Beranda / Urban / DIALAH SANG DEWA PERANG / Bab 9. Rahasia Daniella

Share

Bab 9. Rahasia Daniella

Penulis: Seruling Emas
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-08 18:33:58

“Beraninya Kau menghina mommy seperti itu! Kau tidak pernah bisa membuktikan tuduhan kejimu seumur hidupnya! Kau laki-laki paling brengsek yang pernah kutahu!” balas Jack dengan suara keras, untuk menyaingi musik di ruangan.

“Keluar Kau! Kau tak pernah diterima di rumah ini. Sudah bagus aku tidak mempermalukannya dengan membiarkanmu menyandang nama Hamilton. Wanita tak setia itu pantas mati!” balas Edwad Hamilton dengan napas terengah. Dia semakin murka melihat Jack berani membalas kata-katanya. Tak ada yang pernah berani membalas kata-katanya di kediaman itu.

“Lempar dia keluar! Ingat ini Hudson, ini perintahku. Jangan pernah ijinkan dia menjejakkan kaki di kediamanku lagi!” teriak Edward Hamilton dengan suara keras, agar Jack yang tengah diseret itu mendengarnya.

Brukk! Tubuh Jack dilempar ke halaman.  Dengan kemarahan Jack bangkit dan menunjuk Edward yang memperhatikannya dari jendela.

“Mulai sekarang aku akan menanggalkan nama Hamilton. Kau bukan siapa-siapaku lagi. Dan untuk kematian ibuku, aku bersumpah akan membalasnya. Mata dibayar mata! Ingat itu!”

Dua penjaga yang sebelumnya melempar Jack, kembali mendekat. Mereka ingin menyeret Jack keluar dari halaman. Jack menyambut keduanya dan dalam sekejap mata menjatuhkan mereka di tanah. Dua penjaga bertubuh besar itu menggeliat kesakitan karena lengan mereka yang ditarik Jack hingga lepas dari persendiannya. Jack  berlalu dari sana sambil menggertakkan gigi karena geram.

Hudson terkejut melihat gerakan Jack yang tiba-tiba dan sangat akurat. Jadi, sebenarnya tadi Jack sangat mampu menahan dua penjaga. Entah apa alasannya dia tidak membalas sedikitpun saat di dalam rumah.

“Tuan, seperti kata Jack, tuduhan Anda itu tak pernah terbukti. Anda bahkan sudah memeriksa DNA-nya dan Jack memang cucu anda sendiri. Tidakkah ini akan mempersulit keadaan jika situasi berubah di sini?” Pengurus rumah itu mengingatkan.

“Hah! Kau tahu apa! Bagiku, sekali dia berselingkuh, maka selamanya jelek di mataku!” jawab Edward Hamilton keras kepala.

Hudson menggelengkan kepala. Pria tua di depannya ini sangat, sangat keras kepala. “Apapun tuduhan Anda, fitnah itu tak pernah terbukti. Hingga akhir hayatnya Nyonya Daniella tetap sendiri. Dan satu hal yang jelas, mereka tidak pernah bercerai! Dia masih menantu Anda.”

Hudson berjalan pergi. Sebuah hiasan di buffet diraih Erdward dan dilemparkan ke arah pengurus rumah tua itu, namun meleset hingga jatuh pecah berderai di lantai. Hudson melihat pecahan porselen di lantai. Dia menoleh pada Edward dan menggeleng.

“Ini porselen kesayangan Nyonya Pamela.”

Hudson pergi dan membiarkan Edward termangu sendiri. Seorang pelayan masuk dan memebereskan kekacauan itu secepatnya. Tuan tua Hamilton sangat pemarah. Hampir semua pelayan di kediaman takut padanya, kecuali Hudson. Sangat berbeda dengan Tuan Aaron Hamilton yang terkesan diam, penurut, dan tidak berdaya. Bahkan dengan istrinya sendiri, dia tak berkutik. Apa lagi di depan ayahnya yang sangat otoriter.

“Ada apa ini?” seorang pria muda berpakaian sangat fashionable, muncul di sana. Melihat pelayan membersihkan pecahan porselen, wajahnya murung.

“Kakek, Mom tidak akan senang jika hiasan porselennya kau jadikan mainan lagi!” Pria muda itu menghampiri Edward dan duduk tak jauh darinya. Dia adalah Olsen Hamilton putra Pamela, adik tiri Jack.

“Aku mendengar sedikit keributan tadi. Ada apa?” tanyanya.

Namun, Edward sedang enggan menanggapi celotehan cucunya ini. Dia berharap banyak pada Olsen, untuk meneruskan perusahaannya. Namun apa daya, pria muda itu lebih menyukai hidup hura-hura dan menghabiskan uang saja. Dia tak berdaya.

“Kapan kau akan serius dengan hidupmu? Mulailah ke kantor dan pelajari apapun di sana. Semua itu adalah milikmu nanti,” keluh pria tua itu putus asa.

“Aku tak suka pekerjaan yang rumit seperti itu, Kek. Kau seperti tak mengenalku saja.” Olsen bangkit dari duduknya dan pergi. Dia malas berlama-lama mendengarkan racauan tak jelas kakeknya.

“Kalau mom bertanya, katakan aku akan pergi ke Malibu besok. Mungkin seminggu!” teriaknya sambil lalu.

Edward menggelengkan kepalanya. Memejamkan mata. Selama ini Olsen sudah sangat mengecewakannya. Dan tadi dia melihat Jack. Cucu yang diusirnya saat usia tujuh bulan. Jack sangat berbeda dengan Olsen. Sangat jantan dan memukau. Meski punya kebencian pada Daniella, namun Edward tak memungkiri, menaruh sedikit kekaguman pada sikap Jack yang berani.

Jack pasti tak takut apapun, hingga bisa sampai di depannya tadi. Tak mungkin keluarga Lawrence tidak mengingatkan konsekuensi menyinggung Edward Hamilton. “Andai saja Aaron punya setengah saja keberanian Jack, aku tak akan punya kekhawatiran apapun mninggalkan dunia ini,” lirihnya sambil memejamkan mata.

***

Di luar pintu pagar,  di dalam mobil hitam. Hunter menatap tajam ke halaman dia melihat Jack jatuh ke tanah. Kemudian berjalan keluar setelah balas menjatuhkan dua penjaga itu sekaligus.

Jack masuk ke mobil Hunter. “Apa kau perlu aku memberi mereka pelajaran?” tanya Hunter.

“Kita kembali!” Hanya itu yang dikatakan Jack. Maka mobil hitam mewah itu melaju meninggalkan kediaman Hamilton.

“Lion dan pasukan sudah mendarat di pelabuhan. Apa kau mau singgah dan menyapa mereka?” tanya Hunter.

“Jam berapa kita sampai sana?” tanya Jack.

“Sekitar jam sepuluh atau sebelas,” sahut Hunter.

“Biarkan mereka istirahat setelah perjalanan jauh.”

Hunter tak berkata apapun lagi. Mobil itu melesat cepat di jalan bebas hambatan menuju Carolina Utara.

Pukul sebelas malam, mobil itu sudah masuk ke dalam perkebunan anggur Jack yang gelap dan sepi. “Tolong periksa aktifitas nomor yang kukirim padamu. Cari jejak aktifitasnya selama sebulan terakhir!” Jack mengirimkan satu nomor ponsel kepada Hunter.

“Baik!” Hunter memeriksa ponselnya. Kemudian pergi dari sana setelah Jack turun.

“Apa kau menggunakan taksi tadi?” Tuan Fred membukakan pintu untuk Jack. “Hemm ….” Jack hanya mengangguk.

“Bagaimana granny?” tanyanya sembari mengintip ke dalam kamar.

“Terus mencarimu,” sahut Tuan Fred. Dilihatnya wajah Jack yang muram setelah pulang dari New York.

“Bagaimana tanggapan ayahmu?” tanya Tuan Fred. Diikutinya Jack yang pergi ke dapur untuk mencari air minum.

“Hudson bilang kalau daddy pergi ke Washington selama satu bulan ini. Dan dia sangat terkejut mendengar kabar kematian mommy.” Jack berpikir dan menumpu dua tangannya pada meja dapur. Apakah mungkin mommy menemui daddy di hari itu?” tanya Jack.

Tuan Fred terkejut. Kemudian dia menggeleng. “Dari sini ke New York masih mungkin ditempuhnya pulang pergi dalam dua hari berkereta. Akan tetapi, sangat mustahil ke Washington dengan kereta pulang pergi. Dia hanya akan menghabiskan waktunya di sepanjang jalan saja. Lalu kapan ibumu bisa mengurus pinjaman uang itu?”

Jack mengangguk. Washington memang terlalu jauh. Ibunya akan kehabisan waktu di jalan. “Lalu, apa alasan mereka bertelepon begitu sering?” gumam Jack.

“Apa kau tau siapa yang memberi mommy pinjaman untuk melunasi bank itu?”

“Aku tidak tahu. Bahkan Nyonya Mathilda juga tidak tahu. Ibumu merahasiakannya hingga akhir hayat.”

Jack mengusap wajahnya “Apa yang coba disembunyikan mommy?”

Komen (11)
goodnovel comment avatar
Muhammad Sofyan
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Juli Ubanz
saya suka saya suka......
goodnovel comment avatar
Setiono Djiwantoro
cerita bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 10. Perkembangan Kasus

    Bertiga dengan Tom dan Tuan Fred, Jack membenahi bagian kebun anggur mereka yang masih tumbuh dengan baik. “Jika lokasi ini dijadikan tempat wisata dan spot foto ke lembah dan sungai, bukankah akan punya peluang?” ujar Jack bersemangat.“Nanti, tambahkan pula venue untuk pernikahan outdoor. Bagaimana menurutmu?” tanya Tuan Fred.“Hahaha, itu ide yang sangat bagus.” Jack setuju.“Mari kita siapkan semua kebutuhannya dulu. Tom, kau catat berapa banyak kayu dan kebutuhan lain. Setelah itu kita ke toko untuk memesannya,” kata Jack.“Akan kukerjakan,” sahut Tom bersemangat. Dia sangat senang dan optimis bahwa perkebunan mereka bisa bangkit lagi di bawah kepemimpinan Jack. Tom sudah tak sabar membayangkan pengunjung yang hilir mudik ke perkebunan untuk menikmati pemandangan alam yang indah ke arah lembah dan kota di bawahnya.Ponsel Jack kembali berdering. Dia mengangkatnya sambil terus berjalan mengelilingi perkebunan ditemani Tuan Fred. “Ya!” sahut Jack.“Bos, kapan Anda ke sini?” tanya s

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 11. Damon Anderson

    Tuan Fred mengangkat wajah dan menoleh pada Jack. “Apakah seharusnya dia sudah pulang? tanyanya heran.“Kami tadi melewati apotik dan Tom sudah memeriksa. Val sudah mendapatkan obatnya dan pulang,” ujar Jack.“Mungkin dia bertemu temannya dan mengobrol sebentar. Kita tunggu saja. Hari masih siang.” Tuan Fred menenangkan Jack.“Kurasa kau benar. Biar kulihat granny di dalam.” Jack masuk. Tom dan Tuan Fred melanjutkan pekerjaan mereka.Sore hari, barang-barang pesanan Jack tiba. Mereka sedikit sibuk hingga tanpa terasa malam turun. Jack menggeleng tak senang, karena Valerie tidak juga pulang. Masalahnya adalah, granny butuh obat yang dimaksud Val untuk disuntikkan malam ini. Dengan sedikit kesal, Jack menelepon rumah sakit dan mengatakan masalahnya.“Kami akan mengantar seorang perawat dan obat untuk malam ini. Hanya saja, dia tidak bisa menjaga di sana. Kami kekurangan perawat pengganti hari ini.” Kata pihak rumah sakit.“Kirimkan saja perawat dan obatnya,” sahut Jack cepat.“Baik!” Sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-10
  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 12. Leroy

    Bagian sayap kiri itu adalah tempat untuk mengumpulkan anggur hasil panen, sebelum waktunya diolah menjadi juice. Diluar masa panen, maka tempat itu akan sangat sunyi. Karena proses berikutnya adalah penyimpanan juice anggur agar menjadi wine yang bercita rasa tinggi. Tempatnya berada di sayap bangunan kanan, yang lebih dekat ke bangunan utama dan pintu keluar.Sekarang mereka sudah berada di depan pintu. Debu yang terdapat di mana-mana menunjukkan betapa lamanya para pekerja perkebunan tidak datang ke sana. Suara teriakan umpatan dan caci maki bahkan ancaman terdengar samar dari balik pintu.Wajah Damon menggelap. Senyum yang terlihat di wajahnya, sangat mengerikan. Dia membuka pintu dan berdiri di sana, menghalangi cahaya masuk.Valeri yang sedang sakit kepala akibat pukulan keras, menoleh ke arah pintu yang terbuka. Seseorang berdiri di ambang pintu membentuk siluet hitam samar di balik cahaya terang.“Heh! Ternyata kau!” Valerie dapat mengenali sosok itu, meskipun dia tak melihatn

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 13. Hilangnya Valerie

    Pria itu terbengong tak mengerti. Namun, dia tahu bahwa Eddy tidak akan sembarangan berkata. Peringatannya untuk menjauhi Jack, berarti Eddy mengetahui sesuatu tentang pria itu. Maka dia harus patuh. Suara sirine mobil polisi mulai mendekat. Jack ingin menuntaskan perkelahian yang sekarang menjadi keroyokan lima lawan satu. Dengan cepat dia melompat tinggi dan berputar di atas sambil menendang kepala kelima pengeroyoknya. Tendangan yang sangat keras dan akurat. Membuat kelimanya jatuh di aspal sambil memegangi kepala yang sakitnya tak tertahankan. Darah keluar dari hidung dan telinga mereka. Mobil polisi berhenti persis di samping salah seorang anak buah Leroy yang pingsan. Polisi mengenali para berandalan kota yang kerap bikin onar. Baru kali ini dia melihat mereka kalah dan tak berkutik. “Kau memicu keributan lagi, Leroy! Apa kau ingin masa bebas bersyaratmu dicabut?” ancam polisi itu. “Aku tidak melakukan apapun!” kelit pria itu licik. “Aku melihat mereka sudah berkelahi seperti

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 14. Serangan

    “Tak perlu banyak bicara! Hajar saja dia agar sadar bagaimana harusnya menunduk pada penguasa!”perintah pria yang ada di balik kemudi mobil. Sejak tadi dia hanya mengawasi tiga orang yang mengerubuti Jack. “Kalian mencari masalah dengan orang yang salah!” kata Jack dingin. Dia sudah siap menghadapi tiga pria yang bahkan tak dikenalnya. Saat itu, ponsel Jack bergetar. Diangkatnya telepon dan bertanya. “Ada apa? Aku sedang sibuk!” “Besok hari pelantikan, Bos. Apa Anda ingin dijemput ke sana atau---” “Aku datang sendiri!” Jack mematikan ponsel, tepat saat salah seorang melayangkan sebatang besi ke arahnya. Dia melompat ringan menghindari pukulan dan langsung menendang tangan pria itu dengan sangat keras. Terdengar bunyi derak tulang yang patah. “Aaahh!” Menyadari tangannya patah dan besi itu jatuh dengan suara berisik di aspal, pria itu bukannya jera. Dia malah mengambil senjata lain di punggung dan mengacungkannya ke arah Jack dengan tangan kiri. “Dia mematahkan tanganku. Biar di

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-13
  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 15. Acara Pelantikan

    “Sarapan sudah siap, Jack,” kata Tom.“Buatkan saja sandwich untuk kumakan di jalan. Aku harus pergi,” balas Jack dari dalam kamar.“Oke!” Tom pergi untuk menyiapkan permintaan Jack.Sepuluh menit kemudian Jack sudah siap dan berjalan keluar.“Kau mau pergi?”Tuan Fred sedang merapikan planter bag tanaman tomat di samping beranda. Dilihatnya Jack sudah rapi, lengkap dengan uniform tentaranya.“Ada acara di markas. Aku diminta datang.”“Tom! Apa bekalku sudah siap?” teriak Jack dari teras.“Ya!” Tom berlari ke depan dan tercengang melihat Jack yang gagah dalam seragam tentaranya.“Ini bekalmu. Apa itu mobil yang akan kau gunakan? Biar kuletakkan di sana.” Tom sudah menuruni undakan tanpa menunggu jawaban.“Andai Nyonya Muda melihatmu dengan seragam ini. Dia pasti sangat bangga,” kata Tom sembari menghela napas.“Berpamitanlah pada Nyonya Mathilda,” saran Tuan Fred.Jack berbalik dan melihat granny di kamar. Wanita tua itu masih membuka matanya dan melihat televisi yang menyala.“Granny

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-14
  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 16. Hadiah Mandy

    Jack langsung dibawa ke bagian belakang panggung. Dia bertemu dengan lima ketua tim inti dan anggota mereka masing-masing. Seratus orang prajurit pilihan sudah berbaris dengan rapi di bagian belakang panggung, menunggu kehadirannya.“Bos!” Lion menghampiri. Dia yang terakhir tiba di kota itu, karena bertugas mengawal semua anggota mereka kembali.Jack menyalaminya. “Bagaimana semuanya?”“Sedikit tidak dianggap seperti biasa,” jawabnya sambil menggeleng heran.Jack mengangguk. “Medan perang di belakang garis depan memang berbeda dengan yang biasa kita hadapi. Bukan peluru dan bom yang harus diwaspadai, tapi manuver serta kata-kata bersayap yang sama-sama dapat menjatuhkan bahkan membunuh musuhnya!”“Mengerti, Bos!” Lion mengangguk. Jack menemui anggota timnya agar mereka semua merasa tenang, meskipun di tempat itu mereka dikucil dan tidak dihargai sama sekali.“Acara sudha dimulai, Bos.” Hunter yang paling sibuk untuk urusan acara pelantikan Jack.“Apa yang harus kulakukan?” tanya Jack

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-15
  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 17. Tikus dan Kecoa

    Jack sedang berbincang dengan anggota timnya saat Hunter kembali. Mendengarkan laporan bawahannya tentang kegiatan dan perlakuan yang mereka terima sejak tiba di markas besar itu.“Bos, aku membawa satu hadiah unik untuk diletakkan di kantormu.” Hunter menunjukkan bola kaca berisi hiasan kota yang ditutupi pasir.Jack mengangguk dan melihat. “Bagus sekali.”“Sekarang, aku mau lihat barak tempat kalian tinggal!” kata Jack.“Siap!”Para Prajurit dan ketua tim mereka melangkah bersama mengiringi Jack dan Hunter yang berjalan di depan. Mereka melewati banyak gedung hingga ke bagian belakang kompleks bangunan yang sangat luas. Beberapa barak tentara yang utama memang ditempatkan di sana.Jack memeriksa sekilas barak para prajurit yang sudah lebih dulu di sana. Para prajurit itu tak mengira Jack akan langsung melakukan inspeksi ke barak. Dengan terburu-buru mereka segera berbaris berdiri di lorong dan memberi hormat. Jack menyalami dan menanyakan beberapa hal mendasar.“Apakah air lancar di

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16

Bab terbaru

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 148. Cinta Akan Menemukan Jalannya Sendiri

    Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 147. Keterlibatan Alessandro Garcia

    Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 146. Pilihan yang Tak Bisa Ditolak

    Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 145. Pemakaman Vladimir Deska

    Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 144. Rencana Pembalasan Six

    Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 143. Akhir Vladimir Deska

    Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 142. Orang Tak Dikenal

    Tuan Fredd menatap Jack khawatir. “Jangan gegabah, Jack. Itu hanya akan merugikan dirimu sendiri!”“Kita lihat saja nanti!”Jack mendengus kasar. Masih dengan perasaan jengkel dia menyusul Granny keluar dari ruang sidang. Mereka masih harus menunggu satu jam lagi sebelum para juri selesai mengambil keputusan.Ganny terlihat murung di kursi rodanya. Jack datang mendekat. “Ganny ingin minuman?” tawarnya.Tak jauh dari mereka berdiri, ada vending machine tempat menjual minuman. Jack mengeluakan uang agar semua orang bisa membeli minuman jika haus.Tak lama Valeri kembali dan menyodorkan sebotol air mineral serta roti lapis yang dikemas dengan sangat rapi. Granny menerimanya dan segera menikmati makanan kecil itu.“Jangan khawatirkan apa pun, Nyonya. Juri pasti bisa melihat bahwa pria itu memang pembunuhnya. Apa yang telah dilakukannya tidak akan diabaikan begitu saja hanya kanya karena pengakuan dia dibayar mahal,” kata Tuan Fredd.“Benar. Bukankah denagn pernyataan seperti itu dia justr

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 141. Kejutan dari Leland

    Jack melaporkan apa yang terjadi di Pensylvania pada Six. Dia ingin kelompok itu tenang karena semua sudah menjadi lebih terang dan jelas. Teman-teman mereka telah dievakuasi dari orang-orang yang datang menyerang. Sekarang tinggal menunggu hasil penyelidikan polisi pada kasus yang ada di sana.Jack hanya berharap tak ada hal uang akan membahayakan karirnya dari tempat itu. Dia hanya ingin semua masalahnya segera selesai dan bisa melepaskan diri dari pernikahan dengan Brianna secepatnya.“Apa kau sudah siap untuk ke pengadilan?” tanya Granny dari depan pintu kamarnya.Valerie terlihat lebih segar pagi itu, dengan gaun simpel berwarna biru langit berpadu putih. Menyadari Jack mengamatinya, wanita muda itu menunduk, lalu berbalik ke kamar Granny.“Tas Anda tertinggal di kamar,” bisiknya halus pada nenek Jack.“Oh, tolong ambilkan,” kata Granny cepat. Saat itu Valerie sudah masuk ke dalam kamar.eJack melangkah ke dekat neneknya. “Nenek cantik sekali pagi ini,” pujiya sambil tersenyum se

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 140. Penangkapan Damon dan Penggrebekan

    Di tengah kota pada dini hari itu, sebuah mobil yang sedang ngebut di jalan raya, terpantau oleh pengawas lalu lintas. Sebuah mobil polisi langsung mengejar untuk menghentikannya. Suara sirinenya meraung di kota yang masih tertidur lelap.Mata Falcon terbuka lebar dan dia segera bangkit dari tempat tidur, mengintip dari jendela untuk mengawasi keadaan di luar. Diperkirakannya suara sirine itu kemungkin berada satu atau dua blok dari tempatnya berada.Menyadari sura tersebut justru makin mendekat, Falcon muai menaruh perhatian yang lebih besar. Dia keluar ke balkon kamar dan memperhatikan dengan seksama di mana posisi kendaraan polisi tersebut.“Mereka menuju ke sini!” Falcon masuk lagi ke kamar karena sepertinya mobil polisi itu tertahan cukup jauh di persimpangan. Dia keluar lagi dengan membawa teropong kecil untuk mengamati.Tak lama terdengar suara tembakan yang nyaring meningkahi suara sirine yang masih terus menyala. Disambut oleh balasan tembakan lainnya. Hal itu berhasil meng

DMCA.com Protection Status