Home / Urban / DIALAH SANG DEWA PERANG / BAB 2. Meadow Creek

Share

BAB 2. Meadow Creek

Author: Seruling Emas
last update Last Updated: 2023-03-20 19:01:25

  

Dari Tom juga, akhirnya Jack tahu detail cerita di hari naas itu. Mommy sedang dalam perjalanan bisnis dan mengatakan pulang membawa uang untuk membayar bank. Tak mengira harapan yang mereka tunggu, justru kabar buruk yang disampaikan polisi.

“Aku telah mengurus beberapa hal dan baru pulang ke rumah sekarang.” Tom menunduk. Dia sangat lelah. Namun, sekarang hatinya sedikit lega. Sudah ada Jack yang siap untuk menahan semua terpaan beban dan masalah yang merundung kediaman mereka.

Jack tak dapat berkata-kata lagi. Tak mungkin juga dia menyalahkan Tom ataupun Tuan Fred. Mereka bahkan tidak punya persediaan makanan. Masalah kediaman ini memang sudah sangat parah.

“Aku akan ke kantor polisi setelah ini. Apakah motorku masih ada, Tom?” tanya Jack. Tinggal itu kendaraan yang mereka miliki sekarang, selain truk barang tua yang tak akan laku dijual.

“Masih ada di garasi. Nyonya tak ingin menjualnya, meskipun ada yang menawar dengan harga tinggi.”

Kedua orang itu menuju gudang. Mata Jack melebar takjub. Motor itu sangat terawat dan bersih. “Aku selalu merawatnya, sesuai perintah Nyonya Besar,” kata Tom tanpa diminta. Diambilnya kunci dan diserahkan pada Jack.

“Aku pergi, Tom. Kau jagalah rumah!”

Mata Tom melihat sinar lampu motor tua itu menjauh dari kediaman di tengah kebun anggur yang luas di Meadow Creek. Matanya menyiratkan kekhawatiran. Kemudian pria itu menghibur diri. “Jack tentara. Dia pasti mampu mengatasi mereka!”

Jack melintasi jalan desa menuju ke kantor polisi. Jalanan itu sepi dan beberapa lampu jalan mati di sana sini. “Apakah pemerintahan kota tidak tahu kalau lampu jalan mati?” batin Jack. Namun, dia terus melajukan motornya ke pusat kota, di mana kantor polisi dan forensik berada. Dia ingin penjelasan polisi dan melihat mommy sebelum menjenguk granny.

Kota kecil itu masih terlihat seperti yang dulu. Hanya saja, terlihat beberapa orang pria bergerombol di sudut-sudut kota, entah membicarakan apa. Mereka memperhatikannya saat lewat. Jack menghentikan motor tuanya di depan kantor polisi.

Di bagian depan kantor polisi, malam itu terlihat kosong. Jadi Jack berjalan masuk ke dalam. Beberapa petugas sedang bekerja sambil mengobrol. Televisi menyala tanpa ada yang menontonnya. Jack mengetuk pintu kayu yang terbuka lebar. “Hallo.”

Semua polisi menoleh ke pintu dan melihat seorang pria yang kulitnya terlihat sehat kecoklatan, berdiri menunggu. “Di mana Timmy?” tanya satu polisi entah pada siapa.

“Mungkin dia pergi makan malam!” jawab yang lain tak acuh. Orang itu masih terus mengetik laporan di mejanya.

Seorang polisi berdiri dan menghampiri Jack. “Ada keperluan apa? Jika tak terlalu mendesak, datanglah melapor besok pagi. Kalau malam, kami kekurangan tenaga,” ujarnya malas.

“Saya Jack Hamilton. Ingin bertanya tentang kasus meninggalnya ibu saya, Daniella Lawrence!” ujar Jack tak peduli.

Petugas yang tadi menyapanya sedikit terkejut, kemudian menoleh ke belakang. “Wyatt! Ini putranya Daniella Lawrence!” teriaknya. Beberapa orang melihat ke arahnya.

Pria yang dipanggilnya Wyatt, tampaknya sedang berusaha untuk bisa tidur. Polisi itu menyandar di kursi begitu rupa, hingga bokongnya hampir jatuh dari kursi. Kepala dan wajahnya ditutupi dengan lembaran majalah yang dibuka. Pria itu menurunkan majalah dan melihat menyipitkan mata ke pintu.

“Dia yang menangani kasus ibumu. Pergilah ke sana,” suruh petugas tadi.

“Terima kasih,” jawab Jack sopan. Kemudian dia melangkah ke tempat Wyatt berada. Polisi itu sudah memperbaiki posisi duduknya. Mengulurkan tangan dan Jack menyambutnya.

“Aku, Jack Hamilton, putranya Daniella Lawrence.” Jack kembali memperkenalkan dirinya pada Wyatt.

“Oke, Jack … silakan duduk!” Wyatt menunjuk bangku di depan mejanya.

“Yo, jadi ini putra tak berguna Daniella? Bagaimana ada anak yang tidak membantu ibunya yang sedang kesulitan, hingga rela merendahkan diri untuk mendapat uang?” Seseorang yang tak dikenal Jack melontarkan hinaan.

Jack menatap orang itu tajam, mengingat wajah pria yang telah menghina ibunya.

“Apa kau tak senang dengan kata-kataku, Jack? Kau bisa tanya warga kota ini reputasi Daniella! Dia sangat liar! Hahahaa.” Pria itu tertawa keras dan Jack tak dapat lari menahan diri.

Sekelebat bayangan bergerak dan tiba-tiba pria yang tertawa itu terdiam pingsan, menelungkup di lantai.

Para polisi itu terkejut dengan apa yang terjadi barusan. Mereka melihat Jack kembali ke tempat duduknya dengan cepat. “Aish … kau terlalu sombong dan banyak bicara!” Dua polisi menarik pria itu dan memasukkannya ke sel untuk sementara.

“Sekarang, bisakah aku tahu, bagaimana kejadian kematian ibuku?” tanya Jack tak sabar.

Wyatt lepas dari rasa terkejutnya. Dia mulai serius menghadapi Jack. “Kami mendapat laporan bahwa seorang wanita jatuh dari kereta dan tewas. Jadi aku pergi memeriksa ke sana!”

“Jatuh dari kereta? Jatuh dari kereta bagaimana maksudnya?” Jack sangat terkejut. Dia tak menyangka kejadiannya seperti itu.

“Tidak, jangan berpikiran macam-macam. Ibumu jatuh di peron kereta. Dia baru turun dari kereta dan jatuh. Kemudian tak bangun lagi,” jelas Wyatt.

Mata Jack menyipit. “Bagaimana dugaanmu?” tanya Jack.

“Polisi tidak bekerja dengan dugaan, Jack. Kami memeriksa berdasarkan bukti yang ada. Kami langsung mengirimnya ke forensik, setelah petugas ambulans mengatakan bahwa dia sudah tewas.”

“Aku ingin melihat mommy,” kata Jack. Matanya yang dalam dan menyorot tajam, membuat Wyatt tak mampu menolak.

            “Mari kuantar, sekalian pulang,” katanya berbaik hati.

            Jack berdiri dan mengikuti petugas polisi itu keluar. “Aku naik motorku saja,” kata Jack.

“Tidak. Lebih aman meninggalkan motormu itu di sini. Di bagian forensik itu sangat rawan,” saran Wyatt. Jack mengangguk. Dia masuk ke mobil Wyatt dan mereka meluncur pergi.

“Kudengar dari Tuan Fred bahwa kau seorang tentara dan sedang bertugas di luar.” Polisi itu berbasa-basi.

“Yah. Aku mendapat ijin pulang untuk mengurus beberapa hal, setelah pemberitahuan tentang kematian mommy,” jelas Jack. Dia merasa harus sedikit menjelaskan kedatangannya.

“Apa kau memutuskan untuk menetap, Jack?” Wyat berusaha berkata santai. Namun, Jack bisa merasakan bahwa petugas polisi itu sedang menyelidikinya.

“Tergantung bagaimana perkembangan kasus ini,” sahut Jack terus terang.

“Kota ini sudah berubah Jack. Berhati-hatilah,” pesan Wyatt.

Jack melirik pria yang sedang menyetir dengan hati-hati, tanpa menoleh ke sekitarnya.

“Apakah maksudmu orang-orang yang berkumpul di jalanan itu?” tebak Jack.

“Hemm.” Wyatt hanya mendehem.

“Aku tahu bahwa kalian para prajurit hidup dalam aturan ketat dan bersih. Jadi, jangan sampai terpengaruh dengan mereka.”

Jack mengawasi anak-anak muda yang ramai berlalu-lalang. “Makin malam, makin ramai di sini,” komentar Jack. Wyatt tak menanggapi. Mobil itu berbelok ke satu bangunan yang halamannya tampak remang-remang.

 “Kapan kau terakhir pulang?” tanya Wyatt.

“Tiga tahun yang lalu, sebelum aku berangkat ke Afrika!” sahut Jack.

Wyatt tersenyum dan keluar dari mobil. Jack mengikuti langkah polisi itu menapaki coble stone menuju gedung megah di depan mereka.

“Selama beberapa tahun itu, terjadi perubahan besar di kota ini. Aku juga tak ingin percaya tapi itu kenyataannya. Dan aku tidak ingin ada tambahan kekacauan di kota ini!”  Wyatt memperingatkan Jack.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Seruling Emas
Terima kasih
goodnovel comment avatar
Seruling Emas
Terima kasih
goodnovel comment avatar
Putri_bungsu
hay kak, aku dari nt, yg star leo, ud mmpir ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DIALAH SANG DEWA PERANG    BAB 3. Pemeriksaan

    “Billy, aku datang lagi!” Wyatt langsung menyapa. “Bukankah sudah kukatakan, datamu baru ada besok!” Seorang pria berseragam putih bicara dengan ketus. Sepertinya dia merasa terganggu dengan kehadiran Wyatt. “Kali ini aku datang mengantar putra Daniella Lawrence. Dia baru kembali dari garis depan!” kata Wyatt memperkenalkan. Pria yang dipanggil Billy menghentikan pekerjaannya dan membalikkan badan ke belakang. Melihat ke arah Jack sekilas. Di antara mereka ada dinding kaca lagi. Billy berada di ruang pemeriksaan, sementara Wyatt dan Jack berada di tempat observasi. “Aku sedang memeriksa ibumu! Data lengkapnya akan kuserahkan besok. Kau bisa mencoba mengurus ruang peristirahatan di gereja dan tanah makamnya lebih dulu,” kata Billy. “Aku ingin melihat mommy, sebelum pergi menjenguk granny,” Jack tak menyurutkan langkahnya sedikit juga. “Ini bukan kenangan yang bagus, Jack.” Billy mengingatkan. “Tak masalah!” jawab Jack yakin. Tangan Billy mengibas, memanggil Jack unt

    Last Updated : 2023-03-20
  • DIALAH SANG DEWA PERANG   BAB 4. Pemakaman Daniella Lawrence

    “Bagaimana hasil pemeriksaannya?” tanya Jack tak sabar. Billy menyerahkan copy pemeriksaan pada Jack. “Satu lembar untukmu, satu untukku, satu untuk polisi,” katanya tanpa menjawab langsung pertanyaan itu. Jack membaca dengan cepat apa yang tertulis. Penyebab kematian: Racun Tetrodotoxin! Jack terkejut. “Racun jenis apa ini?” tanyanya. “Itu racun yang secara alami ada di alam. Tepatnya bisa ditemukan pada ikan buntal, katak, salamander, ataupun gurita cincin biru!” jelas Billy. Mata Jack makin membesar. “Mommy alergi makanan laut! Tak mungkin dia akan memakan jenis makanan ini!” bantah Jack serius. Billy menggeleng. “Memang tak ada sisa makanan itu di lambungnya. Racun itu bermula dari suntikan di pundak yang kau lihat kemarin malam!” Suara Jack tercekat. “Seseorang meracuni mommy ….” “Polisi harus menelusuri kasus pembunuhan ini dengan benar. Mommy juga kehilangan uang dalam jumlah besar di perjalanan ini. Dia dirampok!” desis Jack marah. “Siapa yang kejam membunuh mommy, Tom?

    Last Updated : 2023-03-20
  • DIALAH SANG DEWA PERANG    BAB 5. Rencana Baru

    “Apakah mereka sering datang mengganggu?” tanya Jack. “Yah, mereka adalah tukang tagih yang dipekerjakan bank. Mereka melakukan intimidasi, penghinaan dan lainnya, hanya agar mendapatkan uang tagihan!” jawab Tom. Jack mengangguk. “Aku tidak melihat teman-teman mommy di pemakaman. Apakah tidak ada yang tahu peristiwa yang menimpanya?” tanya Jack mengalihkan pembahasan. Tom menggeleng. “Itu juga salah satu hasil yang dicapai oleh para penagih,” jawab Tom. Dia mengikuti Jack masuk rumah. “Apa maksudmu dengan hasil dari para penagih?” Jack tidak mengerti. “Mereka menyebarkan berita miring dan fitnah tentang Nyonya muda, sehingga makin lama, temannya makin sedikit. Mereka menjauh agar tidak ikut tercemar,” jawab Tom serius. Jack menggertakkan giginya geram. “Mereka sungguh tak tahu siapa yang sudah mereka usik!” ujarnya dingin. Tom mengikuti Jack masuk rumah. Dia yakin bahwa keadaan akan lebih baik setelah Jack di rumah. “Aku akan siapkan makan malam,” kata Tom sembari menuju dapur.

    Last Updated : 2023-03-20
  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 6. Negosiasi Bank

    “Oh, dia Tuan Colt Junior. Pemilik perkebunan anggur di desa sebelah. Dia kandidat pertama yang mendaftarkan diri dalam list lelang perkebunan kita, jika disita oleh bank!” Tuan Fred tak menyembuntikan wajah tak senangnya. “Mereka seperti burung bangkai yang mengelilingi pertanian dan berharap kita segera jatuh!” Tom juga mulai berani menyuarakan ketidak sukaannya. Biasanya dia hanya mengamati saja setia orang yang dengan sombong datang dan dengan sombong menilai perkebunana mereka. Seperti ingin mengatakan bahwa mereka punya uang untuk membeli apapun yang mereka mau! “Jack Hamilton!” panggil petugas bank. Ketiganya langsung menoleh, kemudian mengikuti langkah wanita itu ke ruangan dalam. Dua jam berikutnya, Jack, Tuan Fred dan Tom keluar ruangan dengan wajah cerah. Mereka melangkah lebar. Tom bahkan sengaja mengangkat dagunya lebih tinggi untuk menunjukkan kebanggaannya. Para burung bangkai yang sudah mengincar tanah perkebunan itu, menatap mereka dengan tampang lesu. Harapan un

    Last Updated : 2023-04-06
  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 7. Penemuan Tuan Fred

    Granny pulang sore itu. Seorang perawat lepas bernama Valerie, ikut bersama mereka untuk merawat granny sesuai petunjuk dokter. Dia adalah perawat yang malam sebelumnya dilihat Jack datang memeriksa granny di kamar perawatan. Tom sudah menyiapkan kamar granny. Namun, tidak mengira akan ada tamu lain yang tinggal menumpang di rumah itu. “Bisakah kau bereskan kamar tamu untuk Valerie, Tom?” tanya Jack. “Baik, akan kubereskan segera.” Tom langsung menghilang. Kamar tamu yang dimaksud oleh Jack adalah kamar lama yang ada di loteng. Tuan Fred mengikutinya ke sana. “Aku bisa melakukannya sendiri, Tuan Fred,” kata Tom setelah menyadari pria paruh baya itu berada di belakangnya memegang sapu. “Aku tahu tempat ini sangat luas. Kita bereskan saja ruangan untuk dia tidur malam ini. Bagian lain, biarkan dia yang menatanya sendiri,” saran Tuan Fred. “Baiklah kalau begitu.” Tom mengangguk dan mereka segera bekerja. Perawat itu, Valerie, sangat terampil mengurus neneknya. Setidaknya, beg

    Last Updated : 2023-04-07
  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 8 Edward Hamilton

    “Jangan buru-buru membuat kesimpulan, Jack. Kau tahu akibatnya jika menyinggung orang yang tak bisa kau singgung sama sekali!” Tuan Fred menasehati.“Semua yang terjadi di sini, dan juga yang dialami mommy, tak mungkin hanya kebetulan, Tuan Fred!” Jack menggoyangkan tangannya yang sedang meremas kertas informasi itu.“Saranku, datang dan bertanyalah secara pribadi pada ayahmu lebih dulu. Jangan masuk ke kediaman utama!” Tuan Fred mengejar Jack yang sudah berjalan keluar ruang kerja.“Jangan khawatir. Aku tahu apa yang harus kulakukan!” Jack masuk ke kamarnya dan menutup pintu.Tuan Fred masih mematung di depan pintu kamarnya. Pria paruh baya itu merasa sedikit kesulitan menghadapi Jack. Pada dasarnya ibu dan anak yang dilihatnya tumbuh besar itu memiliki sifat yang hampir sama. Sama-sama keras kepala. Namun, ibunya selalu bersikap tenang dan menyimpan rencana-rencananya sendiri. Sementara Jack, lebih ekspresif dan membuat keputusan sangat cepat.“Aku hanya risau kau bernasib sama deng

    Last Updated : 2023-04-08
  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 9. Rahasia Daniella

    “Beraninya Kau menghina mommy seperti itu! Kau tidak pernah bisa membuktikan tuduhan kejimu seumur hidupnya! Kau laki-laki paling brengsek yang pernah kutahu!” balas Jack dengan suara keras, untuk menyaingi musik di ruangan.“Keluar Kau! Kau tak pernah diterima di rumah ini. Sudah bagus aku tidak mempermalukannya dengan membiarkanmu menyandang nama Hamilton. Wanita tak setia itu pantas mati!” balas Edwad Hamilton dengan napas terengah. Dia semakin murka melihat Jack berani membalas kata-katanya. Tak ada yang pernah berani membalas kata-katanya di kediaman itu.“Lempar dia keluar! Ingat ini Hudson, ini perintahku. Jangan pernah ijinkan dia menjejakkan kaki di kediamanku lagi!” teriak Edward Hamilton dengan suara keras, agar Jack yang tengah diseret itu mendengarnya.Brukk! Tubuh Jack dilempar ke halaman. Dengan kemarahan Jack bangkit dan menunjuk Edward yang memperhatikannya dari jendela.“Mulai sekarang aku akan menanggalkan nama Hamilton. Kau bukan siapa-siapaku lagi. Dan untuk kema

    Last Updated : 2023-04-08
  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 10. Perkembangan Kasus

    Bertiga dengan Tom dan Tuan Fred, Jack membenahi bagian kebun anggur mereka yang masih tumbuh dengan baik. “Jika lokasi ini dijadikan tempat wisata dan spot foto ke lembah dan sungai, bukankah akan punya peluang?” ujar Jack bersemangat.“Nanti, tambahkan pula venue untuk pernikahan outdoor. Bagaimana menurutmu?” tanya Tuan Fred.“Hahaha, itu ide yang sangat bagus.” Jack setuju.“Mari kita siapkan semua kebutuhannya dulu. Tom, kau catat berapa banyak kayu dan kebutuhan lain. Setelah itu kita ke toko untuk memesannya,” kata Jack.“Akan kukerjakan,” sahut Tom bersemangat. Dia sangat senang dan optimis bahwa perkebunan mereka bisa bangkit lagi di bawah kepemimpinan Jack. Tom sudah tak sabar membayangkan pengunjung yang hilir mudik ke perkebunan untuk menikmati pemandangan alam yang indah ke arah lembah dan kota di bawahnya.Ponsel Jack kembali berdering. Dia mengangkatnya sambil terus berjalan mengelilingi perkebunan ditemani Tuan Fred. “Ya!” sahut Jack.“Bos, kapan Anda ke sini?” tanya s

    Last Updated : 2023-04-09

Latest chapter

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 148. Cinta Akan Menemukan Jalannya Sendiri

    Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 147. Keterlibatan Alessandro Garcia

    Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 146. Pilihan yang Tak Bisa Ditolak

    Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 145. Pemakaman Vladimir Deska

    Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 144. Rencana Pembalasan Six

    Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 143. Akhir Vladimir Deska

    Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 142. Orang Tak Dikenal

    Tuan Fredd menatap Jack khawatir. “Jangan gegabah, Jack. Itu hanya akan merugikan dirimu sendiri!”“Kita lihat saja nanti!”Jack mendengus kasar. Masih dengan perasaan jengkel dia menyusul Granny keluar dari ruang sidang. Mereka masih harus menunggu satu jam lagi sebelum para juri selesai mengambil keputusan.Ganny terlihat murung di kursi rodanya. Jack datang mendekat. “Ganny ingin minuman?” tawarnya.Tak jauh dari mereka berdiri, ada vending machine tempat menjual minuman. Jack mengeluakan uang agar semua orang bisa membeli minuman jika haus.Tak lama Valeri kembali dan menyodorkan sebotol air mineral serta roti lapis yang dikemas dengan sangat rapi. Granny menerimanya dan segera menikmati makanan kecil itu.“Jangan khawatirkan apa pun, Nyonya. Juri pasti bisa melihat bahwa pria itu memang pembunuhnya. Apa yang telah dilakukannya tidak akan diabaikan begitu saja hanya kanya karena pengakuan dia dibayar mahal,” kata Tuan Fredd.“Benar. Bukankah denagn pernyataan seperti itu dia justr

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 141. Kejutan dari Leland

    Jack melaporkan apa yang terjadi di Pensylvania pada Six. Dia ingin kelompok itu tenang karena semua sudah menjadi lebih terang dan jelas. Teman-teman mereka telah dievakuasi dari orang-orang yang datang menyerang. Sekarang tinggal menunggu hasil penyelidikan polisi pada kasus yang ada di sana.Jack hanya berharap tak ada hal uang akan membahayakan karirnya dari tempat itu. Dia hanya ingin semua masalahnya segera selesai dan bisa melepaskan diri dari pernikahan dengan Brianna secepatnya.“Apa kau sudah siap untuk ke pengadilan?” tanya Granny dari depan pintu kamarnya.Valerie terlihat lebih segar pagi itu, dengan gaun simpel berwarna biru langit berpadu putih. Menyadari Jack mengamatinya, wanita muda itu menunduk, lalu berbalik ke kamar Granny.“Tas Anda tertinggal di kamar,” bisiknya halus pada nenek Jack.“Oh, tolong ambilkan,” kata Granny cepat. Saat itu Valerie sudah masuk ke dalam kamar.eJack melangkah ke dekat neneknya. “Nenek cantik sekali pagi ini,” pujiya sambil tersenyum se

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 140. Penangkapan Damon dan Penggrebekan

    Di tengah kota pada dini hari itu, sebuah mobil yang sedang ngebut di jalan raya, terpantau oleh pengawas lalu lintas. Sebuah mobil polisi langsung mengejar untuk menghentikannya. Suara sirinenya meraung di kota yang masih tertidur lelap.Mata Falcon terbuka lebar dan dia segera bangkit dari tempat tidur, mengintip dari jendela untuk mengawasi keadaan di luar. Diperkirakannya suara sirine itu kemungkin berada satu atau dua blok dari tempatnya berada.Menyadari sura tersebut justru makin mendekat, Falcon muai menaruh perhatian yang lebih besar. Dia keluar ke balkon kamar dan memperhatikan dengan seksama di mana posisi kendaraan polisi tersebut.“Mereka menuju ke sini!” Falcon masuk lagi ke kamar karena sepertinya mobil polisi itu tertahan cukup jauh di persimpangan. Dia keluar lagi dengan membawa teropong kecil untuk mengamati.Tak lama terdengar suara tembakan yang nyaring meningkahi suara sirine yang masih terus menyala. Disambut oleh balasan tembakan lainnya. Hal itu berhasil meng

DMCA.com Protection Status