Gebby tersenyum culas, meninggalkan deretan rak baju itu dengan perasaan yang sangat puas. Bagaimana sebuah butik yang baru saja meluncurkan brand bisa langsung rusak reputasinya? Besok pasti butik ini akan viral karena menjual baju robek, hahaha ... Jangan main-main dengan Gebby, batinnya sambil berlalu.Pengunjung semakin ramai karena melihat koleksi pakaian yang sangat bagus dan sedang inn saat ini serta promo diskon yang menggiurkan. Pramuniaga juga terus sibuj berkeliling untuk merapikan kembali pakaian yang telah dilihat-lihat oleh pelanggan.Salah satu pramuniaga yang merapikan rak pakaian yang dirusak oleh Gebby tiba-tiba melihat keanehan dari beberapa pakaian yang dipajang di rak itu.Ia menyibak deretan baju itu dan melihat ada beberapa baju di bagian tengah sudah dalam kondisi robek. Robekannya rapi seperti diriris benda tajam. Ia bergegas mengambil baju-baju itu dan membawanya ke belakang meja kasir, kebetulan ada Rashi di sana."Mbak Rashi, ini saya menemukan baju ada yan
"Rashi, kamu kenapa malah bengong begitu, sih? Ada yang aneh deh sama sikap kamu hari ini," tegur Nadira malam itu di balkon kamar mereka. Nadira memeberikan secangkir cokelat panas pada Rashi."Eh, gak apa-apa, kok, Nad. Aku gak bengong.""Kamu jangan bohong, Rashi, bilang dong ada apa?""Tapi janji ya jangan bilang sama papa dan Mama!""Nah, kan, bener dugaanku. Kamu itu gak mungkin bisa menutupi semuanya dari aku, Rash. Cerita, lah, kenapa?""Tadi itu di butik ada Ayng sengaja merusak beberapa baju yang dipajang di rak, Nad.""Hah? Serius kamu, Rash? Kenapa tadi gak bilang sama aku, sih? Kalau kamu bilang pasti udah aku cari siapa pelakunya, kalau tertangkap, bakalan langsung aku bejek-bejek dia!""Nah, inilah sebabnya sejak tadi aku gak mau cerita ke kamu, Nad. Kamu ih, bar-bar banget. Aku kan gak mau terjadi kericuhan di hari pertama butik dibuka.""Ops, sorry, Rash. Aku beneran jadi emosi tiba-tiba. Udah cek CCTV?""Udah, cuma satu aja yang bagiku mencurigakan, ada satu pelangga
"Ma, Nadira mau ke butik Rashi," pamit Nadira pagi itu setelah mereka sarapan bersama. Indah dan Edwan masih duduk santai di meja makan."Loh, gak ke kantor?" tanya Indah. Edwan pun menunggu jawaban sang anak sambil menyesap kopi di cangkirnya."Ke kantor, Ma, mau mampir aja dulu.""Ooh ... ya udah, hati-hati di jalan, Nad!""Iya, Ma.""Rashi nyetir?" tanya Edwan pula."Biasa, Pa, tuan putri Nadira gak bakalan mau nyetir sendiri," sahut Rashi sambil menyalami Indah dan Edwan."Hahahaha ...." Nadira tertawa ngakak sambil menyambar sebutir apel dan menggigitnya."Sudah, ayo! Kita punya misi yang harus kita selesaikan hari ini," sahut Nadira. Gantian ia mencium tangan papa mamanya."Misi apaan, sih?" tanya Indah penasaran."Ada, deeeh ... Mama gak perlu tau," ujar Nadira."Mulai main rahasia-rahasiaan sama Mama, ya?" goda Indah."Hahaha ... Mama tenang aja, misi hari ini adalah meraup omzet lebih banyak dari kemarin," jawab Rashi sambil mengerlingkan mata pada Nadira."Ooh ... Kirain apa
"Ini gak salah? Mobil itu mobil perusahaan yang namanya gak asing sama sekali di telingaku," gumam Nadira saat ia mendapatkan kiriman data kepemilikan dari mobil mencurigakan itu."Gimana, Nad? Apa ada temuan?" tanya Rashi yang baru saja masuk ke ruangan kontrol itu."Ada, Rash. Aku melihat ada pengunjung yang membuang gunting ini. Setelah aku telusuri lebih lanjut, dia masuk ke dalam sebuah mobil. Aku catat platnya dan kuminta temanku untuk mencaritahu data kepemilikan mobil itu. What the fact?" tanya Nadira."Apa?" tanya Rashi tak sabar."Itu mobil perusahaan papa Reyhan!""Hah? Yang bener kamu, Nad?""Iya! Dan perempuan yang membuang gunting itu sepertinya hanya orang suruhan. Lihat, dia keluar dari mobil itu dan pergi." Nadira menunjukkan rekaman CCTV itu pada Rashi."Astaghfirullah ... Lalu, siapa dalangnya, Nad? Apa tujuannya?""Aku akan cari tahu, aku ngerasa kalau ini ada hubungannya dengan Gebby!" tebak Nadira."Gebby? Kamu yakin? Kita udah lama banget gak berhubungan dengan
Gebby mengekor di belakang mobil Melvin sampai akhirnya mobil utu berbelok ke sebuah pusat perbelanjaan. Gebby yang masih penasaran terus mengikuti mereka sampai akhirnya Gebby tahu, tujuan mereka adalah untuk nonton bioskop. Ia melihat Melvin membeli tiket. Mereka tak hanya bertiga, tetap dengan teman-teman Melvin yang lelaki juga.Lagi-lagi Gebby harus hati-hati dan menjaga jarak agar tak ditemukan oleh Nadira ataupun Rashi. Berhubung Gebby tak suka nonton, ia pun turun ke lantai bawah. Lebih baik ia shopping di Mall itu untuk sedikit melupakan kekesalannya pada Nadira CS.Saat akan pulang ke rumah, tiba-tiba saja Gebby punya sebuah ide untuk membuat hubungan Nadira dan Rashi jadi rusak. Jika keduanya renggang, akan lebih mudah untuk menghancurkan mereka, batinnya.Gebby pun memilih untuk kembaki saja ke rumah sembari menyusun rencana itu matang-matang.Gebby terkejut saat ia sampai di rumah. Sosok yang dikenalnya itu tengah duduk di kursi roda tepat menghadap pintu. Di sebelahnya a
"Gebby ... Tolong buka pintunya, Nak!" Reyhan memohon sambil terus menggedor pintu kamar itu. Ia dikurung dalam kamar dengan jendela yang sudah dipasangi teralis. Kamar itu juga menghadap sisi samping rumah yang dibatasi tembok. Reyhan hampir putus asa karena tak tahu lagi harus meminta tolong pada siapa."Aku gak akan buka pintunya kalau Papa masih keukeuh akan tetap membagi aset perusahaan kepada Nadira dan Rashi!" jawab Gebby dari balik pintu."Kenapa kamu setega itu, Nak? Pspa hanya ingin berbuat adil pada kalian bertiga. Kalian semua adalah anak papa. Papa sayang pada kalian. Papa lebih banyak menghabiskan waktu sama kamu, Nak. Apa salahnya kalau sekarang Papa mau memberikan sebagian aset yang papa punya sebagai ganti dari waktu papa yang sangat jarang papa berikan untuk mereka.""Mereka itu udah cukup, Pa, gak perlu lagi papa sibuk memberikan sebagian harta papa untuk mereka. Aku yang lebih berhak karena saat papa sakit emangnya mereka tau? Memangnya mereka bantu mikir dan nguru
Gebby membuka pintu kamar itu sambil membawa nampan berisi makanan dan air minum untuk sang papa. Gebby bergegas mengunci kembali pintu dari dalam."Nih, papa pasti lapar, kan? Papa makan sekarang!" Gebby melihat Reyhan gemetaran menahan lapar."Gebby ... Mengapa kamu tega melakukan semua ini sama papa?""Papa makan aja dulu daripada nanti pingsan!" jawab Gebby ketus.Reyhan pun terpaksa langsung mengambil makanan itu dan melahapnya dengan sangat rakus. Reyhan juga sesekali menenggak air di dalam botol untuk menghilangkan dahaganya."Apa papa masih tetap bersikukuh untuk membagikan aset papa pada mereka?""Kenapa kamu tidak mengizinkan papa melakukan itu?""Ya karena memang mereka tidak berhak Pa! Terutama Rashi, dia itu juga bukan darah daging papa. Papa menyayangi dia hanya karena papa kasihan sejak kecil ia ditelantarkan lalu dipungut oleh Mama Indah kan? Melihat Mama Indah menyayangi Rashi seperti anak sendiri membuat papa menjadi luluh dan ikut-ikut menyayangi dia.""Papa hanya i
"Eh, ternyata kalian berdua di sini aku sama Tante udah keliling-keliling loh," ujar Nadira yang tiba-tiba muncul bersama mamanya Melvin."Gimana, Ma, kemeja ini bagus kan?" tanya Melvin pada sang Mama."Wah ... Bagus. Keren, loh, ini rancangan Rashi juga? Di bagian lengan ada kombinasi batik. Wah, luar biasa, tidak pernah lihat kemeja sebagus ini sebelumnya. Vin, pilihin juga buat papa satu dong," ucap sang mama."Jelas Bagus dong, Ma, siapa dulu desainernya. Rashi ...." Melvin tertawa lebar."Keren, anak muda berbakat kamu," puji mamanya melvin lagi. Seketika pipi Rashi memerah menahan malu."Aku udah rekomendasikan beberapa tunik yang bagus buat mama kamu, Vin," ucap Nadira."Iya, nih, Mama udah dapet." Mamanya Melvin mengangkat beberapa potong pakaian yang ada di tangannya."Oke Ma, kita carikan dulu kemeja untuk papa."Melvin langsung memilih beberapa potong kemeja dan dipilih oleh sang mama yang kira-kira sesuai dengan suaminya. Akhirnya setelah selesai berbelanja, mamanya Melvi
Hari yang ditunggu telah tiba, Nadira sudah berdandan cantik, dirias oleh MUA profesional. Tak lama lagi pihak keluarga Melvin akan datang untuk melamarnya secara resmi. Jantung Nadira amaih terus berdebar-debar karena hari ini adalah momentum penentuan tanggal pernikahan mereka juga.Gebby masuk ke kamar Nadira setelah mendapat izin. Ia juga sudah berdandan cantik untuk menyambut kedatangan pihak keluarga Melvin. Semua keluarga Nadira sudah berkumpul di rumah itu."Kamu cantik banget, Nad! Pasti lagi deg-degan banget, ya?""Makasih, Geb. Iya, aku beneran deg-degan banget.""Udah, bawa rileks aja. Aku ikut bahagia, aku udah bawakan kado untuk kamu. Ini," ucao Gebby seraya menyerahkan sebuah goodie bag pada Nadira."Ya ampun, Gebby ... kamu kenapa repot-repot, sih?""Enggak, lah, Nad. Kamu kan saudaraku, kalau kamu bahagia, aku juga ikut bahagia.""Makasih, ya ... sampai kapanpun kita memang saudara, Geb. Semoga kamu juga bisa segera mendapatkan lelaki baik hati yang akan jadi suami ka
Malam itu, Gebby tidur di pangkuan Ana. Ia merasa tubuhnya begitu lelah dan lemas. Ana mengusap rambut Gebby sambil bercerita dan memberikan nasihat."Nenek senang kamu sudah mau minta maaf pada mereka, Geb. Itu artinya kamu sudah berdamai dengan masa lalu. Nenek juga yakin mamamu di alam sana tak menginginkan jika kamu terus-terusan dikuasai dendam.""Iya, Nek. Sekarang aku merasa sudah jauh lebih tenang. Lelah juga ternyata selama ini berkejaran dengan nafsuku sendiri. Hati selalu panas dikuasai kebencian," jawab Gebby."Badanmu hangat, Geb! Hari ini kamu nggak lupa untuk minum obat, kan?""Aku nggak pernah lupa untuk minum obat setiap hari, karena dulu aku selalu bertekad untuk hidup lebih lama demi bisa membalaskan dendam mengenal pada keluarga Mama Indah. Tapi rasanya semakin keras aku berjuang, semakin aku merasa tak pernah tenang. Aku lelah, Nek.""Sayang ... Dulu juga nenek pernah berada di posisi seperti kamu yang selalu merasa bahwa diri nenek adalah orang yang paling benar
Gebby merenung dalam pelukan Indah, bahkan setelah ia bertindak sejahat itu pada mereka, Indah masih saja menyebutnya sebagai anak yang baik? Ya, Gebby memang baik pada mamanya, tapi tidak pada yang lain.Rumah sudah semakin ramai dengan orang-orang yang diundang di acara takziah itu. Nadira, Rashi, mereka sibuk menata makanan di atas meja yang nantinya akan disuguhkan. Sementara itu, Indah dan Maya sibuk menata bingkisan sedekah."Lihat, Geb, mereka begitu sibuk membantu kita meskipun kita tak pernah memintanya," bisik Ana pada Gebby. Gebby mengusap matanya lagi ia mengangguk dan mengakui semua itu.Acara pun dimulai. Semua orang melantunkan ayat suci Al-Qur'an lalu berdoa dengan khusyuk. Harusnya Gebby bersyukur karena masih ada orang yang bersedia mendoakan mamanya itu. Gebby juga melihat Reyhan sesekali mengusap matanya yang basah.Setelah acara selesai dan sedekah dibagikan, Indah beserta yang lain langsung berpamitan pada Ana dan Gebby."Sudah, jangan sedih terus, kasihan nanti
Gebby berjalan gontai meninggalkan area rumah sakit. Kata-kata mamanya maafin barusan benar-benar membuat hatinya hancur. Meskipun terasa begitu menyakitkan tapi Gebby tak menyangkal semua yang dikatakan oleh mamanya Melvin itu.Selama ini dirinya memang terlalu terobsesi untuk menjadi orang yang paling mendapatkan perhatian. Gebby selalu akan melakukan segala cara untuk bisa mencapai kemauannya. Bahkan seringkali ia tak memikirkan dampak buruk yang akan terjadi akibat dari perbuatannya itu. Kata-kata sang nenek kembali terngiang di telinganya. Apa mungkin hidupnya sampai se menderita ini karena memang dirinya terlalu sulit untuk melupakan dendam itu?Gebby sampai ke rumahnya dan langsung memeluk sang nenek. Ia menangis sejadi-jadinya karena hatinya benar-benar sangat terluka kali ini. Cinta yang ingin ia raih harus kandas seketika itu juga. Melvin menolaknya, dan kini mamanya juga."Geb ... kamu tenangkan diri kamu, baru nanti cerita sama Nenek, ya!" ucap Ana sambil mengusap kepala c
Gebby, tunggu! Kamu mau kemana? Jangan nekat, Geb! Panggil Melvin untuk kesekian kalinya. Ana juga jadi kalut dan ikut mengejar cucunya itu,.ia takut Gebby akan melakukan hal nekat seperti yang dilakukan oleh Luna."Gebby!" Ana memanggil Gebby meski napasnya mulai terengah. Ia sudah tua, tenanganya sudah tak sekuat dulu, berlari sebentar saja ia sudah ngos-ngosan.Gebby sudah keluar dari gerbang portal kompleks dan terus berjalan di trotoar pinggir jalan raya. Melvin masih tak putus asa, ia mencoba terus mengejar. Genby sesekali menoleh ke belakang sambil terisak. Ia pun turun dari trotoar itu dan terlihat pasrah sembari merentangkan kedua tangannya dan berjalan perlahan ke arah tengah jalanan."Gebby! Jangan nekat kamu?" seru Melvin yang melihat Gebby senekat itu, ingin mencelakai dirinya sendiri dengan berdiri di tengah jalanan.Klakson kendaraan bermotor bersahutan dan sebagian ada yang marah karena ulah Gebby itu."Mau mati, Lu?" maki pengendara yang lewat."Gila, lu, woy?""Hey!
Gebby melamun di teras belakang rumah itu. Sudah dua hari Luna pergi mengahadap Yang Maha Kuasa. Rumah sudah mulai sepi, hanya ada Ana dan Reyhan serta mamanya Melvin di rumah itu yang masih berbincang dan ada juga beberapa anggota kepolisian di bagian depan bersama papanya Melvin.Tak ada indikasi kekerasan dalam kematian Luna, semua orang meyakini itu merupakan murni sebagai kasus bunuh diri. Ditemukan foto Indah yang tertancap pena di dalam kamar. Polisi dan dokter menduga halusinasi Luna sempat kambuh ketika malam kejadian itu.Luna selalu bersikap impulsif dan tak peduli pada keadaan sekitar, jika sosok dalam halusinasinya muncul, ia bahkan tak tahu jika posisinya sedang di atas jurang sekalipun."Geb, kamu makan dulu, Sayang," bujuk Ana pada Gebby. Sejak kemarin tampaknya Gebby sama sekali belum makan. Ana khawatir karena Gebby tak boleh sampai melewatkan jadwal minum obatnya."Nanti saja, Nek. Belum ada selera.""Jangan begitu, dong, Geb. Kamu boleh bersedih tapi kamu juga haru
Suasana kompleks pagi itu dibuat heboh atas penemuan tubuh Luna yang menyedihkan itu. Warga langsung mencari bantuan untuk segera membawa Luna pergi ke rumah sakit karena setelah diperiksa ternyata denyut nadinya masih ada.Gebby dan Ana hanya bisa pasrah, serasa tubuh mereka lemas tak berdaya menghadapi kenyataan itu. Luna kehilangan banyak darah akibat luka di bagian kepalanya. Bahkan mereka berdua tidak tahu kapan kejadian itu terjadi karena malam itu mereka tidur sangat nyenyak. Sebenarnya Gebby sempat terbangun beberapa kali untuk mengecek keadaan mamanya itu namun tidak terjadi apa-apa. Akhirnya setelah larut malam kantuk pengendara dan ia tertidur dengan sangat pulas. Gebby pin menyesal karena membiarkan mamanya itu tidur di lantai dua. Bukan tanpa sebab, mamanya dulu pernah menempati kamar itu, Gebby berharap ingatannya bisa kembali secara perlahan dengan merasakan suasana kamar itu setiap hari.Luna akhirnya tiba di rumah sakit dan langsung ditangani oleh tim medis. Gebby da
"Pa, mana uangnya yang aku minta? Transfer sekarang juga, lusa aku akan terbang bawa Mama," ucap Gebby pada Reyhan hari itu."Papa cuma bisa kasih kamu lima ratus juta dulu, Geb. Nanti kurangnya beberapa hari lagi, ya!""Log, kok gitu, sih, Pa?" seru Gebby tak senang."Bukannya kamu ya yang maksa untuk segera mencairkan dana investasi ke perusahaan Melvin? Kamu pikir uang di perusahaan kita bisa kamu atur seenaknya?""Ya ampun, Pa, aku tih cuma minta sedikit, apa susahnya sih tinggal transfer?""Semua uang pribadi papa sudah papa masukkan ke deposit berjangka. Hanya bisa diambil pada waktu yang tepat.""Papa sengaja, ya, biar aku gak bisa mintabuang sama Papa? Papa bener-bener tega, ya? Aku itu sedang berusaha supaya mama sembuh, tapi papa malah menghalang-halangi!""Kamu salah, uang papa sudah papa depositokan jauh sebelum kamu berencana mengambil mama kamu dari yayasan itu.""Papa sepertimya emang gak pernah sayang sama aku! Papa selalu aja bikin aku kecewa!""Geb, papa gak ada bila
"Hai, Vin!" sapa Gebby pada Melvin. Melvin agak terkejut saat ia melihat Gebby ada di lobby kantornya terlihat sedang menunggu."Oh, hai, Geb!""Aku dari tadi nunggu kamu, loh.""Oh, ya? Bukannya kita belum ada janji untuk bertemu sebelumnya?""Sorry, emang belum. Tapi boleh, dong, kalau aku sesekali datang ke sini untuk sekedar melihat progres kerjasama kita? Lagian aku belum pernah ke sini, aku juga ingin tahu bagaimana sistem kerja di sini.""Ooh ... Oke, boleh aja, kok. Ayo, aku ajak berkeliling," sahut Melvin."Oke," ucap Gebby senang. Ia dan Melvin pun akhirnya mengitari sekitaran kantor dan Melvin menunjukkan bagian demi bagian di kantornya itu. Padahal Gebby tidak terlalu ingin tahu tentang itu tujuan utamanya datang ke kantor Melvin adalah supaya ia dan Melvin bisa punya pertemuan yang intens sehingga Gebby punya peluang untuk bisa semakin dekat dengannya."Padahal kamu ini bisa dikatakan pemula, tapi keren, loh. Kantor kamu bagus, sistem kerja juga bagus. Aku saranin kamu bu