Waktu terus berjalan, proses penyelidikan kasus kecelakaan yang dialami Indah dan Edwan akhirnya bisa dibawa ke pengadilan. Setelah mendapat keterangan dari lelaki yang menjadi DPO itu, Luna terbukti bersalah dan ditetapkan sebagai tersangka karena menjadi dalang perusakan mobil tersebut. Akhirnya Luna pun dinyatakan bersalah. Ia didakwa dalam dua kasus sekaligus.Di dalam sel, Ana panik karena mengetahui hukuman anaknya itu akan bertambah berat. "Hukuman kamu pasti semakin berat, Luna, kita harus minta pada Reyhan agar menyediakan pengacara buat membela kamu!” ucap Ana pada Luna. Luna terlihat ketakutan. “Justru Mas Reyhan juga ikut membantu Indah untuk memperberat hukuman aku, Ma! Mana mungkin dia mau bantu aku dengan kirim pengacara!” tegas Luna.“Kamu bisa manfaatkan Gebby, kamu harus minta dia paksa papanya itu untuk sediakan pengacara untuk kamu!”“Ma, Gebby juga ada di pihak mereka. Buktinya dia yang dijadikan alat menjebak aku sampe akhirnya aku keceplosan dan ngaku.”“Mama y
Nadira dan Rashi melemparkan topi wisuda mereka ke udara bersama rekan seangkatan mereka yang lain yang juga diwisuda hari ini. Tawa bahagia menggema di mana-mana. Kini mereka sudah berhasil menyelesaikan satu tahapan dalam hidup mereka dan bersiap untuk menyongsong masa depan yang sudah menunggu di depan mata."Selamat ya, Sayang akhirnya kalian berdua sudah berhasil meraih gelar sarjana, Mama sama Papa bangga sekali dengan kalian berdua," ujar Indah sambil mengecup pipi kedua putrinya itu."Seharusnya kita berdua yang ngucapin terima kasih sama Papa dan Mama karena selama ini sudah selalu mendukung Nadira dan Rashi sampai akhirnya kita berdua bisa jadi seperti ini," ujar Nadira."Kalian berdua akan selalu jadi kebanggaan Papa Mama dan juga menjadi panutan untuk Zio adik kalian," ujar Edwan."Tapi ingat ya, Sayang, kehidupan yang sangat keras sudah menunggu di depan mata kalian, kalian berdua harus siap menghadapi dunia nyata dan berjuang terus sampai sukses," lanjut Indah."Rashi, P
Gebby menginjakkan kakinya kembali di rumah masa kecilnya dulu. Ia membuka pintu, hanya terlihat perabotan yang tertutup kain berwarna abu-abu. Sejak lama rumah ini mereka tinggalkan. Meskipun demikian posisinya sama sekali tak ada yang berubah.Gebby membuka pintu kamarnya dulu. Sama, hanya ada helaian kain yang menutupi ranjang dan semua perabotan di dalamnya. Gebby menyibak kain penutup meja belajarnya dulu.Klotak!Terdengar sebuah benda jatu. Gebby memungutnya, ternyata pigura berisi foto kenangan bersama Luna, sang mama. Kala itu mereka masih sangat bahagia. Senyum lebar di wajah Luna membuat Gebby semakin terobsesi mengembalikan semua kebahagiaan mereka yang dulu dirampas hingga menghilang. Nadir, Rashi, mungkin semenjak kepergianku kalian bisa tertawa selepas ini, tapi tidak denganku. Bahkan bicara pada papaku saja rasanya aku enggan. Duniaku terlalu kacau sejak saat itu, batin Gebby.Gebby membuka semua kain penutup di rumah itu lalu meletakkan kain-kain itu di dalam gudang.
Keesokan paginya, Gebby bergegas bangun lebih cepat demi bisa bertemu dengan Melvin. Entah kenapa, Gebby tak melihat motor Melvin lewat lagi di depan rumahnya. Gebby melongok dari arah gerbang ke rumah Melvin, yang terlihat malah sebuah mobil sedan berwarna hitam yang keluar dari halaman rumah itu. Gebby menduga kalau itu mobil orang tua Melvin.Gebby sedikit kecewa, ia pun memilih masuk ke dalam mobilnya sendiri dan pergi ke kantor. Gebby tak tahu kalau ternyata mobil sedan hitam itu dikemudikan oleh Melvin.Di rumah Indah, Nadira baru saja selesai sarapan langsung mencium papa dan mamanya untuk berpamitan pergi ke kantornya."Ma, Pa, Nadira pamit, ya!" ujar gadis manis itu."Loh, kenapa gak bareng sama Rashi?" tanya Indah bingung."Si Mama kayak nggak tau aja, sekarang kan Nadira lagi PDKT sama cowok yang namanya Melvin, palingan juga bentar lagi si Melvin nongol buat jemput Nadira," sahut Rashi."Diih ... Rashi, mulai, deh!" ujar Nadira dengan pipi memerah menahan malu."Loh, Mama
Bab 4Hari-hari Gebby kini menjadi terasa tak nyaman mengingat semua kejadian waktu itu ketika melihat Melvin bersama Nadira. Ia mulai memikirkan rencana apa yang akan dilakukan untuk memulai balas dendamnya.Sore itu, ia melihat mobil sedan hitam itu kembali melewati depan rumahnya. Ternyata Melvin yang mengendarai mobil itu, Gebby bisa melihatnya saat Melvin turun di depan rumah dan membiarkan mobilnya terparkir di pinggir jalan depan rumah itu.Gebby memesan cake daei sebuah toko kue yang terkenal, ia berniat untuk mengunjungi rumah Melvin dan berkenalan dengan orang tuanya. Gebby harus lebih agresif lagi untuk bisa mendekati Melvin karena ia tak mau kalah lagi dengan Nadira.Jam delapana malam, setelah kue pesanan Gebby datang, ia langsung berjalan kaki menuju rumah Melvin dan menekan bel rumah itu.Ding dong!Tak lama kemudian, terlihat wanita paruh baya dengan wajah ayu dan keibuan membukakan pintu. Gebby yakin dia adalah mamanya Melvin."Hai, Tante,"ujar Gebby."Halo, maaf, kam
Gebby tersenyum culas, meninggalkan deretan rak baju itu dengan perasaan yang sangat puas. Bagaimana sebuah butik yang baru saja meluncurkan brand bisa langsung rusak reputasinya? Besok pasti butik ini akan viral karena menjual baju robek, hahaha ... Jangan main-main dengan Gebby, batinnya sambil berlalu.Pengunjung semakin ramai karena melihat koleksi pakaian yang sangat bagus dan sedang inn saat ini serta promo diskon yang menggiurkan. Pramuniaga juga terus sibuj berkeliling untuk merapikan kembali pakaian yang telah dilihat-lihat oleh pelanggan.Salah satu pramuniaga yang merapikan rak pakaian yang dirusak oleh Gebby tiba-tiba melihat keanehan dari beberapa pakaian yang dipajang di rak itu.Ia menyibak deretan baju itu dan melihat ada beberapa baju di bagian tengah sudah dalam kondisi robek. Robekannya rapi seperti diriris benda tajam. Ia bergegas mengambil baju-baju itu dan membawanya ke belakang meja kasir, kebetulan ada Rashi di sana."Mbak Rashi, ini saya menemukan baju ada yan
"Rashi, kamu kenapa malah bengong begitu, sih? Ada yang aneh deh sama sikap kamu hari ini," tegur Nadira malam itu di balkon kamar mereka. Nadira memeberikan secangkir cokelat panas pada Rashi."Eh, gak apa-apa, kok, Nad. Aku gak bengong.""Kamu jangan bohong, Rashi, bilang dong ada apa?""Tapi janji ya jangan bilang sama papa dan Mama!""Nah, kan, bener dugaanku. Kamu itu gak mungkin bisa menutupi semuanya dari aku, Rash. Cerita, lah, kenapa?""Tadi itu di butik ada Ayng sengaja merusak beberapa baju yang dipajang di rak, Nad.""Hah? Serius kamu, Rash? Kenapa tadi gak bilang sama aku, sih? Kalau kamu bilang pasti udah aku cari siapa pelakunya, kalau tertangkap, bakalan langsung aku bejek-bejek dia!""Nah, inilah sebabnya sejak tadi aku gak mau cerita ke kamu, Nad. Kamu ih, bar-bar banget. Aku kan gak mau terjadi kericuhan di hari pertama butik dibuka.""Ops, sorry, Rash. Aku beneran jadi emosi tiba-tiba. Udah cek CCTV?""Udah, cuma satu aja yang bagiku mencurigakan, ada satu pelangga
"Ma, Nadira mau ke butik Rashi," pamit Nadira pagi itu setelah mereka sarapan bersama. Indah dan Edwan masih duduk santai di meja makan."Loh, gak ke kantor?" tanya Indah. Edwan pun menunggu jawaban sang anak sambil menyesap kopi di cangkirnya."Ke kantor, Ma, mau mampir aja dulu.""Ooh ... ya udah, hati-hati di jalan, Nad!""Iya, Ma.""Rashi nyetir?" tanya Edwan pula."Biasa, Pa, tuan putri Nadira gak bakalan mau nyetir sendiri," sahut Rashi sambil menyalami Indah dan Edwan."Hahahaha ...." Nadira tertawa ngakak sambil menyambar sebutir apel dan menggigitnya."Sudah, ayo! Kita punya misi yang harus kita selesaikan hari ini," sahut Nadira. Gantian ia mencium tangan papa mamanya."Misi apaan, sih?" tanya Indah penasaran."Ada, deeeh ... Mama gak perlu tau," ujar Nadira."Mulai main rahasia-rahasiaan sama Mama, ya?" goda Indah."Hahaha ... Mama tenang aja, misi hari ini adalah meraup omzet lebih banyak dari kemarin," jawab Rashi sambil mengerlingkan mata pada Nadira."Ooh ... Kirain apa