“Apakah mereka sering datang mengganggu?” tanya Jack.
“Yah, mereka adalah tukang tagih yang dipekerjakan bank. Mereka melakukan intimidasi, penghinaan dan lainnya, hanya agar mendapatkan uang tagihan!” jawab Tom. Jack mengangguk.
“Aku tidak melihat teman-teman mommy di pemakaman. Apakah tidak ada yang tahu peristiwa yang menimpanya?” tanya Jack mengalihkan pembahasan.
Tom menggeleng. “Itu juga salah satu hasil yang dicapai oleh para penagih,” jawab Tom. Dia mengikuti Jack masuk rumah.
“Apa maksudmu dengan hasil dari para penagih?” Jack tidak mengerti.
“Mereka menyebarkan berita miring dan fitnah tentang Nyonya muda, sehingga makin lama, temannya makin sedikit. Mereka menjauh agar tidak ikut tercemar,” jawab Tom serius.
Jack menggertakkan giginya geram. “Mereka sungguh tak tahu siapa yang sudah mereka usik!” ujarnya dingin.
Tom mengikuti Jack masuk rumah. Dia yakin bahwa keadaan akan lebih baik setelah Jack di rumah.
“Aku akan siapkan makan malam,” kata Tom sembari menuju dapur.
Jack pergi ke ruang kerja. Kenangan masa kecilnya muncul. Dia sering berlarian di seluruh rumah ataupun mengganggu kakek dan ibunya yang sedang bekerja. DIsentuhnya kursi tua yang masih dipertahankan ibunya. Ada fotonya dengan pakaian tentara di meja itu.
“Apa kau selalu merindukanmu, Mom?” Dengan hati hancur Jack duduk di kursi. Dia tak melakukan apapun selain memperhatikan setiap detail yang sangat dikenalnya. Jam meja tua yang masih berdetik tepat waktu peninggalan kakek, juga ada di sana.
Diraihnya jam penuh kenangan yang melestarikan kenangan manis masa kecilnya. Penyok akibat dulu dia menjatuhkannya, menjadi jejak nyata. Air matanya menetes tak terasa.
“Apakah aku mengecewakanmu, Grandpa?” Jack terpaku. Ingat bagaimana dulu kakeknya bersikeras agar dia ikut membantu ibunya mengelola perkebunan. “Perkebunan ini kubangun untuk menjamin hidupmu, Jack. Kau harus ikut serta mengelolanya!” bujuk kakeknya berulang kali.
“Aku akan membangun kembali perkebunan ini. Aku janji!” tekadnya. Jack tak dapat membiarkan warisan kakek hancur di tangannya, karena sekarang dialah satu-satunya pewaris.
“Jack, makan malam sudah siap!” suara Tom memanggil dari luar.
“Aku segera ke sana!” jawab Jack.
Malam ini roti kembali disajikan Tom. Mereka makan dalam hening hingga selesai makan. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Tom, apa idemu untuk mengelola kebun itu, agar kita bisa mendapatkan pemasukan?” tanya Jack. Dia memang buta tentang urusan perkebunan anggur.
“Aku tidak tahu, Jack. Seumur hidupku hanya bekerja mengurus tanaman anggur dan membuat wine saja.” Tom menggeleng.
“Aku pernah mendengar tentang agrowisata. Apakah menurutmu hal itu bisa kita lakukan?” tanya Jack.
“Entahlah. Sebagian besar perkebunan ini tidak cukup bagus untuk dipamerkan, Jack.” Tom menjawab lugas.
“Bagian mana yang masih bisa kita pertahankan?” tanya Jack. Dia masih antusias bisa mendapat pemasukan, sementara menunggu masa panen tanaman yang tersisa.
“Yang di atas bukit masih bagus,” jawab Tom.
“Mari kita lihat ke sana besok pagi. Bukankah pemandangan dari atas bukit ke arah lembah sangat bagus?”
Tom mengangguk. “Oke.”
***
“Menakjubkan!” Jack merasa puas dengan pemandangan yang dilihatnya dari atas bukit itu. Sambil membuat sketsa di kertas yang dibawanya, Jack terus saja bergumam. “Kita buat tempat istirahat di sini. Pengunjung bisa mendapatkan spot foto natural yang sangat bagus dari sudut mana pun mereka berdiri.
Tom mengikuti setiap langkah Jack dan membuat tanda di tempat-tempat yang diinginkan pria itu. Kemudian mereka beristirahat. Jack memperhatikan bunga-bunga anggur yang bergerombol. Dia sangat berharap semua itu bisa memberi hasil yang memuaskan.
“Terima kasih sudah terus merawat tanaman ini, Tom,” kata Jack tulus.
“Yang kuketahui hanya menjadi petani anggur, Jack!” Tom terkekeh geli. Rasanya dia sudah sangat lama tidak tertawa, sejak maslah tak henti mendera kediaman mereka.
Jack merangkul pundak Tom. “Kita akan membangunnya lagi. Aku janji, Tom!”
“Membangun lagi itu, akan butuh dana tak sedikit, Jack. Apa kau punya tabungan? Sebentar lagi pihak bank pasti akan kembali. Dan setelah apa yang dialami para penagihnya, mereka pasti tidak akan bersikap lunak lagi,” kata Tom.
“Untung kau mengingatkanku. Ayo antar aku ke bank untuk bicara dengan direkturnya!” ajak Jack.
Keduanya bergegas menuruni bukit, kembali ke kediaman. Sebuah panggilan masuk ke ponsel Jack. “Aku angkat telepon dulu.” Jack membiarkan Tom kembali lebih dulu ke rumah.
“Ya, Chief!” sahutnya.
“Aku sudah mengetahui tentang kasus racun tetrodotoxin yang menimpa ibumu. Apa kau butuh bantuan?”
Jack diam menimbang-nimbang. Dia tahu bahwa dengan menerima kebaikan atasannya, maka dia akan berhutang budi. Akan tetapi, kasus ibunya harus jelas dan terang. Dan Jack tahu, dia tak bisa hanya mengandalkan penelusuran polisi saja.
“Please. Aku memang ingin kasus ini jelas dan jernih. Aku ingin tahu siapa saja yang terlibat menghancurkan keluarga, pertanian dan membunuh ibuku. Akan tetapi, biarkan aku membereskan sisanya dengan tanganku sendiri!” kata Jack.
“Sesuai permintaanmu, Jack. Namun, kau juga jangan lupa tentang tugas yang harus kau emban!” Chief mengingatkan.
“Aku tahu. Waktuku masih empat hari. Apakah Lion, Tiger, Wolf, Falcon dan Hunter sudah kembali?” Jack mengingatkan persyaratannya.
“Mereka akan tiba di sana besok dan mempersiapkan segala sesuatunya!”
“Terima kasih, Chief!” Panggilan itu terputus.
“Jack!” Tom berteriak memanggil sambil melambaikan tangannya. Dia sudah siap dengan motor antik Jack. Pria itu lari menuruni kaki bukit. Tak lama keduanya meluncur pergi ke kota.
Tuan Fred sudah menunggu di depan kantor bank. Wajahnya cerah saat melihat Jack dan Tom sampai. “Aku meminta Tuan Fred datang, karena urusan bank dia lebih mengerti,” kata Tom.
“Terima kasih, Tom.”
“Apakah berkas-berkas pinjaman itu ada bersamamu, Tuan Fred?”
“Ya. Aku membawanya di sini!” Pria itu menunjukkan tas laptopnya.
“Kalau begitu, jangan ditunda lagi!” Jack berjalan lebih dulu. Tom dan Tuan Fred mengikuti di belakang.
Begitu mereka masuk ke bank, beberapa pasang mata mengamati. Namun, Jack tak peduli. Dia mengikuti arahan Tuan Fred untuk membuat janji dengan menejer peminjaman.
“Apakah kau mau membayar hutang, Fred?” seseorang berkata sinis.
“Dari mana mereka punya uang sejumlah itu. Mungkin mereka akan dengan rela hati melepaskan perkebunan itu setelah menyadari peringatan dari kematian Daniella!” timpal yang lain.
“Apa menurutmu dia mati karena itu?” pria pertama menambahi.
“Aku lebih curiga jika dia mati karena telah membuat cemburu wanita yang tak bisa diganggu!” Suara lain menimpali.
Ledakan tawa terdengar sebentar, lalu hilang setelah security mengingatkan mereka untuk tidak bersuara terlalu keras dan mengganggu orang lain.
Jack berhenti melangkah dan membalikkan badan. Dia mengamati mereka semua dan menyimpannya dalam memory. “Siapa mereka?” tanya Jack pada Tuan Fred.
“Yang pendek berkulit pucat itu, Tuan Scott. Dia pemilik Meadow Bar,” jawab Tuan Fred.
“Dia menyukai nyonya muda dan pernah datang melamar, tapi ditolak.” Tom menambahkan informasi.
“Yang bertubuh tambun itu Tuan Reyes. Aku tidak tahu jelas pekerjaannya apa. Dia selalu berpenamilan perlente dan berada dalam lingkaran kekuasaan tinggi kota ini.” Tuan Fred mengangkat bahu.
“Kau ketinggalan informasi, Tuan Fred. Dia seorang broker saham. Seperti itulah yang pernah kudengar!” Tom menjelaskan.
“Dia lebih terlihat seperti seorang penjilat, ketimbang broker yang sukses!” ketus Jack.
“Pfftt!” Tom menahan tawanya dan menutup mulut dengan tangan.
“Yang seorang lagi itu, siapa?” tanya Jack masih penasaran pada pria ketiga. Pria yang bicara paling kasar dan berani menantang matanya.
“Oh, dia Tuan Colt Junior. Pemilik perkebunan anggur di desa sebelah. Dia kandidat pertama yang mendaftarkan diri dalam list lelang perkebunan kita, jika disita oleh bank!” Tuan Fred tak menyembuntikan wajah tak senangnya. “Mereka seperti burung bangkai yang mengelilingi pertanian dan berharap kita segera jatuh!” Tom juga mulai berani menyuarakan ketidak sukaannya. Biasanya dia hanya mengamati saja setia orang yang dengan sombong datang dan dengan sombong menilai perkebunana mereka. Seperti ingin mengatakan bahwa mereka punya uang untuk membeli apapun yang mereka mau! “Jack Hamilton!” panggil petugas bank. Ketiganya langsung menoleh, kemudian mengikuti langkah wanita itu ke ruangan dalam. Dua jam berikutnya, Jack, Tuan Fred dan Tom keluar ruangan dengan wajah cerah. Mereka melangkah lebar. Tom bahkan sengaja mengangkat dagunya lebih tinggi untuk menunjukkan kebanggaannya. Para burung bangkai yang sudah mengincar tanah perkebunan itu, menatap mereka dengan tampang lesu. Harapan un
Granny pulang sore itu. Seorang perawat lepas bernama Valerie, ikut bersama mereka untuk merawat granny sesuai petunjuk dokter. Dia adalah perawat yang malam sebelumnya dilihat Jack datang memeriksa granny di kamar perawatan. Tom sudah menyiapkan kamar granny. Namun, tidak mengira akan ada tamu lain yang tinggal menumpang di rumah itu. “Bisakah kau bereskan kamar tamu untuk Valerie, Tom?” tanya Jack. “Baik, akan kubereskan segera.” Tom langsung menghilang. Kamar tamu yang dimaksud oleh Jack adalah kamar lama yang ada di loteng. Tuan Fred mengikutinya ke sana. “Aku bisa melakukannya sendiri, Tuan Fred,” kata Tom setelah menyadari pria paruh baya itu berada di belakangnya memegang sapu. “Aku tahu tempat ini sangat luas. Kita bereskan saja ruangan untuk dia tidur malam ini. Bagian lain, biarkan dia yang menatanya sendiri,” saran Tuan Fred. “Baiklah kalau begitu.” Tom mengangguk dan mereka segera bekerja. Perawat itu, Valerie, sangat terampil mengurus neneknya. Setidaknya, beg
“Jangan buru-buru membuat kesimpulan, Jack. Kau tahu akibatnya jika menyinggung orang yang tak bisa kau singgung sama sekali!” Tuan Fred menasehati.“Semua yang terjadi di sini, dan juga yang dialami mommy, tak mungkin hanya kebetulan, Tuan Fred!” Jack menggoyangkan tangannya yang sedang meremas kertas informasi itu.“Saranku, datang dan bertanyalah secara pribadi pada ayahmu lebih dulu. Jangan masuk ke kediaman utama!” Tuan Fred mengejar Jack yang sudah berjalan keluar ruang kerja.“Jangan khawatir. Aku tahu apa yang harus kulakukan!” Jack masuk ke kamarnya dan menutup pintu.Tuan Fred masih mematung di depan pintu kamarnya. Pria paruh baya itu merasa sedikit kesulitan menghadapi Jack. Pada dasarnya ibu dan anak yang dilihatnya tumbuh besar itu memiliki sifat yang hampir sama. Sama-sama keras kepala. Namun, ibunya selalu bersikap tenang dan menyimpan rencana-rencananya sendiri. Sementara Jack, lebih ekspresif dan membuat keputusan sangat cepat.“Aku hanya risau kau bernasib sama deng
“Beraninya Kau menghina mommy seperti itu! Kau tidak pernah bisa membuktikan tuduhan kejimu seumur hidupnya! Kau laki-laki paling brengsek yang pernah kutahu!” balas Jack dengan suara keras, untuk menyaingi musik di ruangan.“Keluar Kau! Kau tak pernah diterima di rumah ini. Sudah bagus aku tidak mempermalukannya dengan membiarkanmu menyandang nama Hamilton. Wanita tak setia itu pantas mati!” balas Edwad Hamilton dengan napas terengah. Dia semakin murka melihat Jack berani membalas kata-katanya. Tak ada yang pernah berani membalas kata-katanya di kediaman itu.“Lempar dia keluar! Ingat ini Hudson, ini perintahku. Jangan pernah ijinkan dia menjejakkan kaki di kediamanku lagi!” teriak Edward Hamilton dengan suara keras, agar Jack yang tengah diseret itu mendengarnya.Brukk! Tubuh Jack dilempar ke halaman. Dengan kemarahan Jack bangkit dan menunjuk Edward yang memperhatikannya dari jendela.“Mulai sekarang aku akan menanggalkan nama Hamilton. Kau bukan siapa-siapaku lagi. Dan untuk kema
Bertiga dengan Tom dan Tuan Fred, Jack membenahi bagian kebun anggur mereka yang masih tumbuh dengan baik. “Jika lokasi ini dijadikan tempat wisata dan spot foto ke lembah dan sungai, bukankah akan punya peluang?” ujar Jack bersemangat.“Nanti, tambahkan pula venue untuk pernikahan outdoor. Bagaimana menurutmu?” tanya Tuan Fred.“Hahaha, itu ide yang sangat bagus.” Jack setuju.“Mari kita siapkan semua kebutuhannya dulu. Tom, kau catat berapa banyak kayu dan kebutuhan lain. Setelah itu kita ke toko untuk memesannya,” kata Jack.“Akan kukerjakan,” sahut Tom bersemangat. Dia sangat senang dan optimis bahwa perkebunan mereka bisa bangkit lagi di bawah kepemimpinan Jack. Tom sudah tak sabar membayangkan pengunjung yang hilir mudik ke perkebunan untuk menikmati pemandangan alam yang indah ke arah lembah dan kota di bawahnya.Ponsel Jack kembali berdering. Dia mengangkatnya sambil terus berjalan mengelilingi perkebunan ditemani Tuan Fred. “Ya!” sahut Jack.“Bos, kapan Anda ke sini?” tanya s
Tuan Fred mengangkat wajah dan menoleh pada Jack. “Apakah seharusnya dia sudah pulang? tanyanya heran.“Kami tadi melewati apotik dan Tom sudah memeriksa. Val sudah mendapatkan obatnya dan pulang,” ujar Jack.“Mungkin dia bertemu temannya dan mengobrol sebentar. Kita tunggu saja. Hari masih siang.” Tuan Fred menenangkan Jack.“Kurasa kau benar. Biar kulihat granny di dalam.” Jack masuk. Tom dan Tuan Fred melanjutkan pekerjaan mereka.Sore hari, barang-barang pesanan Jack tiba. Mereka sedikit sibuk hingga tanpa terasa malam turun. Jack menggeleng tak senang, karena Valerie tidak juga pulang. Masalahnya adalah, granny butuh obat yang dimaksud Val untuk disuntikkan malam ini. Dengan sedikit kesal, Jack menelepon rumah sakit dan mengatakan masalahnya.“Kami akan mengantar seorang perawat dan obat untuk malam ini. Hanya saja, dia tidak bisa menjaga di sana. Kami kekurangan perawat pengganti hari ini.” Kata pihak rumah sakit.“Kirimkan saja perawat dan obatnya,” sahut Jack cepat.“Baik!” Sa
Bagian sayap kiri itu adalah tempat untuk mengumpulkan anggur hasil panen, sebelum waktunya diolah menjadi juice. Diluar masa panen, maka tempat itu akan sangat sunyi. Karena proses berikutnya adalah penyimpanan juice anggur agar menjadi wine yang bercita rasa tinggi. Tempatnya berada di sayap bangunan kanan, yang lebih dekat ke bangunan utama dan pintu keluar.Sekarang mereka sudah berada di depan pintu. Debu yang terdapat di mana-mana menunjukkan betapa lamanya para pekerja perkebunan tidak datang ke sana. Suara teriakan umpatan dan caci maki bahkan ancaman terdengar samar dari balik pintu.Wajah Damon menggelap. Senyum yang terlihat di wajahnya, sangat mengerikan. Dia membuka pintu dan berdiri di sana, menghalangi cahaya masuk.Valeri yang sedang sakit kepala akibat pukulan keras, menoleh ke arah pintu yang terbuka. Seseorang berdiri di ambang pintu membentuk siluet hitam samar di balik cahaya terang.“Heh! Ternyata kau!” Valerie dapat mengenali sosok itu, meskipun dia tak melihatn
Pria itu terbengong tak mengerti. Namun, dia tahu bahwa Eddy tidak akan sembarangan berkata. Peringatannya untuk menjauhi Jack, berarti Eddy mengetahui sesuatu tentang pria itu. Maka dia harus patuh. Suara sirine mobil polisi mulai mendekat. Jack ingin menuntaskan perkelahian yang sekarang menjadi keroyokan lima lawan satu. Dengan cepat dia melompat tinggi dan berputar di atas sambil menendang kepala kelima pengeroyoknya. Tendangan yang sangat keras dan akurat. Membuat kelimanya jatuh di aspal sambil memegangi kepala yang sakitnya tak tertahankan. Darah keluar dari hidung dan telinga mereka. Mobil polisi berhenti persis di samping salah seorang anak buah Leroy yang pingsan. Polisi mengenali para berandalan kota yang kerap bikin onar. Baru kali ini dia melihat mereka kalah dan tak berkutik. “Kau memicu keributan lagi, Leroy! Apa kau ingin masa bebas bersyaratmu dicabut?” ancam polisi itu. “Aku tidak melakukan apapun!” kelit pria itu licik. “Aku melihat mereka sudah berkelahi seperti
Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it
Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“
Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka
Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi
Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa
Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i
Tuan Fredd menatap Jack khawatir. “Jangan gegabah, Jack. Itu hanya akan merugikan dirimu sendiri!”“Kita lihat saja nanti!”Jack mendengus kasar. Masih dengan perasaan jengkel dia menyusul Granny keluar dari ruang sidang. Mereka masih harus menunggu satu jam lagi sebelum para juri selesai mengambil keputusan.Ganny terlihat murung di kursi rodanya. Jack datang mendekat. “Ganny ingin minuman?” tawarnya.Tak jauh dari mereka berdiri, ada vending machine tempat menjual minuman. Jack mengeluakan uang agar semua orang bisa membeli minuman jika haus.Tak lama Valeri kembali dan menyodorkan sebotol air mineral serta roti lapis yang dikemas dengan sangat rapi. Granny menerimanya dan segera menikmati makanan kecil itu.“Jangan khawatirkan apa pun, Nyonya. Juri pasti bisa melihat bahwa pria itu memang pembunuhnya. Apa yang telah dilakukannya tidak akan diabaikan begitu saja hanya kanya karena pengakuan dia dibayar mahal,” kata Tuan Fredd.“Benar. Bukankah denagn pernyataan seperti itu dia justr
Jack melaporkan apa yang terjadi di Pensylvania pada Six. Dia ingin kelompok itu tenang karena semua sudah menjadi lebih terang dan jelas. Teman-teman mereka telah dievakuasi dari orang-orang yang datang menyerang. Sekarang tinggal menunggu hasil penyelidikan polisi pada kasus yang ada di sana.Jack hanya berharap tak ada hal uang akan membahayakan karirnya dari tempat itu. Dia hanya ingin semua masalahnya segera selesai dan bisa melepaskan diri dari pernikahan dengan Brianna secepatnya.“Apa kau sudah siap untuk ke pengadilan?” tanya Granny dari depan pintu kamarnya.Valerie terlihat lebih segar pagi itu, dengan gaun simpel berwarna biru langit berpadu putih. Menyadari Jack mengamatinya, wanita muda itu menunduk, lalu berbalik ke kamar Granny.“Tas Anda tertinggal di kamar,” bisiknya halus pada nenek Jack.“Oh, tolong ambilkan,” kata Granny cepat. Saat itu Valerie sudah masuk ke dalam kamar.eJack melangkah ke dekat neneknya. “Nenek cantik sekali pagi ini,” pujiya sambil tersenyum se
Di tengah kota pada dini hari itu, sebuah mobil yang sedang ngebut di jalan raya, terpantau oleh pengawas lalu lintas. Sebuah mobil polisi langsung mengejar untuk menghentikannya. Suara sirinenya meraung di kota yang masih tertidur lelap.Mata Falcon terbuka lebar dan dia segera bangkit dari tempat tidur, mengintip dari jendela untuk mengawasi keadaan di luar. Diperkirakannya suara sirine itu kemungkin berada satu atau dua blok dari tempatnya berada.Menyadari sura tersebut justru makin mendekat, Falcon muai menaruh perhatian yang lebih besar. Dia keluar ke balkon kamar dan memperhatikan dengan seksama di mana posisi kendaraan polisi tersebut.“Mereka menuju ke sini!” Falcon masuk lagi ke kamar karena sepertinya mobil polisi itu tertahan cukup jauh di persimpangan. Dia keluar lagi dengan membawa teropong kecil untuk mengamati.Tak lama terdengar suara tembakan yang nyaring meningkahi suara sirine yang masih terus menyala. Disambut oleh balasan tembakan lainnya. Hal itu berhasil meng