Melihat seseorang jatuh tergeletak di mulut goa, Kazumi segera bangun dan bangkit lalu memeriksa keadaan orang itu sampai akhirnya ia terkejut ternyata seseorang yang sedang pingsan tersebut ternyata adalah Moa."Moa, kamu kenapa? Astaga, tanganmu berdarah!"Panik, Kazumi segera memindahkan tubuh Moa yang pingsan ke atas tempat di mana ia tadi tidur agar Moa bisa berbaring di tempat yang lebih baik. Kazumi memeriksa luka tembak di lengan Moa hingga otak Kazumi seketika berpikir untuk membuat obat. Selama tinggal dengan Moa dan kakeknya, Kazumi sudah banyak melihat cara pembuatan obat dan untuk menghentikan pendarahan, Kazumi cukup paham jika membuatnya hingga pria itu segera mencari bahan di sekitar goa untuk membuat obat agar pendarahan di lengan Moa bisa segera berhenti.Memakai alat seadanya, Kazumi segera membuat obat ketika ia sudah menemukan bahan yang dicari. Setelah selesai, Kazumi membuka pakaian di lengan Moa agar ia bisa membalurkan obat itu dengan merata.Setelah selesai,
Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Kazumi, Moa berusaha bangkit dari posisinya, dan ia menatap Kazumi dengan tatapan mata yang penuh dengan perasaan."Kalau aku istrimu, apa yang akan kamu lakukan?""Tapi, ada wanita yang selalu berkelebat dalam ingatanku dan dia bukan kamu.""Bukan aku, lalu tadi? Siapa yang kamu mimpikan?""Kamu.""Kamu mencium dan mencumbu aku?""Sebaliknya.""Apa?""Iya. Kamu yang melakukan itu padaku, bukan aku."Astaga! Itu bukan mimpi, Kazumi, itu hal nyata yang tadi aku lakukan, dia pikir dia sedang bermimpi, sudahlah, kalau dia tau aku menciumnya tadi, aku khawatir dia mencurigaiku, aku harus bertindak perlahan karena pria ini sangat peka dalam situasi apapun....Hati Moa bicara di dalam hati sambil mengalihkan pandangannya tidak mau membalas tatapan mata Kazumi khawatir pria itu tahu apa yang tadi dilakukannya."Cuma mimpi, kan? Aku tidak mungkin melakukan itu padamu dalam keadaan seperti ini."Akhirnya, setelah berusaha mengatasi perasaannya, Moa menan
"Menikah?" ulang Kazumi dengan suara yang tergagap. "Iya. Aku tidak mau difitnah membawa lari seseorang, kalau kita menikah, semua itu tidak akan terjadi, bagaimana?""Tapi-""Kalau kamu tidak mau, ya, sudah. Aku tidak bisa bersama kamu terus karena orang-orang pasti akan menggunjingkan kita.""Tapi Moa, bukankah aku sudah menjawab pertanyaan kamu tentang perasaanku padamu? Aku sama sekali tidak merasakan apapun terhadapmu, tapi aku memang senang tinggal dengan kamu dan kakekmu.""Tidak masalah, yang penting kamu senang tinggal dengan aku dan kakek, itu sudah cukup, masalah perasaan kamu padaku, ada yang bilang cinta itu akan datang karena terbiasa, jadi suatu saat mungkin hatimu bisa mencintai aku.""Tapi bagaimana dengan kamu? Apakah ada seorang gadis yang menghabiskan waktu bersama dengan seseorang yang tidak dia sukai?""Aku menyukaimu, Jay. Dan, aku juga jatuh cinta padamu."Wajah Kazumi merah mendengar pernyataan cinta yang diucapkan dengan malu-malu oleh Moa, membuat ia memali
"Apa, kamu tidak serius, kan?" kata Kazumi sambil mengusap wajahnya dengan kasar seolah-olah ia salah tingkah dengan apa yang diucapkan dengan gamblang oleh Moa. "Ah, maaf, aku jadi wanita yang tidak tahu diri seperti ini di hadapan kamu, bukan bermaksud seperti itu, tapi, aku, aduh bagaimana ya, aku hanya enggak nyangka kamu mau menikah dengan aku, karena aku pernah ditolak!"Moa buru-buru bicara lagi agar Kazumi tidak terlanjur memberikan cap wanita murahan kepadanya."Aku sebenarnya salut kamu bisa bicara terus terang seperti itu pada seseorang, aku yakin tidak semua orang bisa melakukan hal seperti itu, termasuk aku, tapi aku bukan pria yang bisa melakukan hal demikian tanpa ikatan yang sah, maaf...."Astaga! Aku jadi malu, pria ini benar-benar sangat berwibawa, dia seorang CEO tapi dia tidak mau memanfaatkan kedudukannya untuk menindas orang lain, semakin ke sini aku semakin heran, kenapa ayahku bisa benci padanya? Padahal dia sebaik ini....Hati Moa bicara seperti itu dengan pe
Melihat hal itu, tanpa berpikir panjang, Moa ikut terjun ke laut, ia sangat khawatir kakeknya tenggelam meskipun ia tahu kakeknya bisa berenang. Tetapi, arus air laut yang sedang pasang cukup kuat hingga meskipun kakeknya pandai berenang, kakeknya yang sudah berusia lanjut tidak akan bisa mengatasi arus tersebut ketika terjatuh ke bawah.Moa yang terjun ke air segera berenang mendekati posisi tubuh kakeknya yang terombang-ambing di air, sementara itu, Alex berhasil merobohkan penjaga pintu kamar di mana kakek Moa ditahan, dan ia memaksa pemilik penginapan untuk membuka kamar tersebut. Namun, Alex terkejut karena di dalam kamar penginapan di mana kakek Moa ditahan, tidak ada pria itu di sana, dan Alex melihat jendela kamar terbuka hingga Alex sangat yakin kakek Moa melarikan diri dari kamar dengan cara melompat dari sana."Jika benar dia terjun ke laut, saya rasa sulit untuk bisa memastikan dia selamat atau tidak, karena kondisi air laut sekarang sedang pasang, arusnya kuat, dengan ko
[Saya akan menyelidikinya, Tuan, setelah selesai saya akan memberikan informasinya pada Tuan, untuk sekarang, Tuan harap hati-hati saja, besar kemungkinan mereka akan mencari celah apakah Tuan benar-benar Tuan Kazumi atau bukan]Kazaya mengakhiri percakapan setelah membaca pesan Alex seperti itu.Ia menarik napas panjang pertanda sangat lelah dengan serangkaian tugas yang diberikan oleh Alex padanya."Kenapa?" tanya Syena melihat wajah Kazaya semakin suram."Alex dan Rachel belum bisa membawa Kazumi kembali, ada sekelompok orang yang mengetahui kalau Kazumi belum ditemukan.""Berarti mereka tau kamu bukan Kazumi?""Ya, Alex bilang jangan sampai ketahuan!"Setelah bicara seperti itu, Kazaya bangkit dan berdiri membuat Syena ikut melakukan hal itu."Gue mau cari angin, lu kagak usah ikut, sebelum tengah malam mungkin gue balik.""Tapi, kamu itu harus istirahat, lho!""Hei! Lu enggak khawatir satu kamar dengan gue? Kita berlainan jenis lho, santai amat lu satu kamar dengan gue!""Ya, ma
Mendengar apa yang dikatakan oleh Vivian, Jee tertawa, ia melipat kedua tangannya di dada dan menatap lurus ke arah Vivian."Ngapain lu mau ketemu dia?" tanyanya dengan nada suara yang terdengar dingin pertanda saat ini, Jee sedang berusaha untuk menahan diri agar dirinya tidak emosi."Dia siapa?"Vivian masih pura-pura untuk tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Jee. "Jangan pura-pura kagak paham dengan apa yang gue maksud, deh! Mau gue kepret lu?""Ya, tapi siapa tahu aja kamu salah, emangnya orang luar Kalimantan enggak boleh datang ke Kalimantan?" "Gue kagak pernah salah dalam menebak, tau! Lu mau ketemu sama Mitha, kan? Ngapain? Bikin masalah? Pengen gue tabok lu?""Aku hanya punya sesuatu yang ingin aku bahas sama dia.""Tentang apa?""Ini bukan urusanmu, kan?""Kalo nyangkut dia, itu jadi urusan gue!""Kamu itu cuma mantan dia, kan? Aku sudah menyelidiki seluk beluk masalalu perempuan itu, kamu hanya mantan dia, kenapa kamu bersikap seolah-olah kamu itu suami dia?" "Lu
Kakek Moa bicara pada dirinya sendiri sambil terus mengamati aktivitas yang dilakukan oleh Moa dan Kazumi yang terlihat sekali membuat cucunya menjadi sangat bahagia. "Andai saja pria bernama Kazumi itu tidak hilang ingatan dan belum menikah, aku mungkin merestui mereka berdua bersama, tapi masalahnya pria itu sudah menikah, aku sangat khawatir, Moa nanti akhirnya hanya jadi patah hati, apa yang harus aku lakukan?"Kembali kakek Moa bicara pada dirinya sendiri, dan akhirnya ia tidak lagi memperhatikan aktivitas yang dilakukan oleh Moa dan Kazumi karena semakin dilihat aktivitas mereka semakin manis dan ia bisa melihat raut bahagia terpancar di wajah sang cucu, hingga itu membuat perasaannya sesak. "Kamu pintar masak, Jay! Apakah waktu belum amnesia kamu juga bisa masak?" tanya Moa dengan takjub ketika mencicipi udang saus tiram yang dimasak oleh Kazumi ternyata rasanya sangat lezat."Aku tidak tahu.""Gitu ya, ya, udah, enggak papa, makasih ya, udah masak buat aku dan kakek!" "Sama
"Kau mau bicara tidak?" Terpaksa, Rachel meraih ponsel itu dan menempelkannya ke salah satu telinganya agar ia bisa bicara dengan Kazumi yang sudah dihubungkan oleh Michael.{Rachel, pulanglah. Aku akan menyusulmu pulang setelah urusanku dengan Tuan Ernesto selesai, kau tidak perlu khawatir}Suara Kazumi terdengar di seberang sana membuat Rachel menarik napas panjang lantaran tidak suka Kazumi bicara seperti itu padanya.{Kenapa kamu suka sekali membuat keputusan tanpa mempertimbangkannya dahulu denganku? Aku mau pulang atau tidak, kau perlu berdiskusi dengan aku, Zumi!}{Tidak ada yang perlu didiskusikan, kau seorang istri, aku suami, aku lebih berhak membuat keputusan dibandingkan dirimu}{Kau, tidak menganggap aku istrimu, karena aku merasa, tidak diperlakukan sebagai istri}{Terserah, apa katamu, sekarang pulang saja, aku tidak mau mendengar apapun bantahan darimu}Pembicaraan diakhiri. Rachel masih ingin bicara dengan sang suami, tapi Kazumi sudah mengakhiri percakapan mereka hi
"Ya, Kazumi memutuskan untuk tidak mau melukis lagi, karena itu ada hubungannya dengan kematian ibunya, untuk lebih detailnya aku tidak terlalu tahu, tapi yang aku tahu, itulah alasannya.""Jadi, apakah kemungkinan karena itu, Kazumi selalu mengatakan dia bukan pembunuh? Kematian ibunya ada hubungannya dengan dia dan lukisannya, apakah benar begitu?""Mungkin....""Apakah menurut Bang Andreas, Kazumi memang membunuh ibunya?""Kurasa tidak, tapi untuk kecelakaan yang disebabkan olehnya bisa saja seperti itu.""Jadi, Kazumi menyimpan perasaan bersalah, hingga ia tidak mau melukis lagi?""Sepertinya begitu.""Terima kasih, Bang Andreas mau mengatakan hal ini padaku.""Lalu, apa yang kamu maksud dengan hal yang rahasia itu?"Syena menarik napas panjang mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Andreas."Pernikahan antara aku dan Kazumi itu hanya pernikahan kontrak, Bang. Aku menikah dengan Kazumi untuk menepis kabar buruk bahwa Kazumi datang ke tempat hiburan malam karena ingin memburu Rac
"Darimana Bang Andreas membuat kesimpulan kalau aku menyukai Kazaya?" tanya Syena setelah beberapa saat ia terdiam."Sejak aku melihat kalian kerap tampil bersama, aku sudah tahu ada yang aneh dari sikapmu padanya.""Bagaimana kau tahu bahwa itu Kazaya?" tanya Syena sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Andreas."Aku sangat tahu Kazumi, jadi aku bisa membedakan antara Kazumi dengan Kazaya.""Jadi, saat aku dan Kazaya tampil bersama untuk kepentingan kantor, Bang Andreas sudah tahu bahwa itu bukan Kazumi?""Ya!""Kenapa Bang Andreas tidak membocorkan kebohongan kami?""Kau pikir aku sepicik itu? Aku tidak membocorkan karena kebohongan kalian pasti ada alasannya, saat itu Kazumi belum ditemukan, untuk membuat rekan bisnis Kazumi tenang, kalian meminta Kazaya untuk menyamar jadi Kazumi, bukan?"Andreas memang bukan orang yang sederhana, dia tahu sejak awal bahwa Kazaya menyamar menjadi Kazumi, artinya dia memang benar-benar paham perbedaan Kazumi dengan Kazaya, berarti, dia mem
Syena menarik napas mendengar beberapa pertanyaan yang diucapkan oleh Andreas. Hingga akhirnya...."Ya. Aku pernah menanyakan masalah ini pada Alex, tapi, Alex tidak mau menjawab. Aku tidak tahu pasti mengapa ia tidak mau menjawab pertanyaanku mengenai hal itu, yang jelas, aku sudah pernah melakukannya."Andreas menatap wajah Syena untuk sesaat setelah perempuan itu menuntaskan ucapannya."Kazumi dulu senang melukis, lukisannya sangat bagus dan bernilai seni tinggi, almarhum ibunya memang sangat menyukai lukisan, karena itulah Kazumi berusaha untuk membuat ibunya senang dengan terus melukis apapun yang diinginkan oleh ibunya."Perlahan, Andreas mulai bercerita, Syena memasang telinga dengan baik, tidak mau terlewat sedikitpun untuk mendengarkan hal yang diceritakan oleh Andreas."Apakah selain melukis, Kazumi juga berniat untuk menjadi penerus ayahnya?""Sebenarnya tidak.""Abang tau darimana?""Aku pernah mendengar Kazumi bergumam pada dirinya sendiri waktu itu, bahwa sebenarnya ia
"Banyak keuntungan yang akan kau dapatkan, jika kau bergabung dengan kami, Kazumi, terutama untuk perusahaanmu, akan berkembang pesat sampai ke luar negeri jika kau mau patuh dengan apa yang dikatakan oleh bos kami.""Jadi, bebaskan Rachel dan keluargaku, jangan sentuh mereka, apakah kau bisa memastikan hal itu?""Asalkan kau mau menuruti apa kata bos kami, apapun yang kau inginkan, bisa dipertimbangkan.""Jadi, tunggu apalagi? Aku setuju untuk bergabung dengan kalian, tapi bebaskan Rachel, kembalikan dia ke rumah, setelah kalian mengembalikan dia ke rumah, aku baru bisa menyetujui keinginan kalian."Michael membalikkan tubuhnya dan menatap Kazumi dengan tatapan mata serius. "Kau tidak main-main dengan hal ini, bukan?""Bukankah syarat dari kalian hanya dengan cara aku bergabung dengan kalian? Jika aku bergabung, biarkan keluargaku bebas, jangan sentuh mereka!""Baiklah. Aku akan berkomunikasi dengan Tuan Ernesto dulu, kau bisa memastikan bahwa istrimu kembali ke rumah telpon saja di
"Maaf, tapi itulah yang aku rasakan."Moa menarik napas panjang. Ingin membantah, tapi ia tidak bisa. Karena apa yang dipikirkan oleh Zill sebenarnya juga tengah ia pikirkan, hanya saja, Moa tidak mau mengiyakan karena ia merasa itu hanya pikirannya saja."Jadi, apakah kau punya saran?" tanyanya pada Zill."Kau yakin akan bertahan dengan pernikahan yang seperti itu?""Apa maksudmu?""Maksudku, kau yakin, akan bertahan hidup dengan Kazumi sementara pernikahan kamu dan dia bisa dikatakan tidak sah?""Tidak sah bagaimana? Aku dan Kazumi benar-benar dinikahkan oleh penghulu, bagaimana mungkin kau mengatakan bahwa pernikahan kami tidak sah?""Dia hilang ingatan, apakah layak kau menikah dengan seseorang yang sedang amnesia?"Telapak tangan Moa mengepal mendengar apa yang dikatakan oleh Zill. "Kita pernah membahas masalah ini, tapi kamu tetap tidak peduli, sekarang aku kembali membahasnya agar aku yakin, kamu memang benar-benar tidak peduli.""Sudahlah. Itu masalahku, kau tidak perlu ikut
"Tunggu! Apa yang akan kau lakukan?!" tahan Kazumi dengan suara yang meninggi hingga pergerakan Rachel ke arah pintu terhenti seketika."Aku sudah mengatakannya dengan jelas padamu, itulah yang akan aku lakukan!""Tidak bisakah kamu diam saja di sana? Aku berusaha untuk tidak membuat Yurata marah, kenapa kau justru bersikap seperti ini?""Karena aku tidak suka kamu memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin kau lakukan!""Memangnya kau tahu aku tidak mau melakukan itu? Aku hanya sedikit canggung karena lama tidak melukis. Bukan tidak mau melukis!""Benarkah? Berarti, kau mengakui bahwa kau memang pandai melukis?""Melukis itu semua orang bisa, Rachel, kalau dia mau.""Tidak. Buktinya aku tidak bisa melukis."Kazumi ingin menanggapi apa yang dikatakan oleh Rachel, tapi tiba-tiba saja pintu dibuka dari luar dan beberapa pria masuk ke dalam hingga membuat Rachel dan Kazumi mengira mereka adalah orang-orang Yurata. Namun, ketika mereka tanpa bicara mencekal pergelangan tang
Pertanyaan Rachel dibarengi dengan tatapan mata Rachel pada mata Kazumi yang saat itu mau tidak mau juga menatap istrinya. Kazumi ingin mengatakan tidak, tapi sentuhan jemari tangan Rachel pada rahangnya membuat ia sulit untuk bicara. Sementara itu, jantungnya berdebar kencang, seiring napas Rachel yang menyapa wajahnya disertai sentuhan jemari tangan perempuan itu pada rahangnya. "Aku...."Ucapan Kazumi terhenti ketika tiba-tiba saja, Rachel mencium bibirnya. Satu tangan perempuan itu menarik tengkuk Kazumi agar posisi bibir mereka tetap bertahan seperti itu tanpa terlepaskan. Kazumi merasa sekujur tubuhnya mendadak kaku. Sementara itu, Rachel yang sudah mendaratkan ciumannya pada bibir Kazumi perlahan bergerak mencium lebih dalam lagi. Rachel tidak tahu, sejak kapan ia seperti itu, mampu mengabaikan perasaan malunya untuk menyentuh laki-laki terlebih dahulu, tapi yang jelas yang ada di otaknya hanya satu, ia melakukan itu karena Kazumi ingin mengakhiri pernikahan mereka. Meskip
"Lu, mau ikut? Apa yang bisa lu lakukan kalau lu ikut?" kata Kazaya dengan nada suara yang datar, dan Syena tahu ia sedang diremehkan oleh Kazaya. Namun, ia tetap tidak mau peduli dengan sikap Kazaya yang seperti itu padanya."Mungkin aku tidak bisa banyak membantu, tapi, aku akan-""Lupakan! Bawa cewek bikin gue susah bergerak, lu di rumah aja, jaga situasi di rumah tetap stabil, karena bukan kagak mungkin, relasi bisnis bokap gue akan bereaksi."Setelah bicara seperti itu pada Syena, Kazaya beranjak tanpa peduli Alex dan Syena yang sebenarnya masih tak setuju dengan apa yang dikatakannya tadi.Pria itu tidak bisa ditahan oleh Syena maupun Alex dan beberapa saat kemudian, ia sudah pergi meninggalkan rumah dengan motornya.Sepeninggal Kazaya, Alex segera menegaskan pada Syena untuk melakukan hal yang dikatakan oleh Kazaya tadi padanya. Sementara ia sendiri juga mulai melakukan pelacakan, siapa orang-orang yang membawa Kazumi, apakah benar Kazumi dan Rachel sedang dibawa oleh orang-ora