamu bilang pasti udah aku cari siapa pelakunya, kalau tertangkap, bakalan langsung aku bejek-bejek dia!""Nah, inilah sebabnya sejak tadi aku gak mau cerita ke kamu, Nad. Kamu ih, bar-bar banget. Aku kan gak mau terjadi kericuhan di hari pertama butik dibuka.""Ops, sorry, Rash. Aku beneran jadi emosi tiba-tiba. Udah cek CCTV?""Udah, cuma satu aja yang bagiku mencurigakan, ada satu pelangga
"Ma, Nadira mau ke butik Rashi," pamit Nadira pagi itu setelah mereka sarapan bersama. Indah dan Edwan masih duduk santai di meja makan."Loh, gak ke kantor?" tanya Indah. Edwan pun menunggu jawaban sang anak sambil menyesap kopi di cangkirnya."Ke kantor, Ma, mau mampir aja dulu.""Ooh ... ya udah, hati-hati di jalan, Nad!""Iya, Ma.""Rashi nyetir?" tanya Edwan pula."Biasa, Pa, tuan putri Nadira gak bakalan mau nyetir sendiri," sahut Rashi sambil menyalami Indah dan Edwan."Hahahaha ...." Nadira tertawa ngakak sambil menyambar sebutir apel dan menggigitnya."Sudah, ayo! Kita punya misi yang harus kita selesaikan hari ini," sahut Nadira. Gantian ia mencium tangan papa mamanya."Misi apaan, sih?" tanya Indah penasaran."Ada, deeeh ... Mama gak perlu tau," ujar Nadira."Mulai main rahasia-rahasiaan sama Mama, ya?" goda Indah."Hahaha ... Mama tenang aja, misi hari ini adalah meraup omzet lebih banyak dari kemarin," jawab Rashi sambil mengerlingkan mata pada Nadira."Ooh ... Kirain apa
"Ini gak salah? Mobil itu mobil perusahaan yang namanya gak asing sama sekali di telingaku," gumam Nadira saat ia mendapatkan kiriman data kepemilikan dari mobil mencurigakan itu."Gimana, Nad? Apa ada temuan?" tanya Rashi yang baru saja masuk ke ruangan kontrol itu."Ada, Rash. Aku melihat ada pengunjung yang membuang gunting ini. Setelah aku telusuri lebih lanjut, dia masuk ke dalam sebuah mobil. Aku catat platnya dan kuminta temanku untuk mencaritahu data kepemilikan mobil itu. What the fact?" tanya Nadira."Apa?" tanya Rashi tak sabar."Itu mobil perusahaan papa Reyhan!""Hah? Yang bener kamu, Nad?""Iya! Dan perempuan yang membuang gunting itu sepertinya hanya orang suruhan. Lihat, dia keluar dari mobil itu dan pergi." Nadira menunjukkan rekaman CCTV itu pada Rashi."Astaghfirullah ... Lalu, siapa dalangnya, Nad? Apa tujuannya?""Aku akan cari tahu, aku ngerasa kalau ini ada hubungannya dengan Gebby!" tebak Nadira."Gebby? Kamu yakin? Kita udah lama banget gak berhubungan dengan
Hari yang ditunggu telah tiba, Nadira sudah berdandan cantik, dirias oleh MUA profesional. Tak lama lagi pihak keluarga Melvin akan datang untuk melamarnya secara resmi. Jantung Nadira amaih terus berdebar-debar karena hari ini adalah momentum penentuan tanggal pernikahan mereka juga.Gebby masuk ke kamar Nadira setelah mendapat izin. Ia juga sudah berdandan cantik untuk menyambut kedatangan pihak keluarga Melvin. Semua keluarga Nadira sudah berkumpul di rumah itu."Kamu cantik banget, Nad! Pasti lagi deg-degan banget, ya?""Makasih, Geb. Iya, aku beneran deg-degan banget.""Udah, bawa rileks aja. Aku ikut bahagia, aku udah bawakan kado untuk kamu. Ini," ucao Gebby seraya menyerahkan sebuah goodie bag pada Nadira."Ya ampun, Gebby ... kamu kenapa repot-repot, sih?""Enggak, lah, Nad. Kamu kan saudaraku, kalau kamu bahagia, aku juga ikut bahagia.""Makasih, ya ... sampai kapanpun kita memang saudara, Geb. Semoga kamu juga bisa segera mendapatkan lelaki baik hati yang akan jadi suami ka
Malam itu, Gebby tidur di pangkuan Ana. Ia merasa tubuhnya begitu lelah dan lemas. Ana mengusap rambut Gebby sambil bercerita dan memberikan nasihat."Nenek senang kamu sudah mau minta maaf pada mereka, Geb. Itu artinya kamu sudah berdamai dengan masa lalu. Nenek juga yakin mamamu di alam sana tak menginginkan jika kamu terus-terusan dikuasai dendam.""Iya, Nek. Sekarang aku merasa sudah jauh lebih tenang. Lelah juga ternyata selama ini berkejaran dengan nafsuku sendiri. Hati selalu panas dikuasai kebencian," jawab Gebby."Badanmu hangat, Geb! Hari ini kamu nggak lupa untuk minum obat, kan?""Aku nggak pernah lupa untuk minum obat setiap hari, karena dulu aku selalu bertekad untuk hidup lebih lama demi bisa membalaskan dendam mengenal pada keluarga Mama Indah. Tapi rasanya semakin keras aku berjuang, semakin aku merasa tak pernah tenang. Aku lelah, Nek.""Sayang ... Dulu juga nenek pernah berada di posisi seperti kamu yang selalu merasa bahwa diri nenek adalah orang yang paling benar
Gebby merenung dalam pelukan Indah, bahkan setelah ia bertindak sejahat itu pada mereka, Indah masih saja menyebutnya sebagai anak yang baik? Ya, Gebby memang baik pada mamanya, tapi tidak pada yang lain.Rumah sudah semakin ramai dengan orang-orang yang diundang di acara takziah itu. Nadira, Rashi, mereka sibuk menata makanan di atas meja yang nantinya akan disuguhkan. Sementara itu, Indah dan Maya sibuk menata bingkisan sedekah."Lihat, Geb, mereka begitu sibuk membantu kita meskipun kita tak pernah memintanya," bisik Ana pada Gebby. Gebby mengusap matanya lagi ia mengangguk dan mengakui semua itu.Acara pun dimulai. Semua orang melantunkan ayat suci Al-Qur'an lalu berdoa dengan khusyuk. Harusnya Gebby bersyukur karena masih ada orang yang bersedia mendoakan mamanya itu. Gebby juga melihat Reyhan sesekali mengusap matanya yang basah.Setelah acara selesai dan sedekah dibagikan, Indah beserta yang lain langsung berpamitan pada Ana dan Gebby."Sudah, jangan sedih terus, kasihan nanti
Gebby berjalan gontai meninggalkan area rumah sakit. Kata-kata mamanya maafin barusan benar-benar membuat hatinya hancur. Meskipun terasa begitu menyakitkan tapi Gebby tak menyangkal semua yang dikatakan oleh mamanya Melvin itu.Selama ini dirinya memang terlalu terobsesi untuk menjadi orang yang paling mendapatkan perhatian. Gebby selalu akan melakukan segala cara untuk bisa mencapai kemauannya. Bahkan seringkali ia tak memikirkan dampak buruk yang akan terjadi akibat dari perbuatannya itu. Kata-kata sang nenek kembali terngiang di telinganya. Apa mungkin hidupnya sampai se menderita ini karena memang dirinya terlalu sulit untuk melupakan dendam itu?Gebby sampai ke rumahnya dan langsung memeluk sang nenek. Ia menangis sejadi-jadinya karena hatinya benar-benar sangat terluka kali ini. Cinta yang ingin ia raih harus kandas seketika itu juga. Melvin menolaknya, dan kini mamanya juga."Geb ... kamu tenangkan diri kamu, baru nanti cerita sama Nenek, ya!" ucap Ana sambil mengusap kepala c
Gebby, tunggu! Kamu mau kemana? Jangan nekat, Geb! Panggil Melvin untuk kesekian kalinya. Ana juga jadi kalut dan ikut mengejar cucunya itu,.ia takut Gebby akan melakukan hal nekat seperti yang dilakukan oleh Luna."Gebby!" Ana memanggil Gebby meski napasnya mulai terengah. Ia sudah tua, tenanganya sudah tak sekuat dulu, berlari sebentar saja ia sudah ngos-ngosan.Gebby sudah keluar dari gerbang portal kompleks dan terus berjalan di trotoar pinggir jalan raya. Melvin masih tak putus asa, ia mencoba terus mengejar. Genby sesekali menoleh ke belakang sambil terisak. Ia pun turun dari trotoar itu dan terlihat pasrah sembari merentangkan kedua tangannya dan berjalan perlahan ke arah tengah jalanan."Gebby! Jangan nekat kamu?" seru Melvin yang melihat Gebby senekat itu, ingin mencelakai dirinya sendiri dengan berdiri di tengah jalanan.Klakson kendaraan bermotor bersahutan dan sebagian ada yang marah karena ulah Gebby itu."Mau mati, Lu?" maki pengendara yang lewat."Gila, lu, woy?""Hey!
Gebby melamun di teras belakang rumah itu. Sudah dua hari Luna pergi mengahadap Yang Maha Kuasa. Rumah sudah mulai sepi, hanya ada Ana dan Reyhan serta mamanya Melvin di rumah itu yang masih berbincang dan ada juga beberapa anggota kepolisian di bagian depan bersama papanya Melvin.Tak ada indikasi kekerasan dalam kematian Luna, semua orang meyakini itu merupakan murni sebagai kasus bunuh diri. Ditemukan foto Indah yang tertancap pena di dalam kamar. Polisi dan dokter menduga halusinasi Luna sempat kambuh ketika malam kejadian itu.Luna selalu bersikap impulsif dan tak peduli pada keadaan sekitar, jika sosok dalam halusinasinya muncul, ia bahkan tak tahu jika posisinya sedang di atas jurang sekalipun."Geb, kamu makan dulu, Sayang," bujuk Ana pada Gebby. Sejak kemarin tampaknya Gebby sama sekali belum makan. Ana khawatir karena Gebby tak boleh sampai melewatkan jadwal minum obatnya."Nanti saja, Nek. Belum ada selera.""Jangan begitu, dong, Geb. Kamu boleh bersedih tapi kamu juga haru
Suasana kompleks pagi itu dibuat heboh atas penemuan tubuh Luna yang menyedihkan itu. Warga langsung mencari bantuan untuk segera membawa Luna pergi ke rumah sakit karena setelah diperiksa ternyata denyut nadinya masih ada.Gebby dan Ana hanya bisa pasrah, serasa tubuh mereka lemas tak berdaya menghadapi kenyataan itu. Luna kehilangan banyak darah akibat luka di bagian kepalanya. Bahkan mereka berdua tidak tahu kapan kejadian itu terjadi karena malam itu mereka tidur sangat nyenyak. Sebenarnya Gebby sempat terbangun beberapa kali untuk mengecek keadaan mamanya itu namun tidak terjadi apa-apa. Akhirnya setelah larut malam kantuk pengendara dan ia tertidur dengan sangat pulas. Gebby pin menyesal karena membiarkan mamanya itu tidur di lantai dua. Bukan tanpa sebab, mamanya dulu pernah menempati kamar itu, Gebby berharap ingatannya bisa kembali secara perlahan dengan merasakan suasana kamar itu setiap hari.Luna akhirnya tiba di rumah sakit dan langsung ditangani oleh tim medis. Gebby da
"Pa, mana uangnya yang aku minta? Transfer sekarang juga, lusa aku akan terbang bawa Mama," ucap Gebby pada Reyhan hari itu."Papa cuma bisa kasih kamu lima ratus juta dulu, Geb. Nanti kurangnya beberapa hari lagi, ya!""Log, kok gitu, sih, Pa?" seru Gebby tak senang."Bukannya kamu ya yang maksa untuk segera mencairkan dana investasi ke perusahaan Melvin? Kamu pikir uang di perusahaan kita bisa kamu atur seenaknya?""Ya ampun, Pa, aku tih cuma minta sedikit, apa susahnya sih tinggal transfer?""Semua uang pribadi papa sudah papa masukkan ke deposit berjangka. Hanya bisa diambil pada waktu yang tepat.""Papa sengaja, ya, biar aku gak bisa mintabuang sama Papa? Papa bener-bener tega, ya? Aku itu sedang berusaha supaya mama sembuh, tapi papa malah menghalang-halangi!""Kamu salah, uang papa sudah papa depositokan jauh sebelum kamu berencana mengambil mama kamu dari yayasan itu.""Papa sepertimya emang gak pernah sayang sama aku! Papa selalu aja bikin aku kecewa!""Geb, papa gak ada bila
"Hai, Vin!" sapa Gebby pada Melvin. Melvin agak terkejut saat ia melihat Gebby ada di lobby kantornya terlihat sedang menunggu."Oh, hai, Geb!""Aku dari tadi nunggu kamu, loh.""Oh, ya? Bukannya kita belum ada janji untuk bertemu sebelumnya?""Sorry, emang belum. Tapi boleh, dong, kalau aku sesekali datang ke sini untuk sekedar melihat progres kerjasama kita? Lagian aku belum pernah ke sini, aku juga ingin tahu bagaimana sistem kerja di sini.""Ooh ... Oke, boleh aja, kok. Ayo, aku ajak berkeliling," sahut Melvin."Oke," ucap Gebby senang. Ia dan Melvin pun akhirnya mengitari sekitaran kantor dan Melvin menunjukkan bagian demi bagian di kantornya itu. Padahal Gebby tidak terlalu ingin tahu tentang itu tujuan utamanya datang ke kantor Melvin adalah supaya ia dan Melvin bisa punya pertemuan yang intens sehingga Gebby punya peluang untuk bisa semakin dekat dengannya."Padahal kamu ini bisa dikatakan pemula, tapi keren, loh. Kantor kamu bagus, sistem kerja juga bagus. Aku saranin kamu bu