Share

DISESATKAN NYA

Penulis: Nadia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Apa sebelum kesini, kamu pernah buka, atau mimpi baca Doa kayak, mantra gitu?"

"Nah, baru inget!"

"Sehari, sebelum berangkat. Aku mimpi dibacain mantra, sama sosok nenek-nenek!"

Mendengar ceritaku, Bianca, dan Zio, terkejut. Aku menceritakan semuanya. Namun, saat sedang bercerita, sesuatu terjadi.

"Lari!!!"

"Lari, ada air bah" teriak Zio, sambil menarik tanganku, dan Bianca.

Kami benar-benar ketakutan, kami berlarian, tanpa memikirkan barang, yang kami bawa.

"Jangan pisah, jangan pisah!" Teriak Zio, sambil terus, memegang tangan kami.

Namun sayang, air bah begitu deras, dan menerjang kami semua. Kami terbawa, entah berada dimana kami, sekarang.

Aku terbangun, aku ketakutan setengah mati. Aku melihat Bianca, dan Zio, yang sama-sama ketakutan, setengah mati.

"Kita bakal mati, disini" 

"Kita harus kuat, kita bisa pulang" aku berusaha menenangkan.

"Kita pasti bisa, ayo kita harus turun, sekarang"

"Sebelum kita, benar-benar kehabisan tenaga" Zio, memberikan arahan.

Kami saling menguatkan, satu sama lain.

Di setiap perjalanan, kami merasa aneh. Bukan kah tadi, ada air bah? Tapi mengapa, keadaan sekitar tetap sama, tidak ada yg rusak.

"Rasanya aneh, air bah menerjang kita, begitu dahsyat. tapi, keadaan alam tetap sama, seperti sebelumnya" Ungkap Bianca.

"Benar, Apa barusan kita mimpi?" Tanyaku.

"Entahlah, ayo kita harus tetap fokus turun"

Disini, kita paham. Kita, telah membuat penghuni marah.

Suara cekikikan terdengar jelas, ditelinga kami semua. 

"Siapa? Siapa yang cekikikan itu?" Bianca bertanya. namun, tidak ada dari kami bertiga, yang cekikikan.

"Itu mereka, jangan dihiraukan. Tetap fokus, pada jalan" Zio terus bicara, untuk tidak menghiraukan, apa yang terjadi.

Disepanjang jalan, kami terus berdoa. Suara cekikikan itu, terdengar sangat keras, dan jelas. 

Setelah beberapa lama, suara cekikikan itu hilang. Kami merasa sedikit lega.

"Aku lapar, aku haus" 

"Sama Fir, ayo kita cari sungai sama makanan, kalo ada buah kita petik"

"Iya, kalian jalan duluan, biar aku yang dibelakang" 

Begitu lama kami mencari makanan, dan sungai. Namun, tidak ada tanda-tanda, keberadaan sungai.

"Udah berapa lama kita nyari, gak ketemu"

"Jangan nyerah Fir, yuk semangat!"

"Eh denger?, Kayak suara arus sungai" 

Mendengar ucapan Bianca, kami sangat senang. Kami menelusuri, ke tempat suara itu berasal. Dan ya!

"Hore, kita gak akan mati" 

"Sudah ku bilang, kita pasti bisa"

Kami sangat senang, dan juga disana, terdapat pohon mangga, yang begitu lebat.

"Lihat tuh!"

"Ada buah mangga juga, Di sana"

"Biar aku yang petik, kalian diam disini saja" Zio lalu pergi, untuk memetik beberapa mangga.

"Beruntung banget, Zio ada bersama kita"

"Iya, bener"

"Aku bakal cari botol, buat ngisi air, biar nanti diperjalanan gak haus" 

Selagi menunggu Zio, kami mencari botol, lalu mengisinya dengan air, dengan harapan air itu cukup, untuk menghilangkan dahaga, disaat perjalanan nanti.

Zio, sudah kembali. Ia membawa enam buah mangga, yang begitu menggoda.

Kami memakannya, kami sangat bersyukur.

"Ayo, habiskan, habiskan"

"Mangganya manis!"

"Aku sudah kenyang, mau lanjut jalan?"

"Istirahat bentar, aku capek"

Disaat itu, suara cekikikan terdengar, kembali.

"Ayo cepet, kita harus pergi" Zio terburu-buru, dan mulai perjalanan.

"Mereka tidak membiarkan, kita tenang sedetik pun."

"Jangan liat kanan kiri, inget!"

"Iya, Zi"

Suara cekikikan itu, menjadi sangat menakutkan. Karna, suara-suara ngauman, ikut meramaikan teror ini.

"Waduh, aku bener-bener takut, ngerasa di belakang ada, yang ngikutin"

"Tenang Bi, ada aku" Ucap Zio, berusaha menenangkan.

Brughh!!!

"aduh kenapa berhenti, Fir?"

"Tolong, tolong"

"Zio, Bianca, tolong aku" Aku merengek, ketakutan.

"Kenapa, Fir"

"Ada apa? Istigfar, baca doa, Fir"

"Ada kepala didepanku" 

"Tolong, kepalanya Hancur" aku terus menangis

"Gak ada, Fir. Sadar"

Bianca, dan Zio, terus berdoa. Berharap kepala itu, bisa cepat pergi, dari hadapanku.

Aku terus menangis, histeris.

"Dia gak mau pergi, dia cekikikan" 

"Ya Allah. aku berdoa padamu, singkirkan makhluk ini dari, hadapanku" 

Ditengah itu, Bianca, dan Zio, mereka memeluk, dan terus membaca doa.

Akhirnya, makhluk itu menghilang. 

"Kamu gak apa-apa?"

"Aku, gak apa-apa, lanjut jalan"

"Istirahat dulu, kamu pasti shock"

Ya, aku sangatt shock. tapi, aku berusaha untuk terus turun, supaya bisa cepat, pulang.

Baru saja kami, berjalan beberapa langkah. suatu, kembali terjadi. hujan darah, ya!.

"Darah?, berlindung!"

"Berlindung, dibalik dedaunan"

Darah yang turun, begitu amis. kami hampir mati, mencium aromanya. 

"Cepat kita lari saja, sepertinya di depan tidak ada, hujan darah ini"

Kami berlari, dan benar, hanya ditempat itu saja. Aku dan Bianca, muntah-muntah karna, tak tahan bau amis dan juga busuk.

"Minun dulu" Zio memberikan botol minum, yang sudah kami isi, di Sungai tadi.

"Sudah enakan?"

"Udah, ayo lanjut lagi, udah gak tahan pengen pulang"

"Baik, ayo hati-hati, jangan dengerin suara-suara, kecuali arahan dari aku" kata Zio.

Belum melupakan teror barusan, teror baru kembali menganggu kami. tak habis pikir, sebenarnya kesalahan apa, yang telah kami perbuat, sampai mereka tidak mengampuni, kami semua.

"Berhenti, ada pendaki disana, syukurlah kita bisa minta bantuan sama mereka" 

"Benar, ayo kita datangi mereka"

"Boleh kah kami meminta sedikit, makanan?"

Namun, mereka tidak mendengarkan kami, kami berusaha bicara lagi.

"Hallo kak, bisa kami mendapatkan sedikit, air dan makanan?"

"Sebenarnya, kami terbawa air bah, lalu kami tersesat, semua barang yang kami bawa hilang"

"Apakah itu ulah mereka?" Tanya nya.

"Ehm, mungkin"

"Kesalahan apa, yang kalian perbuat?"

"Hm"

"Baik, maaf kan aku karna menanyakan, itu"

"Sebentar, aku akan mengambil beberapa makanan"

"Baik, terima kasih kak"

"Allhamdulillah, mereka baik" 

"Bi, gimana luka mu?, Udah gak sakit?"

"Udah mendingan kok, Fir"

Pendaki itu datang, dengan membawa beberapa kotak makan.

"Silahkan dinikmati, kalian terlihat sangat lapar"

"Ahha, kami hanya makan mangga"

Saat kami membuka kotak makan, betapa terkejudnya kami!

Tidak ada makanan, hanya ada sekumpulan belatung, ulat, tanah, dan daging, yang berlumuran darah. 

"Apa-apaan ini?, jika kalian tidak mau menolong kami, tolong jangan seperti ini!" aku marah pada, pendaki itu.

"Hentikan, Fira. Bianca, apa kau berfikiran sama sepertiku?" 

"Iya Zio, aku berfikir sama seperti mu"

Para pendaki itu, bukanlah manusia. mereka berubah, menjadi sosok hitam besar, yang memiliki banyak bulu.

"Lari!!!!"

"Terus baca doa, minta pertolongan sama Allah" kami berlari secepat mungkin.

Sosok itu terus mengejar kami, seperti dalam film. langkahnya begitu besar, kami hampir tertangkap. ditengah itu, suara cekikan muncul lagi, membuat kami semakin ketakutan.

"Jangan berhenti, kita pasti bebas"

Brugh!

"Tolong, tolong aku, ada seseorang yang memegang kakiku, aku tidak bisa berjalan" Bianca terjatuh.

Aku, dan Zio, berusaha menarik Bianca, tapi benar-benar sulit. ditambah, makhluk itu hampir dekat, dan suara cekikikan, membuat kami begitu panik, dan pasrah.

"Sudah, kalian pergi saja, tinggalkan aku" Bianca sudah mulai, pasrah.

"Tidak, kita akan selalu bersama, kekuatan kita lebih besar, daripada ketakutan kita bukan" aku, dan Zio terus berusaha, menarik Bianca.

"Kalian tidak akan pernah, bisa lolos!" Suara-suara seperti itu terdengar jelas

Keadaan begitu rusuh, mereka ada dimana-mana. sosok hitam berbulu itu, dia ada pas, dihadapan kita.

"Kita akan mati," dan brugh, kami tidak percaya ini, barusan kami berada di keadaan, yang begitu menakutkan. namun, itu hanya mimpi. kami terkejut ketika, melihat sedang berada di sisi Sungai tadi!

"Apa? Kita berada di Sungai ini?, Apakah kita bermimpi?"

"Sial, sampai kapan kalian akan seperti ini" Aku, dan Bianca terus menangis.

"Aku sudah lelah, rasanya aku ingin mati saja" 

"Tolong hentikan, kita pasti bisa pulang dengan selamat, Allah, akan melindungi kita"

"Ya Allah, tunjukan lah kekuasaan mu"

Kami terus berdoa, dengan mata yang bengkak, dan mengeluarkan banyak air mata. tubuh kami sudah kotor, penuh luka, dan tanah.

"Kalian tinggalkan saja aku, aku sudah putus asa, aku tidak bisa berjalan lagi" Bianca, putus asa.

"Jangan bicara seperti itu, jika kau tidak bisa berjalan, aku akan menggendongmu"

"Tidak Zio, aku sudah membebani mu"

"Tidak masalah, aku tidak keberatan, aku hanya ingin, kita bertiga pulang dengan selamat, tidak ada yang tertinggal. kita pergi bersama, pulang pun harus bersama" 

"Tapi Zio?"

"Apa kau, tidak percaya padaku, Bi?"

"Sungguh beruntung, Zio ada bersama kami, jika tidak mungkin, aku dan Bianca sudah berbeda alam, sekarang" batinku.

"Baiklah, jika kalian belum siap untuk berjalan, aku akan mencari kayu bakar, kita akan masak singkong, itu lihat?"

"Aku takut kalo, singkong itu berubah menjadi sekumpulan belatung, dan ulat"

"Ya sebelum makan, baca doa dulu, insyaAllah itu gak bakal terjadi"

Aku hanya tersenyum, mendengar jawaban Zio. ia pergi, mencari kayu dan memasak makanan, seadanya.

"Nah, udah nyala apinya, kalian pasti kedinginan kan"

"Zi, kamu jangan mikirin keadaan kita terus, kamu juga harus, mikirin keadaan kamu sendiri"

"Tenang aja, aku gak apa-apa!"

"Enak nih singkong, yo dimakan"

Kami pun menyantap makanannya, begitu nikmatnya makanan ini, meskipun sekedar singkong bakar, tapi ini bisa membuat kami menjadi kuat.

"kita harus optimis, bentar lagi pasti kita pulang"

Zio, terus berkata yang sama, dia meyakinkan kita pasti pulang, dengan selamat.

Bab terkait

  • DIA MENGIKUTIKU    JADI SIAPA YANG MATI?!

    "Dan ya, kalian jangan pernah perhatiin gangguannya, perhatiin aja jalan nya""Iya Zi, siap""Fir, bukannya kamu bawa Qur'an kecil?""Eh iya Bi, aku bawa, ini ada disaku""Allhamdulillah, masih ada""Iya pasti""Aku udah kuat jalan, ayo kita jalan lagi"Bener, Bi?""Iya ayo, gak usah khawatir"Kami memulai perjalanan lagi, kami tetap optimis, kalo perjalanan kali ini pasti bener.Kami yakin, kali ini pasti bener."Di depan, ada dua jalur lagi""Kanan atau kiri?""Mereka ga henti-henti, ganggu kita"Disaat kami asyik berjalan, kami terkejut, tiba-tiba jurang yang begitu dalam, ada dihadapan kami. Hampir saja kami terpeleset, dan jatuh kedalamnya."Aaa""Hati-hati, kenapa ada jurang disini?""Bukannya, diawal perjalanan, gak ada jurang, kok tiba-tiba ada""Gak ada pendaki lain, lagi""Kita bener-bener sendirian, ditemenin sama mereka""Udah, ayo k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DIA MENGIKUTIKU    DIMANA JALURNYA?

    "Entah sampai kapan, mereka terus menganggu, kita""Sudah berapa lama, kita turun?""Kita belum juga menemukan jalur, pendakian""Benar, sepertinya kita disesatkan""Ya, aku pikir mereka hanya akan, meneror, ternyata sampai menyesatkan"Kami berbincang-bincang, dengan suara pelan. agar suasana, tidak begitu menakutkan."Oh iya, kalian jangan sampe bengong""Nanti, bisa di rasuki"Lalu terdengar, suara langkah kaki, kami merasakan dua hal, antara takut, dan senang. disatu sisi kami, takut kalo suara itu, bukanlah langkah kaki manusia. disisi lain kami, senang berfikir bahwa itu pendaki, petugas setempat"Ada suara langkah kaki, apa mereka para penghuni, atau para petugas?""Entahlah, sebaiknya kita sembunyi dulu"Kami sembunyi dibalik pepohonan, yang rimbun dengan, daun-daun."Jangan ada suara,jangan sampai terlihat, kita gak tau mereka itu manusia, atau bukan""Setidaknya, kalo m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DIA MENGIKUTIKU    SIAPA SANG PETUNJUK JALAN

    "Inget ya, kita gak boleh nyerah, kita kesini bareng, pulang juga harus bareng""Iya siap, kita harus nguatin satu sama lain!""Semangat nih aku, hahaha""Harus dong, yaudah tidur besok kita pulang!"Satu persatu dari kami, mulai terlelap tidur. kami tidur hanya beralaskan daun, dan beberapa kain bekas, yang kami temukan.Saat aku sudah tertidur, tiba-tiba saja ada anak kecil, yang membangunkan ku."Kak, kakak bangun""Ehh, apa? kamu siapa?" Aku, memaksakan membuka mata.Aku belum sadar kalo ada, anak kecil itu."Kak, kalo kakak pengen nemuin jalur pendakian, besok pagi panggil aku aja, biar aku yang antar sampai tepi jalur, gimana?""Hah? mau, gimana cara aku manggil kamu?" dengan masih setengah sadar, aku menjawabnya."Panggil saja, namaku!""Siapa nama, mu?""Ragil, panggil namaku 44 kali!""Apa? sebanyak itu, mengapa?""Lakukan saja!""Ya, baiklah, baiklah"Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DIA MENGIKUTIKU    JANGAN JADI PEMALAS!

    Perjalanan semakin jauh, sosok itu tidak terlihat lagi. setelah sosok itu tidak terlihat, aku hanya fokus pada jalan. begitu juga dengan Zio, dan Bianca.Saat kami tengah berjalan, kami melihat ada sekumpulan pendaki lain, yang sedang beristirahat. kami pun mendatangi mereka, dengan harapan mereka bisa membantu kami.Kami yakin mereka pendaki asli, maksudnya mereka benar-benar manusia."Lihat, ada banyak pendaki disana!""Apa mereka benar-benar, pendaki?""Aku merasa iya, soalnya kita udah ada di Jalur pendaki yang bener""Iya juga sih, yuk kita samperin"Aku berjalan duluan, Bianca, dan Zio, mereka berjalan dibelakangku."Fir, kamu kenapa?""Kenapa apa?""Itu, kenapa banyak darah di bahu mu?!""Apa darah?""Iya banyak banget, kamu gak ngerasain sakit?"Mendengar ucapan Bianca, aku terkejut sekaligus heran."Enggak kok!""Ayo cepet di obatin""Kita bisa minta obat me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DIA MENGIKUTIKU    SEMUA NYA MASIH BAIK-BAIK SAJA

    Seharusnya kami turun sekarang. tapi karna Bianca hilang, kami menunda perjalanan pulang."Takutnya Bianca, dia disesatin sama mereka""Mereka siapa?""Heum, ngerti kan?""Oh iya, ngerti""Masuk tenda aja yuk, disini dingin!""Ayo""Teman-teman!"Ketika kami hendak masuk tenda, terdengar suara teriakan, suaranya tak asing."Loh, Alfa? kok balik? apa Bianca udah ketemu?""Belum, tapi tenang mereka bakal nemuin Bianca segera, kok!""Aku ditugasin jaga kalian, takutnya ada hewan buas, atau hewan kecil beracun yang ganggu kalian" jelasnya."Oh, yaudah masuk tenda aja, soalnya diluar dingin banget""Diliat dari cuaca, kayaknya bakal hujan""Iya nih, takut banget. mana Bianca belum ketemu, lagi""Berdoa aja, semoga cepet ketemu"Aku hanya diam, tidak menghiraukan mereka. mereka juga sesekali bertanya padaku, namun tidak aku jawab. karna kini pikiranku hanya tertuju pada Bianca,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DIA MENGIKUTIKU    DRAMA BERUJUNG BENCANA

    "Sumpah Bianca mau sampe kapan ngeselin, gini""Ngapain ngomong sendiri""Eh enggak""Sans aja kali. boleh minta tolong gak bawain sampah, disana?""Oh iya boleh, ayo"Kami semua membersihkah sampah plastik dari kemasan mie instan, dan kopi. kecuali, Bianca dan Zio. tampaknya ada percakapan penting diantara mereka."Zio, kok kamu gini sih?""Gini apa? udah cukup sabar aku sama kamu, Bi. sekarang mending kamu bantu beresin sampah""Tapi Zi?""Apaan sih, bahas ini nanti aja""Ya ampun, salah apa aku?"Zio hanya menatap malas padaku, lalu pergi menjauh....."Udah beres semua, yuk kita mulai perjalanan""Faisal sama aku didepan, terus belakang ku Fira sama Bianca, nah malik ditengah barisan. selanjutnya disambung sama Aulia, Mia, sama Rara. sisanya Zio, Bryan paling belakang""Okey, gini kan aman""Pastiin senter nyala, gantian ya nyalain nya""Iya, yuk Bismillah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DIA MENGIKUTIKU    KEMATIAN FAISAL

    "Hey hentikan!" teriak Alfa kebingungan melihat Zio menghajar Bryan.Tampaknya Zio tak menghiraukan sekitar, ia terus menghajar Bryan tanpa ampun.Kami berusaha memisahkan keduanya, tapi amarah Zio begitu tak terkendali."Zio, hentikan!""Zio tolong jangan salah paham, aku tidak bermaksud untuk-" Bryan terus membela diri."Berhenti! lepaskan!" dengan susah payah Alfa dan Faisal akhirnya mampu memisahkan keduanya."Apa alasanmu menghajar Bryan, hah?" tanya Alfa dengan sedikit kesal."Kau tanyakan saja pada di brengsek itu!" sentak Zio, lalu pergi menghampiri Bianca yang sedang terbaring pingsan.Kami juga terkejut melihat Zio menghampiri Bianca, yang sedang pingsan."Itu Bianca kenapa, Zi?""Kalian tolong beri dia air, dan jaket hangat" ucap Zio."Baik, tunggu" aku lalu mengambil jaket dan memberikannya pada Zio."Ini!""Makasih"Dengan sangat lembut Zio memeluk Bianca, dan menghangatkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DIA MENGIKUTIKU    CAHAYA PUTIH

    "Pendapat kalian apa? mau kayak gimana? aku ikut aja, bingung" ucap Malik pasrah pada keadaan."Sama, bingung. Tapi pendapatku mending kita tinggalin aja. Bukannya aku gak tega sama Faisal, tapi mau gimana lagi. Ini satu-satunya solusi" ucap Zio.Mereka semua saling mengajukan pendapat, hanya aku saja yang diam menyimak mereka."Fira, semua orang udah ngasih pendapat. Kamu gimana?" tanya Malik, kini giliranku memberi pendapat."Hm, ya aku setuju kalo emang harus ninggalin jasad Faisal disini""Sekarang kita cuma perlu meyakinkan Rara supaya setuju, dan ngertiin keadaan" kami semua pun berusaha membuat Rara mengerti, dan syukurlah Rara mengerti keadaan dan setuju meninggalkan jasad Faisal."Ya, aku ngerti sekarang aku setuju buat ninggalin jasad Faisal disini. Tapi kita gak boleh meninggalkan jasadnya kayak gini doang, kan?""Maksudnya kita kubur, gak tega banget kalo jasadnya harus dimakan hewan buas" lanjutnya."Bener, k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • DIA MENGIKUTIKU    EMOSI TIDAK AKAN MENYELESAIKAN MASALAH

    “lompat!” teriak Zio mengarahkan agar semua orang lompat ke jurang itu.Ketika melompat rasanya nyawa dan tubuh kami terpisah. Kami ingin segera mendarat di tanah, tapi ketinggiannya begitu dalam. Jadi tak mungkin kami bisa cepat-cepat mendarat di tanah. Setengah sadar, aku melirik ke arah Bianca, terlihat diwajahnya penuh ketakutan.Brugh, suara tabrakan tubuh kami terjatuh ke tanah. Aku merasa sangat lega, meskipun tubuh ku terasa sangat sakit, beruntung kami berada dibawah bantuan sosok itu. Jika tidak, mungkin kami akan tewas karna terjatuh dari jurang yang sangat tinggi.Kami tak sadarkan diri beberapa menit namun, sebelum itu aku melihat seorang pria berlari, aku tak tahu dia siapa. Karna aku melihatnya setengah tak sadar. Dan setelah itu aku pun tak sadarkan diri.Setelah beberapa lama aku terbangun dari pingsan karna Bianca membangunkanku, ia menepuk pelan pipiku, dan aku akhirnya bangun.“Fira, gimana rasa sakitmu?” tan

  • DIA MENGIKUTIKU    KABUT YANG TEBAL

    "Hahaha, gak asik bawa-bawa kesesat." "Bro, tolong kayak ada yang ngendaliin tubuh aku." tutur Malik, mendengar itu kami semua kaget. Kami kira Malik kesurupan "Eh, jangan bercanda kamu." "Malik, serius kamu?" "Gak lucu, deh." "Bacain ayat kursi."kami membaca beberapa doa, dan kesalnya kami ketika Malik tiba-tiba tertawa "Ahaha, mau aja kalian dikibulin sama aku." "Ish, gak lucu!" "Iya deh, iya, maaf." "Hadeuh, udah banyak candaan buat ngilangin keresahan. Tapi, kabut ini belum hilang juga" "Iya, nih. Gimana ya?" "Ada makanan gak? laper banget" "Ada nih roti, tapi cuma setengah" "Ya, gapapa" "Aul, kamu laper banget ya?" "Iya, kita udah gak makan berapa hari coba?" "Entahlah" "Nih, ada roti satu kantong lagi. Kira-kira cukup gak buat stok makan kita selama digunung?" "Kalo di gunung itu cukup, cuma sekarang kita entah lagi dimana" "Iy

  • DIA MENGIKUTIKU    CAHAYA PUTIH

    "Pendapat kalian apa? mau kayak gimana? aku ikut aja, bingung" ucap Malik pasrah pada keadaan."Sama, bingung. Tapi pendapatku mending kita tinggalin aja. Bukannya aku gak tega sama Faisal, tapi mau gimana lagi. Ini satu-satunya solusi" ucap Zio.Mereka semua saling mengajukan pendapat, hanya aku saja yang diam menyimak mereka."Fira, semua orang udah ngasih pendapat. Kamu gimana?" tanya Malik, kini giliranku memberi pendapat."Hm, ya aku setuju kalo emang harus ninggalin jasad Faisal disini""Sekarang kita cuma perlu meyakinkan Rara supaya setuju, dan ngertiin keadaan" kami semua pun berusaha membuat Rara mengerti, dan syukurlah Rara mengerti keadaan dan setuju meninggalkan jasad Faisal."Ya, aku ngerti sekarang aku setuju buat ninggalin jasad Faisal disini. Tapi kita gak boleh meninggalkan jasadnya kayak gini doang, kan?""Maksudnya kita kubur, gak tega banget kalo jasadnya harus dimakan hewan buas" lanjutnya."Bener, k

  • DIA MENGIKUTIKU    KEMATIAN FAISAL

    "Hey hentikan!" teriak Alfa kebingungan melihat Zio menghajar Bryan.Tampaknya Zio tak menghiraukan sekitar, ia terus menghajar Bryan tanpa ampun.Kami berusaha memisahkan keduanya, tapi amarah Zio begitu tak terkendali."Zio, hentikan!""Zio tolong jangan salah paham, aku tidak bermaksud untuk-" Bryan terus membela diri."Berhenti! lepaskan!" dengan susah payah Alfa dan Faisal akhirnya mampu memisahkan keduanya."Apa alasanmu menghajar Bryan, hah?" tanya Alfa dengan sedikit kesal."Kau tanyakan saja pada di brengsek itu!" sentak Zio, lalu pergi menghampiri Bianca yang sedang terbaring pingsan.Kami juga terkejut melihat Zio menghampiri Bianca, yang sedang pingsan."Itu Bianca kenapa, Zi?""Kalian tolong beri dia air, dan jaket hangat" ucap Zio."Baik, tunggu" aku lalu mengambil jaket dan memberikannya pada Zio."Ini!""Makasih"Dengan sangat lembut Zio memeluk Bianca, dan menghangatkan

  • DIA MENGIKUTIKU    DRAMA BERUJUNG BENCANA

    "Sumpah Bianca mau sampe kapan ngeselin, gini""Ngapain ngomong sendiri""Eh enggak""Sans aja kali. boleh minta tolong gak bawain sampah, disana?""Oh iya boleh, ayo"Kami semua membersihkah sampah plastik dari kemasan mie instan, dan kopi. kecuali, Bianca dan Zio. tampaknya ada percakapan penting diantara mereka."Zio, kok kamu gini sih?""Gini apa? udah cukup sabar aku sama kamu, Bi. sekarang mending kamu bantu beresin sampah""Tapi Zi?""Apaan sih, bahas ini nanti aja""Ya ampun, salah apa aku?"Zio hanya menatap malas padaku, lalu pergi menjauh....."Udah beres semua, yuk kita mulai perjalanan""Faisal sama aku didepan, terus belakang ku Fira sama Bianca, nah malik ditengah barisan. selanjutnya disambung sama Aulia, Mia, sama Rara. sisanya Zio, Bryan paling belakang""Okey, gini kan aman""Pastiin senter nyala, gantian ya nyalain nya""Iya, yuk Bismillah

  • DIA MENGIKUTIKU    SEMUA NYA MASIH BAIK-BAIK SAJA

    Seharusnya kami turun sekarang. tapi karna Bianca hilang, kami menunda perjalanan pulang."Takutnya Bianca, dia disesatin sama mereka""Mereka siapa?""Heum, ngerti kan?""Oh iya, ngerti""Masuk tenda aja yuk, disini dingin!""Ayo""Teman-teman!"Ketika kami hendak masuk tenda, terdengar suara teriakan, suaranya tak asing."Loh, Alfa? kok balik? apa Bianca udah ketemu?""Belum, tapi tenang mereka bakal nemuin Bianca segera, kok!""Aku ditugasin jaga kalian, takutnya ada hewan buas, atau hewan kecil beracun yang ganggu kalian" jelasnya."Oh, yaudah masuk tenda aja, soalnya diluar dingin banget""Diliat dari cuaca, kayaknya bakal hujan""Iya nih, takut banget. mana Bianca belum ketemu, lagi""Berdoa aja, semoga cepet ketemu"Aku hanya diam, tidak menghiraukan mereka. mereka juga sesekali bertanya padaku, namun tidak aku jawab. karna kini pikiranku hanya tertuju pada Bianca,

  • DIA MENGIKUTIKU    JANGAN JADI PEMALAS!

    Perjalanan semakin jauh, sosok itu tidak terlihat lagi. setelah sosok itu tidak terlihat, aku hanya fokus pada jalan. begitu juga dengan Zio, dan Bianca.Saat kami tengah berjalan, kami melihat ada sekumpulan pendaki lain, yang sedang beristirahat. kami pun mendatangi mereka, dengan harapan mereka bisa membantu kami.Kami yakin mereka pendaki asli, maksudnya mereka benar-benar manusia."Lihat, ada banyak pendaki disana!""Apa mereka benar-benar, pendaki?""Aku merasa iya, soalnya kita udah ada di Jalur pendaki yang bener""Iya juga sih, yuk kita samperin"Aku berjalan duluan, Bianca, dan Zio, mereka berjalan dibelakangku."Fir, kamu kenapa?""Kenapa apa?""Itu, kenapa banyak darah di bahu mu?!""Apa darah?""Iya banyak banget, kamu gak ngerasain sakit?"Mendengar ucapan Bianca, aku terkejut sekaligus heran."Enggak kok!""Ayo cepet di obatin""Kita bisa minta obat me

  • DIA MENGIKUTIKU    SIAPA SANG PETUNJUK JALAN

    "Inget ya, kita gak boleh nyerah, kita kesini bareng, pulang juga harus bareng""Iya siap, kita harus nguatin satu sama lain!""Semangat nih aku, hahaha""Harus dong, yaudah tidur besok kita pulang!"Satu persatu dari kami, mulai terlelap tidur. kami tidur hanya beralaskan daun, dan beberapa kain bekas, yang kami temukan.Saat aku sudah tertidur, tiba-tiba saja ada anak kecil, yang membangunkan ku."Kak, kakak bangun""Ehh, apa? kamu siapa?" Aku, memaksakan membuka mata.Aku belum sadar kalo ada, anak kecil itu."Kak, kalo kakak pengen nemuin jalur pendakian, besok pagi panggil aku aja, biar aku yang antar sampai tepi jalur, gimana?""Hah? mau, gimana cara aku manggil kamu?" dengan masih setengah sadar, aku menjawabnya."Panggil saja, namaku!""Siapa nama, mu?""Ragil, panggil namaku 44 kali!""Apa? sebanyak itu, mengapa?""Lakukan saja!""Ya, baiklah, baiklah"Aku

  • DIA MENGIKUTIKU    DIMANA JALURNYA?

    "Entah sampai kapan, mereka terus menganggu, kita""Sudah berapa lama, kita turun?""Kita belum juga menemukan jalur, pendakian""Benar, sepertinya kita disesatkan""Ya, aku pikir mereka hanya akan, meneror, ternyata sampai menyesatkan"Kami berbincang-bincang, dengan suara pelan. agar suasana, tidak begitu menakutkan."Oh iya, kalian jangan sampe bengong""Nanti, bisa di rasuki"Lalu terdengar, suara langkah kaki, kami merasakan dua hal, antara takut, dan senang. disatu sisi kami, takut kalo suara itu, bukanlah langkah kaki manusia. disisi lain kami, senang berfikir bahwa itu pendaki, petugas setempat"Ada suara langkah kaki, apa mereka para penghuni, atau para petugas?""Entahlah, sebaiknya kita sembunyi dulu"Kami sembunyi dibalik pepohonan, yang rimbun dengan, daun-daun."Jangan ada suara,jangan sampai terlihat, kita gak tau mereka itu manusia, atau bukan""Setidaknya, kalo m

DMCA.com Protection Status