"Entah sampai kapan, mereka terus menganggu, kita"
"Sudah berapa lama, kita turun?"
"Kita belum juga menemukan jalur, pendakian"
"Benar, sepertinya kita disesatkan"
"Ya, aku pikir mereka hanya akan, meneror, ternyata sampai menyesatkan"
Kami berbincang-bincang, dengan suara pelan. agar suasana, tidak begitu menakutkan.
"Oh iya, kalian jangan sampe bengong"
"Nanti, bisa di rasuki"
Lalu terdengar, suara langkah kaki, kami merasakan dua hal, antara takut, dan senang. disatu sisi kami, takut kalo suara itu, bukanlah langkah kaki manusia. disisi lain kami, senang berfikir bahwa itu pendaki, petugas setempat
"Ada suara langkah kaki, apa mereka para penghuni, atau para petugas?"
"Entahlah, sebaiknya kita sembunyi dulu"
Kami sembunyi dibalik pepohonan, yang rimbun dengan, daun-daun.
"Jangan ada suara,jangan sampai terlihat, kita gak tau mereka itu manusia, atau bukan"
"Setidaknya, kalo mereka bukan manusia, kita selamat"
"Kalo mereka manusia, kita bisa keluar, dan minta bantuan"
"Benar, lihat mereka mendekat"
Kami benar-benar, was-was. dan ta-da!
Mereka ada tepat, dihadapan kami. kami hanya melihat bagian bawah, kakinya. terlihat meyakinkan, bahwa mereka semua manusia."Sepertinya, mereka para petugas" kami, mulai berbisik.
"Apa, kita harus keluar?"
"Tunggu dulu, Bi"
Terdengar percakapan, sosok itu yang kami duga, sebagai petugas.
"Kayaknya, mereka gak ada disini"
"Kita harus cari kemana, mereka telah menghilang sekitar 10 hari, apa mereka sudah tewas?"
"Sungguh kasihan, tapi kita tidak mungkin menyerah begitu saja, ayo kita harus tetap mencarinya"
Percakapan mereka, membuat kami begitu yakin!, kami yakin bahwa mereka, adalah petugas, yang diperintahkan untuk mencari kami.
Kami juga sedikit terkejut, mendengar kami sudah hilang, selama 10 hari. dengan yakin, lalu kami keluar, dari tempat persembunyian.
Nahas, saat kami keluar, merek mengejutkan kami semua.
"Pak, kami adalah pendaki yang kalian, ca--"
Sangat mengejutkan!
Dugaan kami salah, mereka bukan petugas, melainkan manusia berkepala ular!Mereka seakan sudah menunggu, kami. mulutnya, sudah siap melahap ,kami bertiga.
"Lari, lari teman-teman!"
"Jangan berpencar!"
"Terus berdoa!"
Ditengah kepanikan ini, Zio, ia tetap mengingatkan kami, untuk selalu berdoa, dan ia selalu memberi arahan.
"Zio, Bianca dia lari ke arah, yang berbeda"
"Bi, jangan kesana, ikuti kami berdua"
Sayangnya, ular itu tidak memberi kesempatan, pada Bianca, untuk mengikuti kami berdua. kami semakin panik.
"Bi, tunggu kami, kami akan segera mencarimu" kami berteriak, untuk berkomunikasi.
Bianca terpencar. sedangkan, aku dan Zio, tetap bersama.
"Fir, liat di depan ada Gua"
"Dimana?"
"Liat, sebelah kiri"
"Iya aku melihatnya, ayo bersembunyi disana"
"Baiklah"
Kami bergegas, masuk ke Gua itu. berharap para makhluk itu, tidak melihat kami.
"Ku harap mereka, tidak melihat kita"
"Ya, semoga, jangan ada suara, takutnya mereka ada di luar sana"
Keadaan Gua, yang lembab, dan bau, membuat kami tidak nyaman, ingin segera keluar.
"Tahan, lihat, sepertinya mereka sudah melewati kita"
"Ayo, cepat, kita cari Bianca, aku sangat khawatir"
"Baik, cepat, tapi hati-hati!"
"Mereka tetap mengawasi kita, jangan sampai kita lengah"
"Baiklah"
Kami pun pergi mencari Bianca, kami benar-benar khawatir. takut sesuatu terjadi pada, Bianca.
"Apa, Bianca baik-baik saja?"
"Entahlah, sebaiknya kita mempercepat perjalanan ini"
....
"Fira!"
"Zio!"
"Kalian dimana, aku takut, aku sendirian!"
"Tolong cepat, temukan aku"
"Aku sangat takut"
....
Jarak kami begitu jauh, rasanya tidak mungkin, teriakan Bianca terdengar, oleh kami. dan sebaliknya.
"Bianca, sabar kami pasti akan menemukan mu"
"Bianca!!!"
"Sabarlah, kita akan segera bertemu"
"Bianca"
Kini, jarak kami semakin dekat. sehingga sedikit-sedikit terdengar, suara teriakan.
"Fira, aku mendengarmu"
"Cepat, cepat bantu aku"
"Iya Bi, aku juga mendengarmu, bersabarlah, aku tengah berusaha kesana"
"Baik"
Bianca sangat senang, ia berlari sampai tak sadar didepannya, ada akar pohon. ia tersandung dan terjatuh, dan sayang dibawah ada sungai yang kebetulan, arusnya tengah besar.
"Zi, liat, itu Bianca"
"Zi, dia jatuh, ayo cepat bantu dia!"
"Sabar Fir, aku lagi berusaha ini"
Bianca hanya berpegangan, pada daun-daun yang besar.
"Bi, tahan, kami datang"
"Fir, kamu diam disini, biar aku yang nolong Bianca"
"Iya iya, kamu hati-hati"
"Tolong"
"Tunggu, raihlah tanganku"
"Tidak bisa"
"Sebentar, ayo cepat pegang, pegang yang kuat"
"Dapat, kamu terus pegang ya"
Tangan Bianca basah, hingga membuat pegangan licin, dan hampir membuat keduanya jatuh begitu saja. beruntung, Fira dengan sigap, ia menangkap Zio, dan Bianca.
"Dapat, ayo naik"
Kami berhasil selamat, dan sangat senang bisa kembali bersama.
"Huh syukurlah"
"Terima kasih banyak Fira, Zio, aku benar-benar beruntung!"
"Tidak masalah"
"Fira, terima kasih banyak kau telah menyelamatkan ku"
"Ahaha, jangan seperti itu, ini tidak sebanding dengan pengorbananmu, selama dalam perjalanan"
Tiba-tiba, Bianca pingsan.
"Bi, eh Bi, kamu kenapa?"
"Dia pingsan, Zi"
"Bi, bangun"
"Ayo sandarkan ke pohon"
"Hati-hati"
"Bi, bangun"
"Mungkin dia kecapean, dan kita juga belum makan beberapa hari, aku mau cari makanan dulu, kamu disini jagain Bianca"
"Oke, cepet balik ya"
"Iya"
Zio, pergi mencari air, dan makanan. entah berapa hari kami, gak makan.
"Beruntung, aku masih bisa bertahan"
"Jika tidak..."
"Wah, syukurlah ada pohon singkong, aku bisa memasak, lalu memakannya"
"Duh, Zio mana, belum balik sampe sekarang"
"Hai, Fir aku balik!"
"Syukurlah, aku benar-benar takut"
"Bianca, dia belum sadar juga?"
"Belum, Zi"
"Dia, gak akan bangun"
"Hah? kamu ngomong apa?"
"Ah enggak, ini aku bawa beberapa pisang"
"Aku mau pergi lagi, cari kayu bakar"
"Ya simpen disini, loh kenapa gak sekalian aja"
"Hehe, aku cari dulu"
"Eh bentar!"
"Loh? Zio, cepet banget"
Aku merasa heran, baru saja dia bicara, namun pas aku lihat, dia sudah tidak ada.
"Ah, mungkin dia lari cepet, biar bisa cepet kembali"
"Dingin banget lagi, Bi kamu udah sadar"
"Aku kenapa? Fir?"
"Bianca, kamu udah sadar toh? Syukurlah"
"Lah, Zio? kamu cepet amat cari kayu bakarnya"
"Kan daritadi, nih aku cuma nemu singkong, semoga kalian suka ya!"
"Padahal udah ada pisang, yang tadi. ngapain bawa singkong, lagi"
"Pisang mana, aku cuma bawa ini"
"Itu disebelah--"
"Hah, kemana? Ta-tadi ada!"
"Apa tadi???"
"Aku ngerti, Fir. gak usah dipikirin, mending kita masak ini, Bi, kamu pasti udah laper kan!"
"Ehh, iya nih aku pusing juga"
"Nih, minum dulu"
"Udah gelap, kayaknya kita gak bisa lanjutin perjalanan, kali ini"
"Iya, kita istirahat aja, dulu"
"Pas kita bangun besok, kita bakal kuat lagi"
"Iya malem ini, kita tidur aja dulu"
Kami pun, memutuskan untuk tinggal semalam disini, karna kalo kami melanjutkan perjalanan, sangat tidak mungkin.
Kami sudah lelah raga dan juga batin, tentu saja, mereka tidak membiarkan kami tenang, sejenak pun.
"Inget ya, kita gak boleh nyerah, kita kesini bareng, pulang juga harus bareng""Iya siap, kita harus nguatin satu sama lain!""Semangat nih aku, hahaha""Harus dong, yaudah tidur besok kita pulang!"Satu persatu dari kami, mulai terlelap tidur. kami tidur hanya beralaskan daun, dan beberapa kain bekas, yang kami temukan.Saat aku sudah tertidur, tiba-tiba saja ada anak kecil, yang membangunkan ku."Kak, kakak bangun""Ehh, apa? kamu siapa?" Aku, memaksakan membuka mata.Aku belum sadar kalo ada, anak kecil itu."Kak, kalo kakak pengen nemuin jalur pendakian, besok pagi panggil aku aja, biar aku yang antar sampai tepi jalur, gimana?""Hah? mau, gimana cara aku manggil kamu?" dengan masih setengah sadar, aku menjawabnya."Panggil saja, namaku!""Siapa nama, mu?""Ragil, panggil namaku 44 kali!""Apa? sebanyak itu, mengapa?""Lakukan saja!""Ya, baiklah, baiklah"Aku
Perjalanan semakin jauh, sosok itu tidak terlihat lagi. setelah sosok itu tidak terlihat, aku hanya fokus pada jalan. begitu juga dengan Zio, dan Bianca.Saat kami tengah berjalan, kami melihat ada sekumpulan pendaki lain, yang sedang beristirahat. kami pun mendatangi mereka, dengan harapan mereka bisa membantu kami.Kami yakin mereka pendaki asli, maksudnya mereka benar-benar manusia."Lihat, ada banyak pendaki disana!""Apa mereka benar-benar, pendaki?""Aku merasa iya, soalnya kita udah ada di Jalur pendaki yang bener""Iya juga sih, yuk kita samperin"Aku berjalan duluan, Bianca, dan Zio, mereka berjalan dibelakangku."Fir, kamu kenapa?""Kenapa apa?""Itu, kenapa banyak darah di bahu mu?!""Apa darah?""Iya banyak banget, kamu gak ngerasain sakit?"Mendengar ucapan Bianca, aku terkejut sekaligus heran."Enggak kok!""Ayo cepet di obatin""Kita bisa minta obat me
Seharusnya kami turun sekarang. tapi karna Bianca hilang, kami menunda perjalanan pulang."Takutnya Bianca, dia disesatin sama mereka""Mereka siapa?""Heum, ngerti kan?""Oh iya, ngerti""Masuk tenda aja yuk, disini dingin!""Ayo""Teman-teman!"Ketika kami hendak masuk tenda, terdengar suara teriakan, suaranya tak asing."Loh, Alfa? kok balik? apa Bianca udah ketemu?""Belum, tapi tenang mereka bakal nemuin Bianca segera, kok!""Aku ditugasin jaga kalian, takutnya ada hewan buas, atau hewan kecil beracun yang ganggu kalian" jelasnya."Oh, yaudah masuk tenda aja, soalnya diluar dingin banget""Diliat dari cuaca, kayaknya bakal hujan""Iya nih, takut banget. mana Bianca belum ketemu, lagi""Berdoa aja, semoga cepet ketemu"Aku hanya diam, tidak menghiraukan mereka. mereka juga sesekali bertanya padaku, namun tidak aku jawab. karna kini pikiranku hanya tertuju pada Bianca,
"Sumpah Bianca mau sampe kapan ngeselin, gini""Ngapain ngomong sendiri""Eh enggak""Sans aja kali. boleh minta tolong gak bawain sampah, disana?""Oh iya boleh, ayo"Kami semua membersihkah sampah plastik dari kemasan mie instan, dan kopi. kecuali, Bianca dan Zio. tampaknya ada percakapan penting diantara mereka."Zio, kok kamu gini sih?""Gini apa? udah cukup sabar aku sama kamu, Bi. sekarang mending kamu bantu beresin sampah""Tapi Zi?""Apaan sih, bahas ini nanti aja""Ya ampun, salah apa aku?"Zio hanya menatap malas padaku, lalu pergi menjauh....."Udah beres semua, yuk kita mulai perjalanan""Faisal sama aku didepan, terus belakang ku Fira sama Bianca, nah malik ditengah barisan. selanjutnya disambung sama Aulia, Mia, sama Rara. sisanya Zio, Bryan paling belakang""Okey, gini kan aman""Pastiin senter nyala, gantian ya nyalain nya""Iya, yuk Bismillah
"Hey hentikan!" teriak Alfa kebingungan melihat Zio menghajar Bryan.Tampaknya Zio tak menghiraukan sekitar, ia terus menghajar Bryan tanpa ampun.Kami berusaha memisahkan keduanya, tapi amarah Zio begitu tak terkendali."Zio, hentikan!""Zio tolong jangan salah paham, aku tidak bermaksud untuk-" Bryan terus membela diri."Berhenti! lepaskan!" dengan susah payah Alfa dan Faisal akhirnya mampu memisahkan keduanya."Apa alasanmu menghajar Bryan, hah?" tanya Alfa dengan sedikit kesal."Kau tanyakan saja pada di brengsek itu!" sentak Zio, lalu pergi menghampiri Bianca yang sedang terbaring pingsan.Kami juga terkejut melihat Zio menghampiri Bianca, yang sedang pingsan."Itu Bianca kenapa, Zi?""Kalian tolong beri dia air, dan jaket hangat" ucap Zio."Baik, tunggu" aku lalu mengambil jaket dan memberikannya pada Zio."Ini!""Makasih"Dengan sangat lembut Zio memeluk Bianca, dan menghangatkan
"Pendapat kalian apa? mau kayak gimana? aku ikut aja, bingung" ucap Malik pasrah pada keadaan."Sama, bingung. Tapi pendapatku mending kita tinggalin aja. Bukannya aku gak tega sama Faisal, tapi mau gimana lagi. Ini satu-satunya solusi" ucap Zio.Mereka semua saling mengajukan pendapat, hanya aku saja yang diam menyimak mereka."Fira, semua orang udah ngasih pendapat. Kamu gimana?" tanya Malik, kini giliranku memberi pendapat."Hm, ya aku setuju kalo emang harus ninggalin jasad Faisal disini""Sekarang kita cuma perlu meyakinkan Rara supaya setuju, dan ngertiin keadaan" kami semua pun berusaha membuat Rara mengerti, dan syukurlah Rara mengerti keadaan dan setuju meninggalkan jasad Faisal."Ya, aku ngerti sekarang aku setuju buat ninggalin jasad Faisal disini. Tapi kita gak boleh meninggalkan jasadnya kayak gini doang, kan?""Maksudnya kita kubur, gak tega banget kalo jasadnya harus dimakan hewan buas" lanjutnya."Bener, k
"Hahaha, gak asik bawa-bawa kesesat." "Bro, tolong kayak ada yang ngendaliin tubuh aku." tutur Malik, mendengar itu kami semua kaget. Kami kira Malik kesurupan "Eh, jangan bercanda kamu." "Malik, serius kamu?" "Gak lucu, deh." "Bacain ayat kursi."kami membaca beberapa doa, dan kesalnya kami ketika Malik tiba-tiba tertawa "Ahaha, mau aja kalian dikibulin sama aku." "Ish, gak lucu!" "Iya deh, iya, maaf." "Hadeuh, udah banyak candaan buat ngilangin keresahan. Tapi, kabut ini belum hilang juga" "Iya, nih. Gimana ya?" "Ada makanan gak? laper banget" "Ada nih roti, tapi cuma setengah" "Ya, gapapa" "Aul, kamu laper banget ya?" "Iya, kita udah gak makan berapa hari coba?" "Entahlah" "Nih, ada roti satu kantong lagi. Kira-kira cukup gak buat stok makan kita selama digunung?" "Kalo di gunung itu cukup, cuma sekarang kita entah lagi dimana" "Iy
“lompat!” teriak Zio mengarahkan agar semua orang lompat ke jurang itu.Ketika melompat rasanya nyawa dan tubuh kami terpisah. Kami ingin segera mendarat di tanah, tapi ketinggiannya begitu dalam. Jadi tak mungkin kami bisa cepat-cepat mendarat di tanah. Setengah sadar, aku melirik ke arah Bianca, terlihat diwajahnya penuh ketakutan.Brugh, suara tabrakan tubuh kami terjatuh ke tanah. Aku merasa sangat lega, meskipun tubuh ku terasa sangat sakit, beruntung kami berada dibawah bantuan sosok itu. Jika tidak, mungkin kami akan tewas karna terjatuh dari jurang yang sangat tinggi.Kami tak sadarkan diri beberapa menit namun, sebelum itu aku melihat seorang pria berlari, aku tak tahu dia siapa. Karna aku melihatnya setengah tak sadar. Dan setelah itu aku pun tak sadarkan diri.Setelah beberapa lama aku terbangun dari pingsan karna Bianca membangunkanku, ia menepuk pelan pipiku, dan aku akhirnya bangun.“Fira, gimana rasa sakitmu?” tan
“lompat!” teriak Zio mengarahkan agar semua orang lompat ke jurang itu.Ketika melompat rasanya nyawa dan tubuh kami terpisah. Kami ingin segera mendarat di tanah, tapi ketinggiannya begitu dalam. Jadi tak mungkin kami bisa cepat-cepat mendarat di tanah. Setengah sadar, aku melirik ke arah Bianca, terlihat diwajahnya penuh ketakutan.Brugh, suara tabrakan tubuh kami terjatuh ke tanah. Aku merasa sangat lega, meskipun tubuh ku terasa sangat sakit, beruntung kami berada dibawah bantuan sosok itu. Jika tidak, mungkin kami akan tewas karna terjatuh dari jurang yang sangat tinggi.Kami tak sadarkan diri beberapa menit namun, sebelum itu aku melihat seorang pria berlari, aku tak tahu dia siapa. Karna aku melihatnya setengah tak sadar. Dan setelah itu aku pun tak sadarkan diri.Setelah beberapa lama aku terbangun dari pingsan karna Bianca membangunkanku, ia menepuk pelan pipiku, dan aku akhirnya bangun.“Fira, gimana rasa sakitmu?” tan
"Hahaha, gak asik bawa-bawa kesesat." "Bro, tolong kayak ada yang ngendaliin tubuh aku." tutur Malik, mendengar itu kami semua kaget. Kami kira Malik kesurupan "Eh, jangan bercanda kamu." "Malik, serius kamu?" "Gak lucu, deh." "Bacain ayat kursi."kami membaca beberapa doa, dan kesalnya kami ketika Malik tiba-tiba tertawa "Ahaha, mau aja kalian dikibulin sama aku." "Ish, gak lucu!" "Iya deh, iya, maaf." "Hadeuh, udah banyak candaan buat ngilangin keresahan. Tapi, kabut ini belum hilang juga" "Iya, nih. Gimana ya?" "Ada makanan gak? laper banget" "Ada nih roti, tapi cuma setengah" "Ya, gapapa" "Aul, kamu laper banget ya?" "Iya, kita udah gak makan berapa hari coba?" "Entahlah" "Nih, ada roti satu kantong lagi. Kira-kira cukup gak buat stok makan kita selama digunung?" "Kalo di gunung itu cukup, cuma sekarang kita entah lagi dimana" "Iy
"Pendapat kalian apa? mau kayak gimana? aku ikut aja, bingung" ucap Malik pasrah pada keadaan."Sama, bingung. Tapi pendapatku mending kita tinggalin aja. Bukannya aku gak tega sama Faisal, tapi mau gimana lagi. Ini satu-satunya solusi" ucap Zio.Mereka semua saling mengajukan pendapat, hanya aku saja yang diam menyimak mereka."Fira, semua orang udah ngasih pendapat. Kamu gimana?" tanya Malik, kini giliranku memberi pendapat."Hm, ya aku setuju kalo emang harus ninggalin jasad Faisal disini""Sekarang kita cuma perlu meyakinkan Rara supaya setuju, dan ngertiin keadaan" kami semua pun berusaha membuat Rara mengerti, dan syukurlah Rara mengerti keadaan dan setuju meninggalkan jasad Faisal."Ya, aku ngerti sekarang aku setuju buat ninggalin jasad Faisal disini. Tapi kita gak boleh meninggalkan jasadnya kayak gini doang, kan?""Maksudnya kita kubur, gak tega banget kalo jasadnya harus dimakan hewan buas" lanjutnya."Bener, k
"Hey hentikan!" teriak Alfa kebingungan melihat Zio menghajar Bryan.Tampaknya Zio tak menghiraukan sekitar, ia terus menghajar Bryan tanpa ampun.Kami berusaha memisahkan keduanya, tapi amarah Zio begitu tak terkendali."Zio, hentikan!""Zio tolong jangan salah paham, aku tidak bermaksud untuk-" Bryan terus membela diri."Berhenti! lepaskan!" dengan susah payah Alfa dan Faisal akhirnya mampu memisahkan keduanya."Apa alasanmu menghajar Bryan, hah?" tanya Alfa dengan sedikit kesal."Kau tanyakan saja pada di brengsek itu!" sentak Zio, lalu pergi menghampiri Bianca yang sedang terbaring pingsan.Kami juga terkejut melihat Zio menghampiri Bianca, yang sedang pingsan."Itu Bianca kenapa, Zi?""Kalian tolong beri dia air, dan jaket hangat" ucap Zio."Baik, tunggu" aku lalu mengambil jaket dan memberikannya pada Zio."Ini!""Makasih"Dengan sangat lembut Zio memeluk Bianca, dan menghangatkan
"Sumpah Bianca mau sampe kapan ngeselin, gini""Ngapain ngomong sendiri""Eh enggak""Sans aja kali. boleh minta tolong gak bawain sampah, disana?""Oh iya boleh, ayo"Kami semua membersihkah sampah plastik dari kemasan mie instan, dan kopi. kecuali, Bianca dan Zio. tampaknya ada percakapan penting diantara mereka."Zio, kok kamu gini sih?""Gini apa? udah cukup sabar aku sama kamu, Bi. sekarang mending kamu bantu beresin sampah""Tapi Zi?""Apaan sih, bahas ini nanti aja""Ya ampun, salah apa aku?"Zio hanya menatap malas padaku, lalu pergi menjauh....."Udah beres semua, yuk kita mulai perjalanan""Faisal sama aku didepan, terus belakang ku Fira sama Bianca, nah malik ditengah barisan. selanjutnya disambung sama Aulia, Mia, sama Rara. sisanya Zio, Bryan paling belakang""Okey, gini kan aman""Pastiin senter nyala, gantian ya nyalain nya""Iya, yuk Bismillah
Seharusnya kami turun sekarang. tapi karna Bianca hilang, kami menunda perjalanan pulang."Takutnya Bianca, dia disesatin sama mereka""Mereka siapa?""Heum, ngerti kan?""Oh iya, ngerti""Masuk tenda aja yuk, disini dingin!""Ayo""Teman-teman!"Ketika kami hendak masuk tenda, terdengar suara teriakan, suaranya tak asing."Loh, Alfa? kok balik? apa Bianca udah ketemu?""Belum, tapi tenang mereka bakal nemuin Bianca segera, kok!""Aku ditugasin jaga kalian, takutnya ada hewan buas, atau hewan kecil beracun yang ganggu kalian" jelasnya."Oh, yaudah masuk tenda aja, soalnya diluar dingin banget""Diliat dari cuaca, kayaknya bakal hujan""Iya nih, takut banget. mana Bianca belum ketemu, lagi""Berdoa aja, semoga cepet ketemu"Aku hanya diam, tidak menghiraukan mereka. mereka juga sesekali bertanya padaku, namun tidak aku jawab. karna kini pikiranku hanya tertuju pada Bianca,
Perjalanan semakin jauh, sosok itu tidak terlihat lagi. setelah sosok itu tidak terlihat, aku hanya fokus pada jalan. begitu juga dengan Zio, dan Bianca.Saat kami tengah berjalan, kami melihat ada sekumpulan pendaki lain, yang sedang beristirahat. kami pun mendatangi mereka, dengan harapan mereka bisa membantu kami.Kami yakin mereka pendaki asli, maksudnya mereka benar-benar manusia."Lihat, ada banyak pendaki disana!""Apa mereka benar-benar, pendaki?""Aku merasa iya, soalnya kita udah ada di Jalur pendaki yang bener""Iya juga sih, yuk kita samperin"Aku berjalan duluan, Bianca, dan Zio, mereka berjalan dibelakangku."Fir, kamu kenapa?""Kenapa apa?""Itu, kenapa banyak darah di bahu mu?!""Apa darah?""Iya banyak banget, kamu gak ngerasain sakit?"Mendengar ucapan Bianca, aku terkejut sekaligus heran."Enggak kok!""Ayo cepet di obatin""Kita bisa minta obat me
"Inget ya, kita gak boleh nyerah, kita kesini bareng, pulang juga harus bareng""Iya siap, kita harus nguatin satu sama lain!""Semangat nih aku, hahaha""Harus dong, yaudah tidur besok kita pulang!"Satu persatu dari kami, mulai terlelap tidur. kami tidur hanya beralaskan daun, dan beberapa kain bekas, yang kami temukan.Saat aku sudah tertidur, tiba-tiba saja ada anak kecil, yang membangunkan ku."Kak, kakak bangun""Ehh, apa? kamu siapa?" Aku, memaksakan membuka mata.Aku belum sadar kalo ada, anak kecil itu."Kak, kalo kakak pengen nemuin jalur pendakian, besok pagi panggil aku aja, biar aku yang antar sampai tepi jalur, gimana?""Hah? mau, gimana cara aku manggil kamu?" dengan masih setengah sadar, aku menjawabnya."Panggil saja, namaku!""Siapa nama, mu?""Ragil, panggil namaku 44 kali!""Apa? sebanyak itu, mengapa?""Lakukan saja!""Ya, baiklah, baiklah"Aku
"Entah sampai kapan, mereka terus menganggu, kita""Sudah berapa lama, kita turun?""Kita belum juga menemukan jalur, pendakian""Benar, sepertinya kita disesatkan""Ya, aku pikir mereka hanya akan, meneror, ternyata sampai menyesatkan"Kami berbincang-bincang, dengan suara pelan. agar suasana, tidak begitu menakutkan."Oh iya, kalian jangan sampe bengong""Nanti, bisa di rasuki"Lalu terdengar, suara langkah kaki, kami merasakan dua hal, antara takut, dan senang. disatu sisi kami, takut kalo suara itu, bukanlah langkah kaki manusia. disisi lain kami, senang berfikir bahwa itu pendaki, petugas setempat"Ada suara langkah kaki, apa mereka para penghuni, atau para petugas?""Entahlah, sebaiknya kita sembunyi dulu"Kami sembunyi dibalik pepohonan, yang rimbun dengan, daun-daun."Jangan ada suara,jangan sampai terlihat, kita gak tau mereka itu manusia, atau bukan""Setidaknya, kalo m