Beranda / Thriller / DIA MENGIKUTIKU / SEMUA NYA MASIH BAIK-BAIK SAJA

Share

SEMUA NYA MASIH BAIK-BAIK SAJA

Penulis: Nadia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Seharusnya kami turun sekarang. tapi karna Bianca hilang, kami menunda perjalanan pulang.

"Takutnya Bianca, dia disesatin sama mereka"

"Mereka siapa?"

"Heum, ngerti kan?"

"Oh iya, ngerti"

"Masuk tenda aja yuk, disini dingin!"

"Ayo"

"Teman-teman!"

Ketika kami hendak masuk tenda, terdengar suara teriakan, suaranya tak asing.

"Loh, Alfa? kok balik? apa Bianca udah ketemu?"

"Belum, tapi tenang mereka bakal nemuin Bianca segera, kok!"

"Aku ditugasin jaga kalian, takutnya ada hewan buas, atau hewan kecil beracun yang ganggu kalian" jelasnya.

"Oh, yaudah masuk tenda aja, soalnya diluar dingin banget"

"Diliat dari cuaca, kayaknya bakal hujan"

"Iya nih, takut banget. mana Bianca belum ketemu, lagi"

"Berdoa aja, semoga cepet ketemu"

Aku hanya diam, tidak menghiraukan mereka. mereka juga sesekali bertanya padaku, namun tidak aku jawab. karna kini pikiranku hanya tertuju pada Bianca, Zio dan yang lainnya.

....

"Bianca, kamu dimana?! ini aku Zio!"

"Kita udah lama nyari, tapi gak ketemu. gimana nih"

"Jangan nyerah lah, kasian dia. kita juga gak mungkin pulang, tanpa dia"

"Udah jangan banyak ngomong, mending lanjut cari"

Lebih dari 2 jam kami mencari, tapi tak kunjung menemukan Bianca. akhirnya, kami memutuskan untuk balik ke tenda, dan menunda pencarian Bianca. karna hujan mulai turun. 

"Balik aja, hujan nih. kita lanjut nanti, kalo hujan udah berhenti"

"Ya udah, ayo!"

Kami berlarian kembali ke tenda, karna hujan mulai deras.

....

"Hujan gede banget, kita harus memperkuat tenda nih. bisa-bisa kita kebawa angin"

Saat kami tengah memperkuat tenda, terlihat Zio, dan lainnya datang. sungguh kami begitu senang.

"Zio, dimana Bianca?"

Mendengar perbincangan diluar, aku pun keluar tenda, dan melihat Zio telah pulang.

"Wah, Zio! mana Bianca?" Aku melihat kanan kiri namun, tak ada Bianca.

"Bianca, dia ada kok! kita cari nanti ya, kalo hujan udah reda"

"Gak perlu! aku udah pulang" suara ini terdengar begitu keras.

"Loh, Bi. ayo masuk, aku seneng banget kamu udah balik!" Aku langsung memeluk Bianca, dengan wajah ketakutan, dan tubuhnya basah kuyup.

Daritadi aku bertanya, tapi tatapan Bianca hanya tertuju pada Mia. dengan tatapan sinis.

"Bi, kami semua khawatir, kamu baik-baik ajakan?"

"Iya, aku baik-baik aja. tadi aku liat Zio, pas aku samperin mereka lari. aku ikutin dan sampai disini"

"Kamu kok bisa ngilang sih? aku kan udah kasih tau dimana sungainya"

"Tanya aja sama dia, kenapa aku ngilang" jawaban Bianca menyudut pada, Mia.

Kami sangat bingung, dari awal datang. Bianca, terus menatap sinis Mia.

"Ah biarlah, sekarang kau sudah kembali dengan selamat. ganti pakaian mu dengan yang kering"

"Mia, kamu masih punya satu baju kering?"

"Iya, ada nih. pake aja, Bi"

"Gak usah! aku pake baju ini aja, gak apa-apa. daripada pake baju dia"

"Kok gitu sih! kamu kenapa sih!" Mia yang mulai geram dengan Bianca, dia hampir saja kehilangan kendali, dan berdebat dengan Bianca.

"Duh, Mia sabar. mungkin dia masih shock"

"Ya udah, sekarang kita nunggu hujan reda, aja"

Kebetulan tenda kami, dan tenda laki-laki bersebelahan. jadi gak terlalu jauh. kami membuka sedikit resleting tenda, untuk berkomunikasi dengan mereka.

Ketika kami asyik berbincang. tiba-tiba angin datang sangat kencang. hal itu membuat daun-daun, bahkan beberapa pohon tumbang. 

Kami segera menutup tenda erat-erat.

Kami saling berpegangan, agar tetap selamat.

Bianca yang mungkin, masih shock. ia tak ikut membantu. ia hanya bengong. tampak jelas dimatanya, bahwa ia memikirkan sesuatu.

"Bianca! bantuin dong!"

"Jangan mentang-mentang kamu baru ilang, jadi gak bantuin!"

"Mi, kok kamu gitu? biarin aja Bianca istirahat"

"Ya gak bisa gitu, Ra!"

"Kamu kok ngebela dia?!"

"Bukan gitu, tapi kamu harus ngertiin dia dong. kita kan gak tau apa yang dia alami, pas dia hilang"

"Iya Mi, sabar ya"

"Aul, kamu juga bela dia?!"

"Duh Mia, maaf banget ya. kalo kamu keberatan, kamu juga bisa duduk. biar aku, Rara, sama Aul yang nahan tenda ini"

"Nah gitu dong!"

Entah kenapa, Mia menjadi begitu keras kepala, dan egois. meskipun ia sudah berhenti membantu menahan,tapi ia enggan duduk di samping Bianca.

Tenda yang lumayan besar, berhasil membuat Mia menjauh, dari Bianca.

Keduanya sama-sama keras kepala. sedangkan, kami bertiga sibuk menahan tenda, kalo bukan kami siapa lagi.

"Badai mungkin akan berlalu lama, kita gantian saja. gimana?"

"Gantian gimana?"

"Sendiri-sendiri, gitu"

"Udah, gak usah biar sama-sama aja"

"Kalin masih kuat Ra, Aul?"

"Masih kok!"

"Yuk bisa yuk!"

Keadaan ditenda kami begitu menegangkan, kami juga mengkhawatirkan tenda sebelah.

Setelah cukup lama menahan, tangan kami mulai sakit. akhirnya, kami memutuskan untuk menahan dengan batu.

"Huh, akhirnya. tanganku sudah memerah hampir mengeluarkan darah"

"Ya sama, tapi kalo bukan kita siapa lagi, hahaha" perkataan Aulia, dan Rara. sepertinya menyinggung Mia.

"Bi, kamu udah baikkan? mau minum?makan? kamu belum makan sesuatu dari tadi"

"Gak dulu deh, Fir!"

"Iya Bi, bener kata Fira. makan dikit aja ya"

"Gak dulu deh Ra, belum laper. kalian aja makan"

"Yaudah, yu makan sama-sama"

"Mia, ayo makan. nih roti isi kesukaanmu masih ada"

"Iya bentar"

Untunglah Mia mau makan, kami semua makan bersama.

Setelah beberapa lama,akhirnya hujan reda.

....

"Udah reda nih, mau lanjut sekarang?"

"Malik bangun! udah reda nih, kita turun"

"Ah, iya bentar. sumpah ngantuk banget!"

"Mau ditinggalin?"

"Ya enggak! tunggu deh, belum kekumpul nyawaku"

"Yaelah! cepetan. kita juga harus cek keadaan Aulia, Mia, Rara, Bianca, sama Fira"

"Iya bener, biar aku aja yang cek"

"Malik, minggir dulu. ish beban"

"Matamu beban, orang ngantuk juga"

Alfa, dan aku yang keluar duluan. sisanya masih didalam. gak bisa keluar, terhalang sama Malik. 

"Fir, Bi. kalian baik-baik aja?"

"Ah iya Zi, kami baik-baik aja. bentar aku bukain dulu tendanya, agak susah nih"

"Iya"

"Zi, susah banget. bisa bantuin buka gak?"

"Boleh. bentar"

Berkat bantuan Zio, tenda kini terbuka. meskipun sedikit robek.

"Ayo semuanya keluar"

"Al, kamu beresin tendanya ya. aku mau beresin barang-barang"

"Woke, sip!!!"

"Mana yang lainnya?"

"Masih di dalem. kehalang sama Malik"

"Kok bisa?"

"Iya, dia tidur di paling depan, dekat resleting. jadi susah"

"Hadeuh"

"Huhh. akhirnya bisa keluar"

"Sal, bisa bantuin gak? berat nih"

"Bisa, bentar"

"Malik belum bangun?"

"Belum, masih dipaksa sama Bryan"

"Tuh, anak. ditinggalin baru tau rasa!"

"Bangunin aja Al sana, kalo nunggu bangun gak mungkin kayaknya"

"Oke deh"

Alfa menendang tenda pelan, agar Malik mau bangun.

"Bangun, woy!"

"Apaan sih, Fa. orang udah bangun juga"

Malik akhirnya keluar.

"Bryan, ayo keluar tendanya mau diberesin"

"Iya bentar, ini keluarin dulu tas nya"

....

Bianca tiba-tiba memeluk Fira.

"Kamu kenapa Bi? capek ya?"

"Iya, pengen di gendong sama Fira, dong"

"Ih enggak-enggak! berat tau"

"Ahaha, gak lah. bercanda"

"Eh itu siapa? yang terakhir keluar. kok aku baru tau ada dia" bianca berbisik, padaku.

"yang pake topi?"

"Iya, Firaa"

"Itu mah, Bryan"

"Hah, keren banget namanya"

"Suka ya, hahaha"

"Apaan sih!"

Melihat aku dan Bianca bergosip tentang Bryan, Zio tampaknya tak suka itu.

"Eh, Fir. udah jangan bahas dia. Zio gak suka, itu"

"Hah, tau darimana kamu?"

"Itu, tatapannya sinis gitu"

Entahlah, sepertinya Zio hanya memberi isyarat itu pada, Bianca.

"Semuanya udah beres, kan?"

"Udah, kami semua juga udah siap"

"Yakin, gak ada yang ketinggalan?"

"Gak, semuanya beres!"

"Okelah kalo gitu, aku Faisal. yang mimpin perjalanan kita ke pos 3, dan seterusnya. inget, kalian hanya boleh fokus sama jalan  ya, kalo ada gangguan-gangguan sebaiknya, abaikan aja!"

"Oke, ini kepanjangan. jadi kayak anak TK mau studytour, haha. sebelum kita mulai perjalanan, alangkah baiknya kita memulai dengan berdoa sesuai kepercayaan masing-masing, doa dimulai!"

Setelah mengawali perjalanan dengan berdoa, kami mulai berjalan.

"Allhamdulillah, bisa jalan di jalur yang bener" ungkap syukurku, dalam hati.

Sepertinya Bianca, dan Mia, mereka masih marahan. entah apa penyebabnya.

"Fira"

"Malik, bikin kaget aja!"

"Ahaha, daritadi kayaknya bengong"

"Enggak, kok!"

"Iya jangan, nanti kerasukan"

"Amit-amit, deh. jangan sampe"

"Iya, sebenernya di tas kamu ada dua senter. bisa keluarin gak? soalnya, senter ku rusak. takut banget di ujung gini, kalo gak punya senter"

"Iya kah? kalo bawa dulu susah, bisa-bisa kita ketinggalan rombongan"

"Jadi gimana, dong"

"Daripada susah, ambil aja punya Fira"

"Oh, boleh. makasih ya"

"Sama-sama"

"Sekarang, fokus sama jalan aja ya"

Hahaha, Malik orangnya emang humoris!

Ku perhatikan daritadi, Bianca terus menatap Bryan, dan Zio menatap Bianca. rasanya aneh, sepertinya telah terjadi cinta segitiga, diantara mereka bertiga.

"Kalian masih kuat jalan? atau mau istirahat dulu?"

"Istirahat bentar, Sal. liat tuh muka Bianca, keliatan capek banget!" 

Mendengar ucapan Bryan, Bianca langsung sedikit melotot.

"Apa sih!"

"Julid amat"

"Udah deh, kita istirahat disini dulu. lagian ini udah malem banget"

"Woke"

Kami semua mendirikan tenda, lalu beristirahat.

Seperti biasa, para wanita sudah masuk ke tenda, dan kami laki-laki menjaganya diluar.

"Hey, Bryan!"

"Yoi, Zi. ada apaan nih?"

"Gak sih, dari awal kami dateng, lu kok ngeliatin Bianca mulu ya bro? suka lo?"

"Sok tau sih, eh lu bisa ngomong lo-gue. hahaha"

"Emangnya kenapa? keberatan lo?"

"Dih, gak lah. heran aja sih, biasanya ngomong aku-kamu"

"Itu buat cewe, buat cowo lo-gue, hahaha. btw, lu belum jawab pertanyaan gue. suka lo sama Bianca?"

"Heum"

"Heum, apaan? lebih baik sih, lo jauhin dia"

"Lah, kenapa? pacarnya?"

"Hey, bro! ngapain nih bisik-bisik berdua"

"Eh Malik, sini bro. ngobrol, hahaha"

"Daripada ngobrol, mending bantuin Faisal sama Alfa nyalain api unggun"

"Bryan, sana bantuin!"

"Ngomongin apa barusan, Zi?"

"Gak kok, cuma ngobrol biasa sih. gimana anak cewe udah tidur?"

"Belum, mereka mau masak mie dulu, katanya"

"Woke, deh. mereka pasti lapar"

....

"Mau dibarengin, atau dipisah nih?"

"Barengin aja, Ra"

"Kalo aku pisah ya, Ra"

"Sungkem sama tuan putri, haha" Mia mulai menyindir Bianca.

"Bi, jangan dibales. sabar ya"

"Hufss, iya Fir. makasih dah ngingetin"

"Fir, kamu dibarengin atau pisah?"

"Terserah kamu aja, Ra"

"Woke, sip!"

Setelah selesai makan, kami bersiap untuk tidur. 

"Sunyi banget, apa Zio sama yang juga tidur ya? hm"

"Gak bisa tidur, aku"

"Keluar aja deh, pengap di dalem. Zio?"

"Loh, Fir. belum tidur?"

"Udah sih, ini kebangun. rasanya rindu banget sama keluarga, terutama ibu"

"Kapan ya, kita pulang"

"Sama, mereka pasti khawatir banget"

"Hm, udah jangan sedih. ini udah di pos 3, udah deket"

"Iya, tapi-"

"Udah, Fir. tidur sana, jangan mikirin apa-apa"

"Iya deh. eh ngomong-ngomong yang lain kemana? tidur?"

"Iya, ngantuk katanya"

"Gak takut sendirian? inget loh kita lagi ada dimana, hihi"

"Kamu nakut-nakutin aku, sedangkan dibelakangmu ada beberapa kepala, tanpa badan"

Medengar ucapan Zio, sontak aku memeluknya.

"Aaa, Zio!!"

"Ngapain, dih. hahaha"

"Zio, ih!"

"Cuma bercanda kok, lepasin buka mahram"

"Oh, iya. aduh maaf ya, kamu sih"

Aku benar-benar malu, dan salting.

"Aduh, ini gimana. malu-maluin banget sih relatenya!" batinku.

"Gak usah salting, aku ngerti kok. cepet tidur sana"

"Anu, anu, ehh iya, iya" aku benar-benar menjadi gugup.

Bab terkait

  • DIA MENGIKUTIKU    DRAMA BERUJUNG BENCANA

    "Sumpah Bianca mau sampe kapan ngeselin, gini""Ngapain ngomong sendiri""Eh enggak""Sans aja kali. boleh minta tolong gak bawain sampah, disana?""Oh iya boleh, ayo"Kami semua membersihkah sampah plastik dari kemasan mie instan, dan kopi. kecuali, Bianca dan Zio. tampaknya ada percakapan penting diantara mereka."Zio, kok kamu gini sih?""Gini apa? udah cukup sabar aku sama kamu, Bi. sekarang mending kamu bantu beresin sampah""Tapi Zi?""Apaan sih, bahas ini nanti aja""Ya ampun, salah apa aku?"Zio hanya menatap malas padaku, lalu pergi menjauh....."Udah beres semua, yuk kita mulai perjalanan""Faisal sama aku didepan, terus belakang ku Fira sama Bianca, nah malik ditengah barisan. selanjutnya disambung sama Aulia, Mia, sama Rara. sisanya Zio, Bryan paling belakang""Okey, gini kan aman""Pastiin senter nyala, gantian ya nyalain nya""Iya, yuk Bismillah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DIA MENGIKUTIKU    KEMATIAN FAISAL

    "Hey hentikan!" teriak Alfa kebingungan melihat Zio menghajar Bryan.Tampaknya Zio tak menghiraukan sekitar, ia terus menghajar Bryan tanpa ampun.Kami berusaha memisahkan keduanya, tapi amarah Zio begitu tak terkendali."Zio, hentikan!""Zio tolong jangan salah paham, aku tidak bermaksud untuk-" Bryan terus membela diri."Berhenti! lepaskan!" dengan susah payah Alfa dan Faisal akhirnya mampu memisahkan keduanya."Apa alasanmu menghajar Bryan, hah?" tanya Alfa dengan sedikit kesal."Kau tanyakan saja pada di brengsek itu!" sentak Zio, lalu pergi menghampiri Bianca yang sedang terbaring pingsan.Kami juga terkejut melihat Zio menghampiri Bianca, yang sedang pingsan."Itu Bianca kenapa, Zi?""Kalian tolong beri dia air, dan jaket hangat" ucap Zio."Baik, tunggu" aku lalu mengambil jaket dan memberikannya pada Zio."Ini!""Makasih"Dengan sangat lembut Zio memeluk Bianca, dan menghangatkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DIA MENGIKUTIKU    CAHAYA PUTIH

    "Pendapat kalian apa? mau kayak gimana? aku ikut aja, bingung" ucap Malik pasrah pada keadaan."Sama, bingung. Tapi pendapatku mending kita tinggalin aja. Bukannya aku gak tega sama Faisal, tapi mau gimana lagi. Ini satu-satunya solusi" ucap Zio.Mereka semua saling mengajukan pendapat, hanya aku saja yang diam menyimak mereka."Fira, semua orang udah ngasih pendapat. Kamu gimana?" tanya Malik, kini giliranku memberi pendapat."Hm, ya aku setuju kalo emang harus ninggalin jasad Faisal disini""Sekarang kita cuma perlu meyakinkan Rara supaya setuju, dan ngertiin keadaan" kami semua pun berusaha membuat Rara mengerti, dan syukurlah Rara mengerti keadaan dan setuju meninggalkan jasad Faisal."Ya, aku ngerti sekarang aku setuju buat ninggalin jasad Faisal disini. Tapi kita gak boleh meninggalkan jasadnya kayak gini doang, kan?""Maksudnya kita kubur, gak tega banget kalo jasadnya harus dimakan hewan buas" lanjutnya."Bener, k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DIA MENGIKUTIKU    KABUT YANG TEBAL

    "Hahaha, gak asik bawa-bawa kesesat." "Bro, tolong kayak ada yang ngendaliin tubuh aku." tutur Malik, mendengar itu kami semua kaget. Kami kira Malik kesurupan "Eh, jangan bercanda kamu." "Malik, serius kamu?" "Gak lucu, deh." "Bacain ayat kursi."kami membaca beberapa doa, dan kesalnya kami ketika Malik tiba-tiba tertawa "Ahaha, mau aja kalian dikibulin sama aku." "Ish, gak lucu!" "Iya deh, iya, maaf." "Hadeuh, udah banyak candaan buat ngilangin keresahan. Tapi, kabut ini belum hilang juga" "Iya, nih. Gimana ya?" "Ada makanan gak? laper banget" "Ada nih roti, tapi cuma setengah" "Ya, gapapa" "Aul, kamu laper banget ya?" "Iya, kita udah gak makan berapa hari coba?" "Entahlah" "Nih, ada roti satu kantong lagi. Kira-kira cukup gak buat stok makan kita selama digunung?" "Kalo di gunung itu cukup, cuma sekarang kita entah lagi dimana" "Iy

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DIA MENGIKUTIKU    EMOSI TIDAK AKAN MENYELESAIKAN MASALAH

    “lompat!” teriak Zio mengarahkan agar semua orang lompat ke jurang itu.Ketika melompat rasanya nyawa dan tubuh kami terpisah. Kami ingin segera mendarat di tanah, tapi ketinggiannya begitu dalam. Jadi tak mungkin kami bisa cepat-cepat mendarat di tanah. Setengah sadar, aku melirik ke arah Bianca, terlihat diwajahnya penuh ketakutan.Brugh, suara tabrakan tubuh kami terjatuh ke tanah. Aku merasa sangat lega, meskipun tubuh ku terasa sangat sakit, beruntung kami berada dibawah bantuan sosok itu. Jika tidak, mungkin kami akan tewas karna terjatuh dari jurang yang sangat tinggi.Kami tak sadarkan diri beberapa menit namun, sebelum itu aku melihat seorang pria berlari, aku tak tahu dia siapa. Karna aku melihatnya setengah tak sadar. Dan setelah itu aku pun tak sadarkan diri.Setelah beberapa lama aku terbangun dari pingsan karna Bianca membangunkanku, ia menepuk pelan pipiku, dan aku akhirnya bangun.“Fira, gimana rasa sakitmu?” tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DIA MENGIKUTIKU    MEREKA TIDAK PERCAYA AKU

    -BAB 1 "Fira, bangun nak" "Cepet mandi, abis itu sarapan" sambut ibuku di pagi hari. "Iya bu, bentar lagi Fira turun" jawabku. "Tumben, bangunnya pagi, dibangunin sama temen khayalannya, ya" ejek adikku, dia masih sangat kecil, namun sudah pandai mengejek. "Bisa gak diem, masih kecil kok gitu" jawabku sedikit menyentak. "Kakak gak boleh gitu sama adik, kan itu juga emang bener" papah tiba- tiba nyaut. "Apa sih, kalian kok gitu sama Fira, sakit hati tau" aku pergi, meninggalkan meja makan, dan pergi ke sekolah. "Tuh papah, jadi Fira marah. mana dia belum sarapan" kata ibuku. "Fira, makan dulu" teriaknya, mencegah aku pergi. Tapi aku menghiraukannya, dan terus berjalan ke Sekolah. Setibanya Di Sekolah, aku disambut dengan hinaan, yang di ucapkan oleh siswa-siswa disana. Tentu saja aku geram, tapi apa boleh buat? Aku le

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DIA MENGIKUTIKU    DISESATKAN NYA

    "Apa sebelum kesini, kamu pernah buka, atau mimpi baca Doa kayak, mantra gitu?""Nah, baru inget!""Sehari, sebelum berangkat. Aku mimpi dibacain mantra, sama sosok nenek-nenek!"Mendengar ceritaku, Bianca, dan Zio, terkejut. Aku menceritakan semuanya. Namun, saat sedang bercerita, sesuatu terjadi."Lari!!!""Lari, ada air bah" teriak Zio, sambil menarik tanganku, dan Bianca.Kami benar-benar ketakutan, kami berlarian, tanpa memikirkan barang, yang kami bawa."Jangan pisah, jangan pisah!" Teriak Zio, sambil terus, memegang tangan kami.Namun sayang, air bah begitu deras, dan menerjang kami semua. Kami terbawa, entah berada dimana kami, sekarang.Aku terbangun, aku ketakutan setengah mati. Aku melihat Bianca, dan Zio, yang sama-sama ketakutan, setengah mati."Kita bakal mati, d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DIA MENGIKUTIKU    JADI SIAPA YANG MATI?!

    "Dan ya, kalian jangan pernah perhatiin gangguannya, perhatiin aja jalan nya""Iya Zi, siap""Fir, bukannya kamu bawa Qur'an kecil?""Eh iya Bi, aku bawa, ini ada disaku""Allhamdulillah, masih ada""Iya pasti""Aku udah kuat jalan, ayo kita jalan lagi"Bener, Bi?""Iya ayo, gak usah khawatir"Kami memulai perjalanan lagi, kami tetap optimis, kalo perjalanan kali ini pasti bener.Kami yakin, kali ini pasti bener."Di depan, ada dua jalur lagi""Kanan atau kiri?""Mereka ga henti-henti, ganggu kita"Disaat kami asyik berjalan, kami terkejut, tiba-tiba jurang yang begitu dalam, ada dihadapan kami. Hampir saja kami terpeleset, dan jatuh kedalamnya."Aaa""Hati-hati, kenapa ada jurang disini?""Bukannya, diawal perjalanan, gak ada jurang, kok tiba-tiba ada""Gak ada pendaki lain, lagi""Kita bener-bener sendirian, ditemenin sama mereka""Udah, ayo k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • DIA MENGIKUTIKU    EMOSI TIDAK AKAN MENYELESAIKAN MASALAH

    “lompat!” teriak Zio mengarahkan agar semua orang lompat ke jurang itu.Ketika melompat rasanya nyawa dan tubuh kami terpisah. Kami ingin segera mendarat di tanah, tapi ketinggiannya begitu dalam. Jadi tak mungkin kami bisa cepat-cepat mendarat di tanah. Setengah sadar, aku melirik ke arah Bianca, terlihat diwajahnya penuh ketakutan.Brugh, suara tabrakan tubuh kami terjatuh ke tanah. Aku merasa sangat lega, meskipun tubuh ku terasa sangat sakit, beruntung kami berada dibawah bantuan sosok itu. Jika tidak, mungkin kami akan tewas karna terjatuh dari jurang yang sangat tinggi.Kami tak sadarkan diri beberapa menit namun, sebelum itu aku melihat seorang pria berlari, aku tak tahu dia siapa. Karna aku melihatnya setengah tak sadar. Dan setelah itu aku pun tak sadarkan diri.Setelah beberapa lama aku terbangun dari pingsan karna Bianca membangunkanku, ia menepuk pelan pipiku, dan aku akhirnya bangun.“Fira, gimana rasa sakitmu?” tan

  • DIA MENGIKUTIKU    KABUT YANG TEBAL

    "Hahaha, gak asik bawa-bawa kesesat." "Bro, tolong kayak ada yang ngendaliin tubuh aku." tutur Malik, mendengar itu kami semua kaget. Kami kira Malik kesurupan "Eh, jangan bercanda kamu." "Malik, serius kamu?" "Gak lucu, deh." "Bacain ayat kursi."kami membaca beberapa doa, dan kesalnya kami ketika Malik tiba-tiba tertawa "Ahaha, mau aja kalian dikibulin sama aku." "Ish, gak lucu!" "Iya deh, iya, maaf." "Hadeuh, udah banyak candaan buat ngilangin keresahan. Tapi, kabut ini belum hilang juga" "Iya, nih. Gimana ya?" "Ada makanan gak? laper banget" "Ada nih roti, tapi cuma setengah" "Ya, gapapa" "Aul, kamu laper banget ya?" "Iya, kita udah gak makan berapa hari coba?" "Entahlah" "Nih, ada roti satu kantong lagi. Kira-kira cukup gak buat stok makan kita selama digunung?" "Kalo di gunung itu cukup, cuma sekarang kita entah lagi dimana" "Iy

  • DIA MENGIKUTIKU    CAHAYA PUTIH

    "Pendapat kalian apa? mau kayak gimana? aku ikut aja, bingung" ucap Malik pasrah pada keadaan."Sama, bingung. Tapi pendapatku mending kita tinggalin aja. Bukannya aku gak tega sama Faisal, tapi mau gimana lagi. Ini satu-satunya solusi" ucap Zio.Mereka semua saling mengajukan pendapat, hanya aku saja yang diam menyimak mereka."Fira, semua orang udah ngasih pendapat. Kamu gimana?" tanya Malik, kini giliranku memberi pendapat."Hm, ya aku setuju kalo emang harus ninggalin jasad Faisal disini""Sekarang kita cuma perlu meyakinkan Rara supaya setuju, dan ngertiin keadaan" kami semua pun berusaha membuat Rara mengerti, dan syukurlah Rara mengerti keadaan dan setuju meninggalkan jasad Faisal."Ya, aku ngerti sekarang aku setuju buat ninggalin jasad Faisal disini. Tapi kita gak boleh meninggalkan jasadnya kayak gini doang, kan?""Maksudnya kita kubur, gak tega banget kalo jasadnya harus dimakan hewan buas" lanjutnya."Bener, k

  • DIA MENGIKUTIKU    KEMATIAN FAISAL

    "Hey hentikan!" teriak Alfa kebingungan melihat Zio menghajar Bryan.Tampaknya Zio tak menghiraukan sekitar, ia terus menghajar Bryan tanpa ampun.Kami berusaha memisahkan keduanya, tapi amarah Zio begitu tak terkendali."Zio, hentikan!""Zio tolong jangan salah paham, aku tidak bermaksud untuk-" Bryan terus membela diri."Berhenti! lepaskan!" dengan susah payah Alfa dan Faisal akhirnya mampu memisahkan keduanya."Apa alasanmu menghajar Bryan, hah?" tanya Alfa dengan sedikit kesal."Kau tanyakan saja pada di brengsek itu!" sentak Zio, lalu pergi menghampiri Bianca yang sedang terbaring pingsan.Kami juga terkejut melihat Zio menghampiri Bianca, yang sedang pingsan."Itu Bianca kenapa, Zi?""Kalian tolong beri dia air, dan jaket hangat" ucap Zio."Baik, tunggu" aku lalu mengambil jaket dan memberikannya pada Zio."Ini!""Makasih"Dengan sangat lembut Zio memeluk Bianca, dan menghangatkan

  • DIA MENGIKUTIKU    DRAMA BERUJUNG BENCANA

    "Sumpah Bianca mau sampe kapan ngeselin, gini""Ngapain ngomong sendiri""Eh enggak""Sans aja kali. boleh minta tolong gak bawain sampah, disana?""Oh iya boleh, ayo"Kami semua membersihkah sampah plastik dari kemasan mie instan, dan kopi. kecuali, Bianca dan Zio. tampaknya ada percakapan penting diantara mereka."Zio, kok kamu gini sih?""Gini apa? udah cukup sabar aku sama kamu, Bi. sekarang mending kamu bantu beresin sampah""Tapi Zi?""Apaan sih, bahas ini nanti aja""Ya ampun, salah apa aku?"Zio hanya menatap malas padaku, lalu pergi menjauh....."Udah beres semua, yuk kita mulai perjalanan""Faisal sama aku didepan, terus belakang ku Fira sama Bianca, nah malik ditengah barisan. selanjutnya disambung sama Aulia, Mia, sama Rara. sisanya Zio, Bryan paling belakang""Okey, gini kan aman""Pastiin senter nyala, gantian ya nyalain nya""Iya, yuk Bismillah

  • DIA MENGIKUTIKU    SEMUA NYA MASIH BAIK-BAIK SAJA

    Seharusnya kami turun sekarang. tapi karna Bianca hilang, kami menunda perjalanan pulang."Takutnya Bianca, dia disesatin sama mereka""Mereka siapa?""Heum, ngerti kan?""Oh iya, ngerti""Masuk tenda aja yuk, disini dingin!""Ayo""Teman-teman!"Ketika kami hendak masuk tenda, terdengar suara teriakan, suaranya tak asing."Loh, Alfa? kok balik? apa Bianca udah ketemu?""Belum, tapi tenang mereka bakal nemuin Bianca segera, kok!""Aku ditugasin jaga kalian, takutnya ada hewan buas, atau hewan kecil beracun yang ganggu kalian" jelasnya."Oh, yaudah masuk tenda aja, soalnya diluar dingin banget""Diliat dari cuaca, kayaknya bakal hujan""Iya nih, takut banget. mana Bianca belum ketemu, lagi""Berdoa aja, semoga cepet ketemu"Aku hanya diam, tidak menghiraukan mereka. mereka juga sesekali bertanya padaku, namun tidak aku jawab. karna kini pikiranku hanya tertuju pada Bianca,

  • DIA MENGIKUTIKU    JANGAN JADI PEMALAS!

    Perjalanan semakin jauh, sosok itu tidak terlihat lagi. setelah sosok itu tidak terlihat, aku hanya fokus pada jalan. begitu juga dengan Zio, dan Bianca.Saat kami tengah berjalan, kami melihat ada sekumpulan pendaki lain, yang sedang beristirahat. kami pun mendatangi mereka, dengan harapan mereka bisa membantu kami.Kami yakin mereka pendaki asli, maksudnya mereka benar-benar manusia."Lihat, ada banyak pendaki disana!""Apa mereka benar-benar, pendaki?""Aku merasa iya, soalnya kita udah ada di Jalur pendaki yang bener""Iya juga sih, yuk kita samperin"Aku berjalan duluan, Bianca, dan Zio, mereka berjalan dibelakangku."Fir, kamu kenapa?""Kenapa apa?""Itu, kenapa banyak darah di bahu mu?!""Apa darah?""Iya banyak banget, kamu gak ngerasain sakit?"Mendengar ucapan Bianca, aku terkejut sekaligus heran."Enggak kok!""Ayo cepet di obatin""Kita bisa minta obat me

  • DIA MENGIKUTIKU    SIAPA SANG PETUNJUK JALAN

    "Inget ya, kita gak boleh nyerah, kita kesini bareng, pulang juga harus bareng""Iya siap, kita harus nguatin satu sama lain!""Semangat nih aku, hahaha""Harus dong, yaudah tidur besok kita pulang!"Satu persatu dari kami, mulai terlelap tidur. kami tidur hanya beralaskan daun, dan beberapa kain bekas, yang kami temukan.Saat aku sudah tertidur, tiba-tiba saja ada anak kecil, yang membangunkan ku."Kak, kakak bangun""Ehh, apa? kamu siapa?" Aku, memaksakan membuka mata.Aku belum sadar kalo ada, anak kecil itu."Kak, kalo kakak pengen nemuin jalur pendakian, besok pagi panggil aku aja, biar aku yang antar sampai tepi jalur, gimana?""Hah? mau, gimana cara aku manggil kamu?" dengan masih setengah sadar, aku menjawabnya."Panggil saja, namaku!""Siapa nama, mu?""Ragil, panggil namaku 44 kali!""Apa? sebanyak itu, mengapa?""Lakukan saja!""Ya, baiklah, baiklah"Aku

  • DIA MENGIKUTIKU    DIMANA JALURNYA?

    "Entah sampai kapan, mereka terus menganggu, kita""Sudah berapa lama, kita turun?""Kita belum juga menemukan jalur, pendakian""Benar, sepertinya kita disesatkan""Ya, aku pikir mereka hanya akan, meneror, ternyata sampai menyesatkan"Kami berbincang-bincang, dengan suara pelan. agar suasana, tidak begitu menakutkan."Oh iya, kalian jangan sampe bengong""Nanti, bisa di rasuki"Lalu terdengar, suara langkah kaki, kami merasakan dua hal, antara takut, dan senang. disatu sisi kami, takut kalo suara itu, bukanlah langkah kaki manusia. disisi lain kami, senang berfikir bahwa itu pendaki, petugas setempat"Ada suara langkah kaki, apa mereka para penghuni, atau para petugas?""Entahlah, sebaiknya kita sembunyi dulu"Kami sembunyi dibalik pepohonan, yang rimbun dengan, daun-daun."Jangan ada suara,jangan sampai terlihat, kita gak tau mereka itu manusia, atau bukan""Setidaknya, kalo m

DMCA.com Protection Status