Moa dan kakeknya langsung mengarahkan pandangan mereka ke arah pintu. Beberapa orang masuk ke dalam rumah sederhana mereka dan ini membuat Moa seketika bangkit berdiri."Siapa kalian?" tanya Moa sembari menatap wajah satu persatu pria yang ada di hadapannya. "Serahkan pria yang bersamamu itu."Tanpa menjawab pertanyaan dari Moa, salah satu pria itu mengucapkan kalimat tersebut pada Moa. "Pria siapa? Kakekku?" tanya Moa pura-pura tidak tahu siapa yang dimaksud oleh pria di hadapannya. "Jangan pura-pura tidak paham dengan apa yang kami maksudkan! Serahkan sekarang juga atau rumah ini kami hancurkan!"Telapak tangan Moa mengepal mendengar ancaman yang diberikan oleh pria berpakaian hitam tersebut. Ia melangkahkan kakinya ke arah laki-laki yang tadi mengancamnya dan menatap wajah laki-laki itu dengan tatapan marah. "Kalian masuk rumah orang tanpa permisi, membuat barang kami hancur, memaksa memberikan hal yang tidak kami miliki, kalian pikir kalian siapa? Seenaknya berbuat seperti itu
Melihat seseorang jatuh tergeletak di mulut goa, Kazumi segera bangun dan bangkit lalu memeriksa keadaan orang itu sampai akhirnya ia terkejut ternyata seseorang yang sedang pingsan tersebut ternyata adalah Moa."Moa, kamu kenapa? Astaga, tanganmu berdarah!"Panik, Kazumi segera memindahkan tubuh Moa yang pingsan ke atas tempat di mana ia tadi tidur agar Moa bisa berbaring di tempat yang lebih baik. Kazumi memeriksa luka tembak di lengan Moa hingga otak Kazumi seketika berpikir untuk membuat obat. Selama tinggal dengan Moa dan kakeknya, Kazumi sudah banyak melihat cara pembuatan obat dan untuk menghentikan pendarahan, Kazumi cukup paham jika membuatnya hingga pria itu segera mencari bahan di sekitar goa untuk membuat obat agar pendarahan di lengan Moa bisa segera berhenti.Memakai alat seadanya, Kazumi segera membuat obat ketika ia sudah menemukan bahan yang dicari. Setelah selesai, Kazumi membuka pakaian di lengan Moa agar ia bisa membalurkan obat itu dengan merata.Setelah selesai,
Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Kazumi, Moa berusaha bangkit dari posisinya, dan ia menatap Kazumi dengan tatapan mata yang penuh dengan perasaan."Kalau aku istrimu, apa yang akan kamu lakukan?""Tapi, ada wanita yang selalu berkelebat dalam ingatanku dan dia bukan kamu.""Bukan aku, lalu tadi? Siapa yang kamu mimpikan?""Kamu.""Kamu mencium dan mencumbu aku?""Sebaliknya.""Apa?""Iya. Kamu yang melakukan itu padaku, bukan aku."Astaga! Itu bukan mimpi, Kazumi, itu hal nyata yang tadi aku lakukan, dia pikir dia sedang bermimpi, sudahlah, kalau dia tau aku menciumnya tadi, aku khawatir dia mencurigaiku, aku harus bertindak perlahan karena pria ini sangat peka dalam situasi apapun....Hati Moa bicara di dalam hati sambil mengalihkan pandangannya tidak mau membalas tatapan mata Kazumi khawatir pria itu tahu apa yang tadi dilakukannya."Cuma mimpi, kan? Aku tidak mungkin melakukan itu padamu dalam keadaan seperti ini."Akhirnya, setelah berusaha mengatasi perasaannya, Moa menan
"Menikah?" ulang Kazumi dengan suara yang tergagap. "Iya. Aku tidak mau difitnah membawa lari seseorang, kalau kita menikah, semua itu tidak akan terjadi, bagaimana?""Tapi-""Kalau kamu tidak mau, ya, sudah. Aku tidak bisa bersama kamu terus karena orang-orang pasti akan menggunjingkan kita.""Tapi Moa, bukankah aku sudah menjawab pertanyaan kamu tentang perasaanku padamu? Aku sama sekali tidak merasakan apapun terhadapmu, tapi aku memang senang tinggal dengan kamu dan kakekmu.""Tidak masalah, yang penting kamu senang tinggal dengan aku dan kakek, itu sudah cukup, masalah perasaan kamu padaku, ada yang bilang cinta itu akan datang karena terbiasa, jadi suatu saat mungkin hatimu bisa mencintai aku.""Tapi bagaimana dengan kamu? Apakah ada seorang gadis yang menghabiskan waktu bersama dengan seseorang yang tidak dia sukai?""Aku menyukaimu, Jay. Dan, aku juga jatuh cinta padamu."Wajah Kazumi merah mendengar pernyataan cinta yang diucapkan dengan malu-malu oleh Moa, membuat ia memali
"Apa, kamu tidak serius, kan?" kata Kazumi sambil mengusap wajahnya dengan kasar seolah-olah ia salah tingkah dengan apa yang diucapkan dengan gamblang oleh Moa. "Ah, maaf, aku jadi wanita yang tidak tahu diri seperti ini di hadapan kamu, bukan bermaksud seperti itu, tapi, aku, aduh bagaimana ya, aku hanya enggak nyangka kamu mau menikah dengan aku, karena aku pernah ditolak!"Moa buru-buru bicara lagi agar Kazumi tidak terlanjur memberikan cap wanita murahan kepadanya."Aku sebenarnya salut kamu bisa bicara terus terang seperti itu pada seseorang, aku yakin tidak semua orang bisa melakukan hal seperti itu, termasuk aku, tapi aku bukan pria yang bisa melakukan hal demikian tanpa ikatan yang sah, maaf...."Astaga! Aku jadi malu, pria ini benar-benar sangat berwibawa, dia seorang CEO tapi dia tidak mau memanfaatkan kedudukannya untuk menindas orang lain, semakin ke sini aku semakin heran, kenapa ayahku bisa benci padanya? Padahal dia sebaik ini....Hati Moa bicara seperti itu dengan pe
Melihat hal itu, tanpa berpikir panjang, Moa ikut terjun ke laut, ia sangat khawatir kakeknya tenggelam meskipun ia tahu kakeknya bisa berenang. Tetapi, arus air laut yang sedang pasang cukup kuat hingga meskipun kakeknya pandai berenang, kakeknya yang sudah berusia lanjut tidak akan bisa mengatasi arus tersebut ketika terjatuh ke bawah.Moa yang terjun ke air segera berenang mendekati posisi tubuh kakeknya yang terombang-ambing di air, sementara itu, Alex berhasil merobohkan penjaga pintu kamar di mana kakek Moa ditahan, dan ia memaksa pemilik penginapan untuk membuka kamar tersebut. Namun, Alex terkejut karena di dalam kamar penginapan di mana kakek Moa ditahan, tidak ada pria itu di sana, dan Alex melihat jendela kamar terbuka hingga Alex sangat yakin kakek Moa melarikan diri dari kamar dengan cara melompat dari sana."Jika benar dia terjun ke laut, saya rasa sulit untuk bisa memastikan dia selamat atau tidak, karena kondisi air laut sekarang sedang pasang, arusnya kuat, dengan ko
[Saya akan menyelidikinya, Tuan, setelah selesai saya akan memberikan informasinya pada Tuan, untuk sekarang, Tuan harap hati-hati saja, besar kemungkinan mereka akan mencari celah apakah Tuan benar-benar Tuan Kazumi atau bukan]Kazaya mengakhiri percakapan setelah membaca pesan Alex seperti itu.Ia menarik napas panjang pertanda sangat lelah dengan serangkaian tugas yang diberikan oleh Alex padanya."Kenapa?" tanya Syena melihat wajah Kazaya semakin suram."Alex dan Rachel belum bisa membawa Kazumi kembali, ada sekelompok orang yang mengetahui kalau Kazumi belum ditemukan.""Berarti mereka tau kamu bukan Kazumi?""Ya, Alex bilang jangan sampai ketahuan!"Setelah bicara seperti itu, Kazaya bangkit dan berdiri membuat Syena ikut melakukan hal itu."Gue mau cari angin, lu kagak usah ikut, sebelum tengah malam mungkin gue balik.""Tapi, kamu itu harus istirahat, lho!""Hei! Lu enggak khawatir satu kamar dengan gue? Kita berlainan jenis lho, santai amat lu satu kamar dengan gue!""Ya, ma
Mendengar apa yang dikatakan oleh Vivian, Jee tertawa, ia melipat kedua tangannya di dada dan menatap lurus ke arah Vivian."Ngapain lu mau ketemu dia?" tanyanya dengan nada suara yang terdengar dingin pertanda saat ini, Jee sedang berusaha untuk menahan diri agar dirinya tidak emosi."Dia siapa?"Vivian masih pura-pura untuk tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Jee. "Jangan pura-pura kagak paham dengan apa yang gue maksud, deh! Mau gue kepret lu?""Ya, tapi siapa tahu aja kamu salah, emangnya orang luar Kalimantan enggak boleh datang ke Kalimantan?" "Gue kagak pernah salah dalam menebak, tau! Lu mau ketemu sama Mitha, kan? Ngapain? Bikin masalah? Pengen gue tabok lu?""Aku hanya punya sesuatu yang ingin aku bahas sama dia.""Tentang apa?""Ini bukan urusanmu, kan?""Kalo nyangkut dia, itu jadi urusan gue!""Kamu itu cuma mantan dia, kan? Aku sudah menyelidiki seluk beluk masalalu perempuan itu, kamu hanya mantan dia, kenapa kamu bersikap seolah-olah kamu itu suami dia?" "Lu
Pria itu menghela napas panjang mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Rachel padanya."Aku khawatir apa yang pernah aku lakukan di masalalu berdampak tidak baik untuk Kazumi.""Apa? Memangnya, Papi melakukan apa hingga sekhawatir itu pada Kazumi?"Karena tidak pernah tahu masalah tersebut, Rachel melontarkan pertanyaan itu dengan ekspresi wajah yang terlihat terkejut sekaligus khawatir."Iya. Saat Kazumi baru pertama kali terjun ke dunia bisnis atas permintaanku, aku bekerja sama dengan sebuah perusahaan luar negeri yang memproduksi sebuah suplemen khusus pria, agar pria tidak bisa memberikan keturunan.""Kenapa ada perusahaan seperti itu? Memangnya ada orang yang tidak mau memiliki keturunan?"Rachel semakin penasaran untuk tahu banyak apa yang terjadi di masa lalu antara Kazumi dengan ayahnya."Ada, tapi perusahaan ini tidak beroperasi secara terang-terangan, alias tidak mengantongi surat izin, tapi karena bantuan dari organisasi yang besar dan berpengaruh, perusahaan itu aman
"Aku berjanji, Tuan!""Baiklah. Lakukan apa yang aku perintahkan, setelah itu aku akan memberitahumu di mana nanti aku akan tinggal.""Tapi, Tuan....""Ada apa lagi?""Kenapa harus meninggalkan rumah? Meskipun Tuan mengundurkan diri dari perusahaan, bukankah Tuan tidak perlu melakukan hal itu? Rumah itu adalah rumah Tuan juga, Tuan seharusnya tetap di situ saja.""Aku sudah memutuskan, Alex. Jadi kau ikuti saja apa yang sudah aku rencanakan. Pergilah. Temui mereka dan pastikan mereka menanda tangani berkas itu."Alex akhirnya mengalah. Tidak bisa lagi membujuk Kazumi, untuk mendengarkan apa yang ia sarankan, hingga akhirnya pria itu beranjak keluar sambil membawa berkas berbungkus coklat itu untuk dibawanya pada para istri Kazumi, agar proses perceraian majikan mudanya itu segera selesai. Ia meminta rekannya untuk menjaga Kazumi selama ia pergi lagi, setelah itu ia ke ruang rawat inap Kazaya karena sejak di ruang rawat inap Kazumi, Kazaya terus saja menelponnya."Bagaimana, Alex? Apa
Rekan Alex yang ditugaskan untuk menjaga Kazaya segera masuk ke dalam ruangan di mana Kazaya dirawat ketika ia melihat majikannya terjatuh."Tuan, kembali berbaring, Tuan, Tuan masih perlu banyak istirahat!" pinta laki-laki itu pada Kazaya, tapi Kazaya tetap ingin melepaskan cengkraman tangan anak buah ayahnya itu agar ia bisa keluar dari ruangan rawat inapnya."Gue harus mencari Syena, lepasin gue!" kata Kazaya sembari terus memberontak, tapi anak buah ayahnya itu tidak mau melepaskan cengkeramannya pada Kazaya hingga Kazaya tidak bisa melepaskan diri dari cengkraman tersebut lantaran jika ia memaksa melakukan pergerakan bagian tubuhnya yang terluka akan terasa sakit."Tetaplah di sini, Tuan. Biarkan Alex yang melakukan apa yang Tuan inginkan!" pinta anak buah ayah Kazaya dan terpaksa, Kazaya menurut karena untuk memaksa pun ia sudah tidak punya kekuatan lagi."Katakan pada Alex, dia harus bisa menemukan Syena secepatnya!" perintah Kazaya dan perintah itu hanya diiyakan oleh anak bua
"Jangan sok tahu! Syena itu istri lu, buat apa gue suka sama bekas lu!""Jaga ucapan kamu!"Nada suara Kazumi terdengar meninggi ketika ia mengucapkan kalimat tersebut pada Kazaya.Matanya menatap tidak suka ke arah Kazaya pertanda Kazumi tidak mau Kazaya bicara seperti itu tentang Syena. "Syena bukan barang bekas, aku tidak pernah menyentuhnya, sekalipun aku ingin menyentuhnya saat aku dulu suka padanya, tapi aku tidak pernah memanfaatkan status pernikahan kami untuk melakukan apa yang biasa para pria lakukan, jadi, Zaya. Sebelum kamu menyesal sudah menyepelekan perasaanmu sendiri, maka lebih baik kau katakan padanya bahwa kau menyukainya, aku akan menggelar konferensi pers untuk mengatakan Syena hanya istri kontrak agar saat kalian bersama, dia tidak menjadi bahan pembicaraan orang lain karena menikah dengan kita berdua!"Setelah bicara demikian pada Kazaya, Kazumi berbalik dan melangkah meninggalkan Kazaya yang hanya bisa diam mendengar ucapan panjang yang tadi dilontarkannya.Kaz
Mendengar apa yang diucapkan oleh Rachel, Kazumi terdiam. Membuat Rachel semakin berani melanjutkan ucapannya agar ia bisa membujuk Kazumi tidak menceraikannya."Zumi. Sudah saatnya kamu hidup sesuai dengan apa yang kau inginkan, menjadi CEO bukan sesuatu yang kamu inginkan, bukan? Sudahi saja. Tidak perlu memaksakan diri, jika Kazaya sudah bersedia menggantikanmu, biarkan dia yang melakukan itu, dan tugasmu selama ini sudah selesai...."Rachel kembali bicara, dengan nada suara yang lembut supaya apa yang ia katakan tidak membuat Kazumi merasa tertekan."Kapan Kazaya bicara seperti itu padamu?" tanya Kazumi setelah beberapa saat lamanya ia hanya diam meskipun Rachel menunggunya untuk menanggapi apa yang dikatakannya."Kamu enggak percaya Kazaya bicara seperti itu padaku?""Kamu mendengarnya langsung?""Ya!""Bisa kau menyingkir?""Kamu mau apa?""Aku ingin menemuinya, bukankah dia juga dirawat di rumah sakit ini?""Kamu masih lemah, tidak usah banyak bergerak dulu.""Aku ingin bicara
Kazumi melotot mendengar saran yang diberikan oleh Alex padanya. "Jangan kurang ajar, Alex. Kau mau membantuku, atau tidak?" katanya dengan gusar, dan terpaksa, Alex akhirnya melakukan apa yang diperintahkan oleh Kazumi padanya.Setelah membantu Kazumi untuk lepas dari pelukan Rachel, Alex membimbing Kazumi untuk duduk di sofa sambil membawa tiang infus majikannya tersebut.Wajah Kazumi terlihat kacau. Alex bisa menerka apa yang membuat wajah majikannya itu sampai demikian hingga ia merasa, majikannya itu tidak seharusnya demikian jika memang sudah memiliki perasaan pada sang istri pertama."Apa yang membuatmu ke sini?" tanya Kazumi membuyarkan lamunan Alex tentang dirinya."Aku ingin mengabarkan tentang apa yang dilakukan oleh Raditya, dia berhasil meyakinkan sejumlah pebisnis untuk menyetujui tentang Tuan yang harus melakukan penjelasan tentang apa yang belakangan terjadi, terutama tentang Tuan yang diinginkan oleh Ernesto.""Dengan kata lain, para pemegang saham dan pesaing bisni
Kazumi sangat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Rachel. Kedua tangannya memegang pundak Rachel dan bersiap untuk mendorong tubuh sang istri, tapi Rachel yang tahu apa yang dipikirkan oleh sang suami tidak membiarkan itu terjadi.Ia justru menekan tengkuk Kazumi dengan tangannya hingga ciuman mereka semakin dalam dan pertahanan Kazumi musnah seketika. Jika tadi, Kazumi ingin menolak apa yang dilakukan oleh istrinya pada bibirnya, kali ini tidak. Ciuman Rachel pun disambut oleh Kazumi dan itu membuat Rachel semakin menggila karena hal tersebut.Kedua tangannya mencoba untuk membuka pakaian rumah sakit yang dikenakan oleh Kazumi meskipun mereka masih intens berciuman. Hingga akhirnya, Kazumi tersadar mereka sedang di mana dan ia mendorong tubuh Rachel seketika sampai ciuman mereka terlepas.Napas keduanya memburu, tapi Rachel tidak mau beranjak dari atas tubuh Kazumi meskipun sekarang ia tidak lagi mencium bibir sang suami."Menyingkirlah, kalau ada yang melihat apa kau tidak mal
Kazumi terdiam sejenak mendengar isi pertanyaan yang diajukan oleh Alex. Membuat Alex curiga, Kazumi melakukan hal itu hanya karena emosi sesaat atau pemikiran yang tidak dipikirkan dengan matang."Tuan. Aku tahu, sebenarnya, Tuan sudah mulai mencintai Nona Rachel, bukan? Saat kita di dalam mobil dan kita dikejar helikopter Michael, aku melihat tatapan Tuan pada Nona Rachel itu berbeda dari biasanya...."Alex memberanikan diri untuk mengatakan apa yang ada di dalam hatinya hingga Kazumi mengusap wajahnya dengan kasar mendengar kesimpulan yang diucapkan oleh Alex."Sebenarnya, aku juga tidak paham dengan apa yang aku rasakan sekarang, tapi, Alex saat ini situasi sedang tidak baik untuk memikirkan masalah itu, aku tidak tahu, apakah aku mulai jatuh cinta pada Rachel, tapi yang jelas, aku merasa, perasaanku padanya menjadi penting, jadi aku ingin melakukan sesuatu agar dia tidak kenapa-kenapa.""Dengan cara, menceraikan Nona Rachel?""Beberapa saat yang lalu, mertuaku menghubungi aku, d
"Dengan kata lain, kamu ingin memimpin perusahaan seorang diri tanpa mau berbagi dengan Kazumi?" tanya Rachel dengan hati-hati, khawatir Kazaya justru tersinggung mendengar apa yang ia tanyakan."Ya. Sudah jelas?"Masa Kazaya pikirannya se-serakah itu? Rasanya enggak mungkin, tapi dia sendiri yang mengatakan hal seperti itu, masa dia berbohong supaya tidak dimintai tolong?Kembali Rachel membatin, dan akhirnya perempuan itu beranjak keluar dari ruangan rawat inap Kazaya setelah lagi-lagi, Kazaya memintanya untuk keluar.Di luar, Rachel berusaha untuk mencari Syena. Perempuan itu awalnya sulit untuk menemukan keberadaan Syena, tapi kemudian, Rachel menemukan Syena keluar dari mushola rumah sakit. Cepat ia menghampiri wanita yang awalnya sangat ia benci karena mengira Syena merebut Kazumi darinya."Lukamu bagaimana? Kenapa kamu tidak di ruang rawat inap aja?"Rachel bertanya sambil meneliti kaki Syena."Aku sudah baikan, kok, tinggal pemulihan, aku juga sudah mengurus semuanya untuk pu