“Oh, dia Tuan Colt Junior. Pemilik perkebunan anggur di desa sebelah. Dia kandidat pertama yang mendaftarkan diri dalam list lelang perkebunan kita, jika disita oleh bank!” Tuan Fred tak menyembuntikan wajah tak senangnya.
“Mereka seperti burung bangkai yang mengelilingi pertanian dan berharap kita segera jatuh!”Tom juga mulai berani menyuarakan ketidak sukaannya. Biasanya dia hanya mengamati saja setia orang yang dengan sombong datang dan dengan sombong menilai perkebunana mereka. Seperti ingin mengatakan bahwa mereka punya uang untuk membeli apapun yang mereka mau!“Jack Hamilton!” panggil petugas bank. Ketiganya langsung menoleh, kemudian mengikuti langkah wanita itu ke ruangan dalam.Dua jam berikutnya, Jack, Tuan Fred dan Tom keluar ruangan dengan wajah cerah. Mereka melangkah lebar. Tom bahkan sengaja mengangkat dagunya lebih tinggi untuk menunjukkan kebanggaannya.Para burung bangkai yang sudah mengincar tanah perkebunan itu, menatap mereka dengan tampang lesu. Harapan untuk segera mendapatkan tanah itu dengan harga murah, ternyata harus kembali kandas.“Siapa pria yang bersama Tuan Fred? Sepertinya bawahan Daniella sangat menghormatinya,” tanya seseorang.“Aku dengar kabar angin kalau putra haram Daniella sudah kembali dari medan perang,” bisik yang lain.Mereka melihat ke jendela. Pria muda asing itu naik motor bersama Tom, sementara Tuan Fred mengambil jalan lain.“Kalau kulihat, dia bukanlah tentara yang hebat dan kaya. Lihat saja apa yang dikendarainya. Motor tua milik kakeknya dulu juga!” yang lain menimpali.“Hahaha … dan mereka sudah begitu sombong di depan kita!”“Biarkan dan kita lihat saja. Mau berapa lama mereka menegosiasi ulang pinjaman bank? Jika cicilan berikutnya tidak dapat dibayar, apa menurutmu bank akan memberi toleransi lagi?” seseorang menyeringai lebar dan culas.“Kau sangat cerdas!” puji yang lain. Mereka sudah punya gambaran rencana di kepala masing-masing.“Bagaimana keadaan granny?” tanya Jack saat mereka melangkah keluar bank.“Nyonya sudah sadar,” sahut Tuan Fred.“Bagus sekali. Nanti aku akan ke sana. Sebelumnya, coba tanyakan pada dokter, apakah granny sudah bisa dibawa pulang,” ujar Jack.“Akan kutanyakan. Sekarang kalian mau ke mana?” tanya Tuan Fred.“Aku mau ke kantor polisi dan menanyakan perkembangan kasus mommy,” sahut Jack.“Baiklah. Sampai jumpa, Jack!” Tuan Fred melanjutkan langkahnya menuju halte bis. Dia harus kembali ke rumah sakit.Jack dan Tom meluncur ke kantor polisi. “Tom, apakah yang terjadi di kota ini, sekarang?” tanya Jack. Dia melihat sekumpulan pria bergerombol dan Jack bisa lihat sesuatu di punggul salah seorang.“Kota ini sudah dimasuki oleh semacam mafia. Apakah kau bertemu dengan salah satu kelompok tadi malam?” tanya Tom.“Ya! Dia bilang namanya Eddy. Dia menyukai motor ini dan ingin membelinya,” sahut Jack“Berhati-hatilah, Jack. Polisi tampaknya tak bisa berbuat apa-apa dan membiarkan saja mereka makin berkembang di sini.” Tom terdengar kecewa.Jack hanya mendengarkan. DIa pribadi juga tak mau berurusan dengan para geng itu. Selama dirinya tidak diusik, maka Jack juga tak akan peduli.Sampai di kantor polisi, seorang petugas menahan Jack yang ingin masuk ke ruangan. “Ingin bertemu siapa?” tanyanya.“Detektif Wyatt,” jawab Jack.“Urusan?” tanya polisi itu sambil menulis di buku pengunjung.“Pembunuhan Daniella Lawrence!” Jack mulai tak sabar.“Baik, kau bisa masuk ke---”“Aku tahu. Aku sudah ke sini kemarin!” Jack langsung melangkah masuk diiringi Tom yang menahan senyum.:Oh, Jack! Kebetulan sekali. Aku baru saja mendapatkan informasi kasus ibumu.” Wyatt berjalan mendekat dengan selembar kertas di tangan.“Ini panggilan telepon ibumu seminggu terakhir. Aku sudah membuat copy untukmu. Apa kau tau nomor-nomor ini?” tanya Wyatt.Jack menggeleng. Dia hanya menunjuk satu nomor yang dikenalnya. “Ini nomorku. Aku melakukan panggilan terakhir minggu lalu.”“Baik. Akan kucoret nomor ini dari daftar tersangka.” Wyatt langsung mencoret nomor itu dan menerakan mana Jack di situ.“Karena menurut Tuan Fred dan Tom mommy melakukan perjalanan bisnis terakhir kali, aku yakin dia melakukan banyak panggilan telepon bisnis. Jadi, akan kutanyakan pada Tuan Fred, tentang nomor-nomor ini.” Jack mengambil copy lembaran miliknya.“Mari kita bekerjasama membongkar kasus ini, Jack. Kita tentu tak mau ada kasus pembunuhan dengan racun lagi di masa depan,” Wyatt menawarkan kerja sama.Jack mengangguk dan mengulurkan tangannya pada polisis itu. “Terima kasih officer. Aku akan menagbari Anda nama-nama yang kudapat di sini.”Jack dan Tom keluar. “Aku harus ke rumah sakit, Tom.”“Aku akan langsung pulang saja,” jawab Tom mengerti.“Kau bawa saja motor pulang.” Jack menyerahkan kunci motor pada Tom.“Kau bagaimana?” tanya pria iyu.“Aku masih tahu bis yang mengarah ke sana, Tom. Aku besar dan sekolah di kota ini juga. Jangan khawatirkan.” Jack melangkah pergi menuju halte bis yang tak jauh dari kantor polisi.***“Apa anda mengenal nomor-nomor yang ada dalam daftar ini, Tuan Fred?” tanya Tom.“Biar kuperiksa sebentar.” Tuan Fred mengambil kertas yang diberikan Jack dan duduk di luar kamar. Dibiarkannya Jack bersama dengan Nyonya Mathilda, neneknya.“Granny, aku Jack. Aku sudah pulang. Cepatlah sembuh,” ujar Jack lembut.Wanita tua yang rambutnya sudha hampir kelabu seluruhnya itu, mengangkat tangan dengan gemetar. Jack mendekatkan wajahnya ke tangan granny. Dibiarkannya neneknya mengusap-usap wajah serta kepalanya. Air mata keduanya menetes tanpa terasa.“J-jack!” kata itu akhirnya keluar juga setelah dia berusaha keras untuk bisa mengatakannya.Jack mengangkat kepala dan memeluk neneknya haru. Itu perkembangan bagus. Sekarang nenek sudah mengenalinya. “Ini aku, Granny.”“Jika dokter sudah mengijinkan, Granny akan kubawa pulang,” lanjut Jack dengan senyum menenangkan.Tangan neneknya masih terangkat dengan gemetar. Jack segera menggenggamnya. “Aku sudah kembali. Jangan khawatirkan apapun lagi,” katanya lembut.Nenek masih ingin mengucapkan sesuatu, tapi sepertinya sangat sulit. Jack berusaha membantu. “Granny ingin minum?” wanita tua itu menggeleng. Setelah beberapa tebakan salah, Jack akhirnya menyebut kata mommy. Neneknya mengangguk dengan mata berkaca-kaca dan wajah sedih yang tak dapat dilupakan Jack.“Aku akan mencari siapa pun juga yang terlibat dalam pembunuhan mommy. Akan kubalas hingga mereka tidak bisa memilih antara mati atau hidup dalam neraka!” janji Jack.Wajah granny sangat sedih. Air matanya menetes perlahan. “Jangan sedih Granny. Kami sudah memakamkan mommy dengan layak, di sebelah makam granpa. Dia sangat cantik di waktu kepergiannya,” hibur Jack.Seorang perawat masuk ruangan. “Anda siapa?” tanyanya pada Jack.“Saya Jack, cucu Granny,” jawab Jack.Perawat itu mengangguk. “Tadi Tuan Fred meminta pemindahan pasien Nyonya Mathilda. Dokter sudah memberikan ijin. Anda bisa melunasi biaya rumah sakit agar ijinnya keluar. Jack mengangguk dan menerima berkas yang disodorkan.Perawat itu berkata ragu, “Nyonya Mathilda akan butuh perawat profesional untuk merawatnya di rumah, karena dia belum mampu mlakukan aktifitasnya sendiri. Tentu Anda sangat bisa melakuannya jika punya cukup waktu.”“Aku akan menyewa perawat saja. Apakah Anda punya referensi perawat yang bagus?” tanya Jack.Granny pulang sore itu. Seorang perawat lepas bernama Valerie, ikut bersama mereka untuk merawat granny sesuai petunjuk dokter. Dia adalah perawat yang malam sebelumnya dilihat Jack datang memeriksa granny di kamar perawatan. Tom sudah menyiapkan kamar granny. Namun, tidak mengira akan ada tamu lain yang tinggal menumpang di rumah itu. “Bisakah kau bereskan kamar tamu untuk Valerie, Tom?” tanya Jack. “Baik, akan kubereskan segera.” Tom langsung menghilang. Kamar tamu yang dimaksud oleh Jack adalah kamar lama yang ada di loteng. Tuan Fred mengikutinya ke sana. “Aku bisa melakukannya sendiri, Tuan Fred,” kata Tom setelah menyadari pria paruh baya itu berada di belakangnya memegang sapu. “Aku tahu tempat ini sangat luas. Kita bereskan saja ruangan untuk dia tidur malam ini. Bagian lain, biarkan dia yang menatanya sendiri,” saran Tuan Fred. “Baiklah kalau begitu.” Tom mengangguk dan mereka segera bekerja. Perawat itu, Valerie, sangat terampil mengurus neneknya. Setidaknya, beg
“Jangan buru-buru membuat kesimpulan, Jack. Kau tahu akibatnya jika menyinggung orang yang tak bisa kau singgung sama sekali!” Tuan Fred menasehati.“Semua yang terjadi di sini, dan juga yang dialami mommy, tak mungkin hanya kebetulan, Tuan Fred!” Jack menggoyangkan tangannya yang sedang meremas kertas informasi itu.“Saranku, datang dan bertanyalah secara pribadi pada ayahmu lebih dulu. Jangan masuk ke kediaman utama!” Tuan Fred mengejar Jack yang sudah berjalan keluar ruang kerja.“Jangan khawatir. Aku tahu apa yang harus kulakukan!” Jack masuk ke kamarnya dan menutup pintu.Tuan Fred masih mematung di depan pintu kamarnya. Pria paruh baya itu merasa sedikit kesulitan menghadapi Jack. Pada dasarnya ibu dan anak yang dilihatnya tumbuh besar itu memiliki sifat yang hampir sama. Sama-sama keras kepala. Namun, ibunya selalu bersikap tenang dan menyimpan rencana-rencananya sendiri. Sementara Jack, lebih ekspresif dan membuat keputusan sangat cepat.“Aku hanya risau kau bernasib sama deng
“Beraninya Kau menghina mommy seperti itu! Kau tidak pernah bisa membuktikan tuduhan kejimu seumur hidupnya! Kau laki-laki paling brengsek yang pernah kutahu!” balas Jack dengan suara keras, untuk menyaingi musik di ruangan.“Keluar Kau! Kau tak pernah diterima di rumah ini. Sudah bagus aku tidak mempermalukannya dengan membiarkanmu menyandang nama Hamilton. Wanita tak setia itu pantas mati!” balas Edwad Hamilton dengan napas terengah. Dia semakin murka melihat Jack berani membalas kata-katanya. Tak ada yang pernah berani membalas kata-katanya di kediaman itu.“Lempar dia keluar! Ingat ini Hudson, ini perintahku. Jangan pernah ijinkan dia menjejakkan kaki di kediamanku lagi!” teriak Edward Hamilton dengan suara keras, agar Jack yang tengah diseret itu mendengarnya.Brukk! Tubuh Jack dilempar ke halaman. Dengan kemarahan Jack bangkit dan menunjuk Edward yang memperhatikannya dari jendela.“Mulai sekarang aku akan menanggalkan nama Hamilton. Kau bukan siapa-siapaku lagi. Dan untuk kema
Bertiga dengan Tom dan Tuan Fred, Jack membenahi bagian kebun anggur mereka yang masih tumbuh dengan baik. “Jika lokasi ini dijadikan tempat wisata dan spot foto ke lembah dan sungai, bukankah akan punya peluang?” ujar Jack bersemangat.“Nanti, tambahkan pula venue untuk pernikahan outdoor. Bagaimana menurutmu?” tanya Tuan Fred.“Hahaha, itu ide yang sangat bagus.” Jack setuju.“Mari kita siapkan semua kebutuhannya dulu. Tom, kau catat berapa banyak kayu dan kebutuhan lain. Setelah itu kita ke toko untuk memesannya,” kata Jack.“Akan kukerjakan,” sahut Tom bersemangat. Dia sangat senang dan optimis bahwa perkebunan mereka bisa bangkit lagi di bawah kepemimpinan Jack. Tom sudah tak sabar membayangkan pengunjung yang hilir mudik ke perkebunan untuk menikmati pemandangan alam yang indah ke arah lembah dan kota di bawahnya.Ponsel Jack kembali berdering. Dia mengangkatnya sambil terus berjalan mengelilingi perkebunan ditemani Tuan Fred. “Ya!” sahut Jack.“Bos, kapan Anda ke sini?” tanya s
Tuan Fred mengangkat wajah dan menoleh pada Jack. “Apakah seharusnya dia sudah pulang? tanyanya heran.“Kami tadi melewati apotik dan Tom sudah memeriksa. Val sudah mendapatkan obatnya dan pulang,” ujar Jack.“Mungkin dia bertemu temannya dan mengobrol sebentar. Kita tunggu saja. Hari masih siang.” Tuan Fred menenangkan Jack.“Kurasa kau benar. Biar kulihat granny di dalam.” Jack masuk. Tom dan Tuan Fred melanjutkan pekerjaan mereka.Sore hari, barang-barang pesanan Jack tiba. Mereka sedikit sibuk hingga tanpa terasa malam turun. Jack menggeleng tak senang, karena Valerie tidak juga pulang. Masalahnya adalah, granny butuh obat yang dimaksud Val untuk disuntikkan malam ini. Dengan sedikit kesal, Jack menelepon rumah sakit dan mengatakan masalahnya.“Kami akan mengantar seorang perawat dan obat untuk malam ini. Hanya saja, dia tidak bisa menjaga di sana. Kami kekurangan perawat pengganti hari ini.” Kata pihak rumah sakit.“Kirimkan saja perawat dan obatnya,” sahut Jack cepat.“Baik!” Sa
Bagian sayap kiri itu adalah tempat untuk mengumpulkan anggur hasil panen, sebelum waktunya diolah menjadi juice. Diluar masa panen, maka tempat itu akan sangat sunyi. Karena proses berikutnya adalah penyimpanan juice anggur agar menjadi wine yang bercita rasa tinggi. Tempatnya berada di sayap bangunan kanan, yang lebih dekat ke bangunan utama dan pintu keluar.Sekarang mereka sudah berada di depan pintu. Debu yang terdapat di mana-mana menunjukkan betapa lamanya para pekerja perkebunan tidak datang ke sana. Suara teriakan umpatan dan caci maki bahkan ancaman terdengar samar dari balik pintu.Wajah Damon menggelap. Senyum yang terlihat di wajahnya, sangat mengerikan. Dia membuka pintu dan berdiri di sana, menghalangi cahaya masuk.Valeri yang sedang sakit kepala akibat pukulan keras, menoleh ke arah pintu yang terbuka. Seseorang berdiri di ambang pintu membentuk siluet hitam samar di balik cahaya terang.“Heh! Ternyata kau!” Valerie dapat mengenali sosok itu, meskipun dia tak melihatn
Pria itu terbengong tak mengerti. Namun, dia tahu bahwa Eddy tidak akan sembarangan berkata. Peringatannya untuk menjauhi Jack, berarti Eddy mengetahui sesuatu tentang pria itu. Maka dia harus patuh. Suara sirine mobil polisi mulai mendekat. Jack ingin menuntaskan perkelahian yang sekarang menjadi keroyokan lima lawan satu. Dengan cepat dia melompat tinggi dan berputar di atas sambil menendang kepala kelima pengeroyoknya. Tendangan yang sangat keras dan akurat. Membuat kelimanya jatuh di aspal sambil memegangi kepala yang sakitnya tak tertahankan. Darah keluar dari hidung dan telinga mereka. Mobil polisi berhenti persis di samping salah seorang anak buah Leroy yang pingsan. Polisi mengenali para berandalan kota yang kerap bikin onar. Baru kali ini dia melihat mereka kalah dan tak berkutik. “Kau memicu keributan lagi, Leroy! Apa kau ingin masa bebas bersyaratmu dicabut?” ancam polisi itu. “Aku tidak melakukan apapun!” kelit pria itu licik. “Aku melihat mereka sudah berkelahi seperti
“Tak perlu banyak bicara! Hajar saja dia agar sadar bagaimana harusnya menunduk pada penguasa!”perintah pria yang ada di balik kemudi mobil. Sejak tadi dia hanya mengawasi tiga orang yang mengerubuti Jack. “Kalian mencari masalah dengan orang yang salah!” kata Jack dingin. Dia sudah siap menghadapi tiga pria yang bahkan tak dikenalnya. Saat itu, ponsel Jack bergetar. Diangkatnya telepon dan bertanya. “Ada apa? Aku sedang sibuk!” “Besok hari pelantikan, Bos. Apa Anda ingin dijemput ke sana atau---” “Aku datang sendiri!” Jack mematikan ponsel, tepat saat salah seorang melayangkan sebatang besi ke arahnya. Dia melompat ringan menghindari pukulan dan langsung menendang tangan pria itu dengan sangat keras. Terdengar bunyi derak tulang yang patah. “Aaahh!” Menyadari tangannya patah dan besi itu jatuh dengan suara berisik di aspal, pria itu bukannya jera. Dia malah mengambil senjata lain di punggung dan mengacungkannya ke arah Jack dengan tangan kiri. “Dia mematahkan tanganku. Biar di
Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it
Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“
Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka
Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi
Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa
Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i
Tuan Fredd menatap Jack khawatir. “Jangan gegabah, Jack. Itu hanya akan merugikan dirimu sendiri!”“Kita lihat saja nanti!”Jack mendengus kasar. Masih dengan perasaan jengkel dia menyusul Granny keluar dari ruang sidang. Mereka masih harus menunggu satu jam lagi sebelum para juri selesai mengambil keputusan.Ganny terlihat murung di kursi rodanya. Jack datang mendekat. “Ganny ingin minuman?” tawarnya.Tak jauh dari mereka berdiri, ada vending machine tempat menjual minuman. Jack mengeluakan uang agar semua orang bisa membeli minuman jika haus.Tak lama Valeri kembali dan menyodorkan sebotol air mineral serta roti lapis yang dikemas dengan sangat rapi. Granny menerimanya dan segera menikmati makanan kecil itu.“Jangan khawatirkan apa pun, Nyonya. Juri pasti bisa melihat bahwa pria itu memang pembunuhnya. Apa yang telah dilakukannya tidak akan diabaikan begitu saja hanya kanya karena pengakuan dia dibayar mahal,” kata Tuan Fredd.“Benar. Bukankah denagn pernyataan seperti itu dia justr
Jack melaporkan apa yang terjadi di Pensylvania pada Six. Dia ingin kelompok itu tenang karena semua sudah menjadi lebih terang dan jelas. Teman-teman mereka telah dievakuasi dari orang-orang yang datang menyerang. Sekarang tinggal menunggu hasil penyelidikan polisi pada kasus yang ada di sana.Jack hanya berharap tak ada hal uang akan membahayakan karirnya dari tempat itu. Dia hanya ingin semua masalahnya segera selesai dan bisa melepaskan diri dari pernikahan dengan Brianna secepatnya.“Apa kau sudah siap untuk ke pengadilan?” tanya Granny dari depan pintu kamarnya.Valerie terlihat lebih segar pagi itu, dengan gaun simpel berwarna biru langit berpadu putih. Menyadari Jack mengamatinya, wanita muda itu menunduk, lalu berbalik ke kamar Granny.“Tas Anda tertinggal di kamar,” bisiknya halus pada nenek Jack.“Oh, tolong ambilkan,” kata Granny cepat. Saat itu Valerie sudah masuk ke dalam kamar.eJack melangkah ke dekat neneknya. “Nenek cantik sekali pagi ini,” pujiya sambil tersenyum se
Di tengah kota pada dini hari itu, sebuah mobil yang sedang ngebut di jalan raya, terpantau oleh pengawas lalu lintas. Sebuah mobil polisi langsung mengejar untuk menghentikannya. Suara sirinenya meraung di kota yang masih tertidur lelap.Mata Falcon terbuka lebar dan dia segera bangkit dari tempat tidur, mengintip dari jendela untuk mengawasi keadaan di luar. Diperkirakannya suara sirine itu kemungkin berada satu atau dua blok dari tempatnya berada.Menyadari sura tersebut justru makin mendekat, Falcon muai menaruh perhatian yang lebih besar. Dia keluar ke balkon kamar dan memperhatikan dengan seksama di mana posisi kendaraan polisi tersebut.“Mereka menuju ke sini!” Falcon masuk lagi ke kamar karena sepertinya mobil polisi itu tertahan cukup jauh di persimpangan. Dia keluar lagi dengan membawa teropong kecil untuk mengamati.Tak lama terdengar suara tembakan yang nyaring meningkahi suara sirine yang masih terus menyala. Disambut oleh balasan tembakan lainnya. Hal itu berhasil meng