Gebby menginjakkan kakinya kembali di rumah masa kecilnya dulu. Ia membuka pintu, hanya terlihat perabotan yang tertutup kain berwarna abu-abu. Sejak lama rumah ini mereka tinggalkan. Meskipun demikian posisinya sama sekali tak ada yang berubah.Gebby membuka pintu kamarnya dulu. Sama, hanya ada helaian kain yang menutupi ranjang dan semua perabotan di dalamnya. Gebby menyibak kain penutup meja belajarnya dulu.Klotak!Terdengar sebuah benda jatu. Gebby memungutnya, ternyata pigura berisi foto kenangan bersama Luna, sang mama. Kala itu mereka masih sangat bahagia. Senyum lebar di wajah Luna membuat Gebby semakin terobsesi mengembalikan semua kebahagiaan mereka yang dulu dirampas hingga menghilang. Nadir, Rashi, mungkin semenjak kepergianku kalian bisa tertawa selepas ini, tapi tidak denganku. Bahkan bicara pada papaku saja rasanya aku enggan. Duniaku terlalu kacau sejak saat itu, batin Gebby.Gebby membuka semua kain penutup di rumah itu lalu meletakkan kain-kain itu di dalam gudang.
Keesokan paginya, Gebby bergegas bangun lebih cepat demi bisa bertemu dengan Melvin. Entah kenapa, Gebby tak melihat motor Melvin lewat lagi di depan rumahnya. Gebby melongok dari arah gerbang ke rumah Melvin, yang terlihat malah sebuah mobil sedan berwarna hitam yang keluar dari halaman rumah itu. Gebby menduga kalau itu mobil orang tua Melvin.Gebby sedikit kecewa, ia pun memilih masuk ke dalam mobilnya sendiri dan pergi ke kantor. Gebby tak tahu kalau ternyata mobil sedan hitam itu dikemudikan oleh Melvin.Di rumah Indah, Nadira baru saja selesai sarapan langsung mencium papa dan mamanya untuk berpamitan pergi ke kantornya."Ma, Pa, Nadira pamit, ya!" ujar gadis manis itu."Loh, kenapa gak bareng sama Rashi?" tanya Indah bingung."Si Mama kayak nggak tau aja, sekarang kan Nadira lagi PDKT sama cowok yang namanya Melvin, palingan juga bentar lagi si Melvin nongol buat jemput Nadira," sahut Rashi."Diih ... Rashi, mulai, deh!" ujar Nadira dengan pipi memerah menahan malu."Loh, Mama
Bab 4Hari-hari Gebby kini menjadi terasa tak nyaman mengingat semua kejadian waktu itu ketika melihat Melvin bersama Nadira. Ia mulai memikirkan rencana apa yang akan dilakukan untuk memulai balas dendamnya.Sore itu, ia melihat mobil sedan hitam itu kembali melewati depan rumahnya. Ternyata Melvin yang mengendarai mobil itu, Gebby bisa melihatnya saat Melvin turun di depan rumah dan membiarkan mobilnya terparkir di pinggir jalan depan rumah itu.Gebby memesan cake daei sebuah toko kue yang terkenal, ia berniat untuk mengunjungi rumah Melvin dan berkenalan dengan orang tuanya. Gebby harus lebih agresif lagi untuk bisa mendekati Melvin karena ia tak mau kalah lagi dengan Nadira.Jam delapana malam, setelah kue pesanan Gebby datang, ia langsung berjalan kaki menuju rumah Melvin dan menekan bel rumah itu.Ding dong!Tak lama kemudian, terlihat wanita paruh baya dengan wajah ayu dan keibuan membukakan pintu. Gebby yakin dia adalah mamanya Melvin."Hai, Tante,"ujar Gebby."Halo, maaf, kam
Gebby tersenyum culas, meninggalkan deretan rak baju itu dengan perasaan yang sangat puas. Bagaimana sebuah butik yang baru saja meluncurkan brand bisa langsung rusak reputasinya? Besok pasti butik ini akan viral karena menjual baju robek, hahaha ... Jangan main-main dengan Gebby, batinnya sambil berlalu.Pengunjung semakin ramai karena melihat koleksi pakaian yang sangat bagus dan sedang inn saat ini serta promo diskon yang menggiurkan. Pramuniaga juga terus sibuj berkeliling untuk merapikan kembali pakaian yang telah dilihat-lihat oleh pelanggan.Salah satu pramuniaga yang merapikan rak pakaian yang dirusak oleh Gebby tiba-tiba melihat keanehan dari beberapa pakaian yang dipajang di rak itu.Ia menyibak deretan baju itu dan melihat ada beberapa baju di bagian tengah sudah dalam kondisi robek. Robekannya rapi seperti diriris benda tajam. Ia bergegas mengambil baju-baju itu dan membawanya ke belakang meja kasir, kebetulan ada Rashi di sana."Mbak Rashi, ini saya menemukan baju ada yan
"Rashi, kamu kenapa malah bengong begitu, sih? Ada yang aneh deh sama sikap kamu hari ini," tegur Nadira malam itu di balkon kamar mereka. Nadira memeberikan secangkir cokelat panas pada Rashi."Eh, gak apa-apa, kok, Nad. Aku gak bengong.""Kamu jangan bohong, Rashi, bilang dong ada apa?""Tapi janji ya jangan bilang sama papa dan Mama!""Nah, kan, bener dugaanku. Kamu itu gak mungkin bisa menutupi semuanya dari aku, Rash. Cerita, lah, kenapa?""Tadi itu di butik ada Ayng sengaja merusak beberapa baju yang dipajang di rak, Nad.""Hah? Serius kamu, Rash? Kenapa tadi gak bilang sama aku, sih? Kalau kamu bilang pasti udah aku cari siapa pelakunya, kalau tertangkap, bakalan langsung aku bejek-bejek dia!""Nah, inilah sebabnya sejak tadi aku gak mau cerita ke kamu, Nad. Kamu ih, bar-bar banget. Aku kan gak mau terjadi kericuhan di hari pertama butik dibuka.""Ops, sorry, Rash. Aku beneran jadi emosi tiba-tiba. Udah cek CCTV?""Udah, cuma satu aja yang bagiku mencurigakan, ada satu pelangga
"Ma, Nadira mau ke butik Rashi," pamit Nadira pagi itu setelah mereka sarapan bersama. Indah dan Edwan masih duduk santai di meja makan."Loh, gak ke kantor?" tanya Indah. Edwan pun menunggu jawaban sang anak sambil menyesap kopi di cangkirnya."Ke kantor, Ma, mau mampir aja dulu.""Ooh ... ya udah, hati-hati di jalan, Nad!""Iya, Ma.""Rashi nyetir?" tanya Edwan pula."Biasa, Pa, tuan putri Nadira gak bakalan mau nyetir sendiri," sahut Rashi sambil menyalami Indah dan Edwan."Hahahaha ...." Nadira tertawa ngakak sambil menyambar sebutir apel dan menggigitnya."Sudah, ayo! Kita punya misi yang harus kita selesaikan hari ini," sahut Nadira. Gantian ia mencium tangan papa mamanya."Misi apaan, sih?" tanya Indah penasaran."Ada, deeeh ... Mama gak perlu tau," ujar Nadira."Mulai main rahasia-rahasiaan sama Mama, ya?" goda Indah."Hahaha ... Mama tenang aja, misi hari ini adalah meraup omzet lebih banyak dari kemarin," jawab Rashi sambil mengerlingkan mata pada Nadira."Ooh ... Kirain apa
"Ini gak salah? Mobil itu mobil perusahaan yang namanya gak asing sama sekali di telingaku," gumam Nadira saat ia mendapatkan kiriman data kepemilikan dari mobil mencurigakan itu."Gimana, Nad? Apa ada temuan?" tanya Rashi yang baru saja masuk ke ruangan kontrol itu."Ada, Rash. Aku melihat ada pengunjung yang membuang gunting ini. Setelah aku telusuri lebih lanjut, dia masuk ke dalam sebuah mobil. Aku catat platnya dan kuminta temanku untuk mencaritahu data kepemilikan mobil itu. What the fact?" tanya Nadira."Apa?" tanya Rashi tak sabar."Itu mobil perusahaan papa Reyhan!""Hah? Yang bener kamu, Nad?""Iya! Dan perempuan yang membuang gunting itu sepertinya hanya orang suruhan. Lihat, dia keluar dari mobil itu dan pergi." Nadira menunjukkan rekaman CCTV itu pada Rashi."Astaghfirullah ... Lalu, siapa dalangnya, Nad? Apa tujuannya?""Aku akan cari tahu, aku ngerasa kalau ini ada hubungannya dengan Gebby!" tebak Nadira."Gebby? Kamu yakin? Kita udah lama banget gak berhubungan dengan
Gebby mengekor di belakang mobil Melvin sampai akhirnya mobil utu berbelok ke sebuah pusat perbelanjaan. Gebby yang masih penasaran terus mengikuti mereka sampai akhirnya Gebby tahu, tujuan mereka adalah untuk nonton bioskop. Ia melihat Melvin membeli tiket. Mereka tak hanya bertiga, tetap dengan teman-teman Melvin yang lelaki juga.Lagi-lagi Gebby harus hati-hati dan menjaga jarak agar tak ditemukan oleh Nadira ataupun Rashi. Berhubung Gebby tak suka nonton, ia pun turun ke lantai bawah. Lebih baik ia shopping di Mall itu untuk sedikit melupakan kekesalannya pada Nadira CS.Saat akan pulang ke rumah, tiba-tiba saja Gebby punya sebuah ide untuk membuat hubungan Nadira dan Rashi jadi rusak. Jika keduanya renggang, akan lebih mudah untuk menghancurkan mereka, batinnya.Gebby pun memilih untuk kembaki saja ke rumah sembari menyusun rencana itu matang-matang.Gebby terkejut saat ia sampai di rumah. Sosok yang dikenalnya itu tengah duduk di kursi roda tepat menghadap pintu. Di sebelahnya a