"Gue ngebantu Kazumi mengklarifikasi gosip yang kagak bener, karena sekarang dia lagi kagak bisa datang, gue yang datang, karena kalo kagak macam itu, semua wartawan itu bakal percaya begitu aja dengan kesaksian mertuanya itu."Akhirnya, Kazaya memilih jujur, sebab, ia sudah terjebak dengan kebohongannya sendiri saat tadi ia berusaha untuk berbohong dan ternyata Andreas tahu ia sedang berbohong, jika ia berbohong lagi, Kazaya khawatir Andreas justru semakin ilfil dengannya dan ia tidak mau itu terjadi."Saudara kembar yang baik."Apakah jawaban gue bikin dia puas?Ada pertanyaan itu diucapkan oleh Kazaya di dalam hati ketika mendengar Andreas mengatakan bahwa ia saudara kembar yang baik setelah ia usai dengan jawaban atas pertanyaannya Andreas tadi padanya."Jadi, bisakah lu menanggapi tentang apa yang gue niatkan tadi?""Siapa yang memandang remeh tentang hobi melukismu?"Andreas tidak menjawab pertanyaan Kazaya meskipun ia puas dengan jawaban yang diucapkan Kazaya tadi padanya.Aduh
"Zumi, kamu jangan salah paham, aku enggak melakukan sesuatu yang sekiranya membahayakan kamu, aku hanya ingin membantumu."Tergagap, Rachel mengucapkan kata-kata itu pada Kazumi sembari terus mundur ke belakang. "Membantuku? Membantu apa? Kau hanya membantu dirimu sendiri, karena kau birahi lalu kau menyentuhku untuk memuaskan kamu, kan?""Enggak! Itu enggak benar!" bantah Rachel cepat. Meskipun sebenarnya iya juga sih, tapi bukan karena pikiranku kotor seluruhnya sampai aku melakukan hal itu padamu, Zumi....Bantahan Rachel disambung dengan ucapan perempuan itu di dalam hati, hingga Rachel mengalihkan pandangannya, tidak mau menentang tatapan mata Kazumi yang sangat tajam menatapnya."Kamu setiap malam gelisah, terkadang, kamu sampai seperti merintih seperti anak kecil yang dihajar, aku enggak tega melihat kamu yang seperti itu setiap malam, Zumi, karena itulah, aku memelukmu, aku hanya memelukmu untuk membuat kamu merasa nyaman, aku enggak melakukan hal lain selain memelukmu saja
Setelah bicara demikian, Kazaya memaksa Kazumi untuk keluar dari kamarnya sesegera mungkin. Kazumi terpaksa keluar dari kamar Kazaya karena kekuatan Kazaya yang dikerahkan Kazaya disertai dengan luapan emosi Kazaya tentang gagalnya ia melakukan pembahasannya dengan Andreas, membuat pria itu jadi sulit untuk dicegah."Tuan tidak apa-apa?" tanya Alex pada Kazumi setelah Kazaya menutup pintu kamarnya dengan kasar setelah berhasil mengeluarkan Kazumi dari kamarnya."Dia tidak mau melepas tindiknya itu agar wartawan tidak bertanya-tanya, Alex.""Tuan, menurut saya, Tuan Kazaya tidak perlu melakukan itu, yang perlu melakukan itu adalah Tuan sendiri karena sudah terpublikasi di depan wartawan Tuan memakai tindik karena Tuan Kazaya yang menjadi Tuan, jika Tuan tiba-tiba melepaskannya, rasanya akan mengundang reaksi wartawan dan mereka bisa berpikir yang aneh-aneh.""Tindik itu bisa dilepaskan, tinggal katakan saja bahwa aku hanya memakai sesekali.""Bagaimana jika mereka melihat Tuan Kazaya?
Kali ini, Kazaya bersikap jutek kembali pada Syena. Tidak seperti sebelumnya saat menjalankan tugas dari Rachel. Wajah dan senyum manis Kazaya musnah berganti dengan wajah yang terlihat dingin tanpa senyum sama sekali. Syena mengira perubahan itu terjadi karena ia nekat mencium Kazaya waktu itu, padahal yang sebenarnya, Kazaya tidak pernah bersikap ramah dengan Syena lantaran memang ia tidak suka dengan perempuan yang mau dijadikan istri kedua."Aku minta maaf, waktu itu aku tegang, aku tidak pernah berada di dalam situasi seperti itu, aku cuma enggak mau semua jadi kacau karena ayahku, sampai aku nekat melakukan hal itu dan aku cuma mikirin agar perusahaan kalian itu enggak kena imbasnya.""Yang benar, perusahaan Kazumi bukan gue, sudahlah, jauh-jauh dari gue, gue kagak mau berinteraksi dengan lu lagi!"Kazaya tidak mau menerima semua penjelasan Syena. Pemuda itu berlalu dengan terburu-buru meninggalkan Syena yang hanya bisa mengusap dada karena tidak menyangka Kazaya tidak mau men
Bertrand yang disapa Andreas terlihat terkejut melihat Andreas. Ia buru-buru membungkukkan tubuhnya, memberikan hormat pada Andreas seolah Andreas adalah seseorang yang sangat dihormatinya."Saya berhenti kuliah untuk sementara, Kak. Karena belum memiliki biaya, masih fokus untuk biaya ayah saya dulu agar beliau cepat sembuh."Setelah membungkukkan tubuhnya, Bertrand bicara demikian sambil menundukkan kepalanya."Sayang sekali. Kau ini mahasiswa yang cerdas, sayang sekali jika kau tidak meneruskan kuliahmu, apa tidak pernah mengajukan beasiswa?"Bertrand bungkam. Ia ingin bercerita banyak tapi ia tahu itu semua hanya akan membuat perasaannya semakin sesak, sampai akhirnya Bertrand memutuskan untuk tidak menanggapi lebih detail pertanyaan itu selain menjawab seadanya saja dan Andreas paham, pria di hadapannya sedang enggan untuk bercerita hingga ia maklum."Kau masih melukis?" tanya Andreas kemudian. Bertrand menggeleng. "Kenapa? Kau tidak menyukainya lagi?""Saya tidak punya waktu u
"Kau ini, baiklah, aku akan pergi, tapi harap kau ingat apa yang aku ucapkan tadi itu kau pikirkan, kau tidak boleh larut dalam anggapan pembawa sial itu, Zumi. Itu kalau kau percaya dengan adanya Tuhan."Setelah bicara demikian, Andreas berbalik dan ingin melangkah ke arah pintu ruang kerja milik Kazumi, tapi saat tangannya sudah memegang handle pintu, Andreas berpaling ke arah Kazumi yang masih berdiri di tempatnya menunggu ia keluar dari ruangan kerja miliknya segera."Kau mencintai Rachel tidak?" tanya Andreas dengan wajah yang terlihat serius. "Bukan urusan kamu, itu masalah pribadiku, kau tidak perlu tahu tentang hal itu.""Aku tahu, tapi tindakan kamu yang menikah lagi hanya karena Rachel belum hamil juga itu kurasa cukup keterlaluan, ada banyak di luar sana pasangan yang sudah lama menikah tapi belum dikaruniai anak, dan ia tidak memutuskan poligami, kau baru setahun, Kazumi, tapi kau sudah memiliki dua istri.""Kau masih cinta dengan dia?""Dia sudah menjadi istrimu, maka ak
"Untuk apa aku memperjuangkan? Bukankah jika perempuan tidak suka dengan kita disingkirkan saja? Aku sudah bilang, aku tidak punya waktu untuk mengikuti cara pria yang seperti kau katakan itu, lagipula, melakukan hal demikian itu hanya membuang waktu saja!""Tuan, yakin tidak akan berusaha untuk meyakinkan dulu?""Sangat yakin.""Tuan akan baik-baik saja?""Tentu saja.""Baiklah. Jika itu yang Tuan inginkan, jadi sekarang mari kita bahas untuk Rachel dahulu, bukankah perjanjian pernikahan Tuan dengan Rachel berakhir dua tahun lagi? Jika Tuan mengakhiri sekarang, apakah Tuan yakin itu tidak akan menimbulkan masalah?""Aku sudah memikirkannya, Alex, aku tidak mencintainya, dia juga perlu didampingi oleh pria yang mencintainya, kurasa, Andreas masih menyukai Rachel, jadi mungkin aku akan melepaskan Rachel agar pelukis itu berusaha untuk mendapatkannya lagi, lalu ia tidak lagi menggangguku dengan kata-katanya yang tidak enak itu.""Begitu, tapi saya rasa, Rachel itu mencintai Tuan, tidak
Kazumi menghela napas mendengar ancaman yang diucapkan oleh Rachel. Ia melipat kedua tangannya di dada, dan menatap Rachel dengan tatapan mata yang serius."Kau ingin bunuh diri?""Ya! Aku akan melakukannya kalau kamu enggak mau menerima syarat yang aku berikan padamu.""Apakah aku boleh bernegosiasi?""Silahkan!""Aku akan menciummu, tapi setelah itu tanda tangan, bagaimana?""Aku menolak!""Lantas, kau ingin aku menyentuh kamu seperti halnya suami menyentuh istrinya?""Iya.""Kau ini bodoh atau apa? Aku berikan pilihan yang baik kenapa kau justru ingin mengajukan syarat yang bisa merusak tubuhmu?""Aku sudah bilang, aku enggak masalah disentuh olehmu, karena aku mencintaimu!""Jika semua perempuan punya prinsip seperti kamu, bisa dipastikan semua perempuan akan hamil di luar nikah, Rachel, hanya berpedoman bahwa kau mencintai jadi kau ingin disentuh, kau benar-benar tidak punya harga diri!""Aku bilang, aku enggak peduli! Aku sudah menunggu lama agar bisa mendapatkan kamu, tapi ter
"Ya, Kazumi memutuskan untuk tidak mau melukis lagi, karena itu ada hubungannya dengan kematian ibunya, untuk lebih detailnya aku tidak terlalu tahu, tapi yang aku tahu, itulah alasannya.""Jadi, apakah kemungkinan karena itu, Kazumi selalu mengatakan dia bukan pembunuh? Kematian ibunya ada hubungannya dengan dia dan lukisannya, apakah benar begitu?""Mungkin....""Apakah menurut Bang Andreas, Kazumi memang membunuh ibunya?""Kurasa tidak, tapi untuk kecelakaan yang disebabkan olehnya bisa saja seperti itu.""Jadi, Kazumi menyimpan perasaan bersalah, hingga ia tidak mau melukis lagi?""Sepertinya begitu.""Terima kasih, Bang Andreas mau mengatakan hal ini padaku.""Lalu, apa yang kamu maksud dengan hal yang rahasia itu?"Syena menarik napas panjang mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Andreas."Pernikahan antara aku dan Kazumi itu hanya pernikahan kontrak, Bang. Aku menikah dengan Kazumi untuk menepis kabar buruk bahwa Kazumi datang ke tempat hiburan malam karena ingin memburu Rac
"Darimana Bang Andreas membuat kesimpulan kalau aku menyukai Kazaya?" tanya Syena setelah beberapa saat ia terdiam."Sejak aku melihat kalian kerap tampil bersama, aku sudah tahu ada yang aneh dari sikapmu padanya.""Bagaimana kau tahu bahwa itu Kazaya?" tanya Syena sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Andreas."Aku sangat tahu Kazumi, jadi aku bisa membedakan antara Kazumi dengan Kazaya.""Jadi, saat aku dan Kazaya tampil bersama untuk kepentingan kantor, Bang Andreas sudah tahu bahwa itu bukan Kazumi?""Ya!""Kenapa Bang Andreas tidak membocorkan kebohongan kami?""Kau pikir aku sepicik itu? Aku tidak membocorkan karena kebohongan kalian pasti ada alasannya, saat itu Kazumi belum ditemukan, untuk membuat rekan bisnis Kazumi tenang, kalian meminta Kazaya untuk menyamar jadi Kazumi, bukan?"Andreas memang bukan orang yang sederhana, dia tahu sejak awal bahwa Kazaya menyamar menjadi Kazumi, artinya dia memang benar-benar paham perbedaan Kazumi dengan Kazaya, berarti, dia mem
Syena menarik napas mendengar beberapa pertanyaan yang diucapkan oleh Andreas. Hingga akhirnya...."Ya. Aku pernah menanyakan masalah ini pada Alex, tapi, Alex tidak mau menjawab. Aku tidak tahu pasti mengapa ia tidak mau menjawab pertanyaanku mengenai hal itu, yang jelas, aku sudah pernah melakukannya."Andreas menatap wajah Syena untuk sesaat setelah perempuan itu menuntaskan ucapannya."Kazumi dulu senang melukis, lukisannya sangat bagus dan bernilai seni tinggi, almarhum ibunya memang sangat menyukai lukisan, karena itulah Kazumi berusaha untuk membuat ibunya senang dengan terus melukis apapun yang diinginkan oleh ibunya."Perlahan, Andreas mulai bercerita, Syena memasang telinga dengan baik, tidak mau terlewat sedikitpun untuk mendengarkan hal yang diceritakan oleh Andreas."Apakah selain melukis, Kazumi juga berniat untuk menjadi penerus ayahnya?""Sebenarnya tidak.""Abang tau darimana?""Aku pernah mendengar Kazumi bergumam pada dirinya sendiri waktu itu, bahwa sebenarnya ia
"Banyak keuntungan yang akan kau dapatkan, jika kau bergabung dengan kami, Kazumi, terutama untuk perusahaanmu, akan berkembang pesat sampai ke luar negeri jika kau mau patuh dengan apa yang dikatakan oleh bos kami.""Jadi, bebaskan Rachel dan keluargaku, jangan sentuh mereka, apakah kau bisa memastikan hal itu?""Asalkan kau mau menuruti apa kata bos kami, apapun yang kau inginkan, bisa dipertimbangkan.""Jadi, tunggu apalagi? Aku setuju untuk bergabung dengan kalian, tapi bebaskan Rachel, kembalikan dia ke rumah, setelah kalian mengembalikan dia ke rumah, aku baru bisa menyetujui keinginan kalian."Michael membalikkan tubuhnya dan menatap Kazumi dengan tatapan mata serius. "Kau tidak main-main dengan hal ini, bukan?""Bukankah syarat dari kalian hanya dengan cara aku bergabung dengan kalian? Jika aku bergabung, biarkan keluargaku bebas, jangan sentuh mereka!""Baiklah. Aku akan berkomunikasi dengan Tuan Ernesto dulu, kau bisa memastikan bahwa istrimu kembali ke rumah telpon saja di
"Maaf, tapi itulah yang aku rasakan."Moa menarik napas panjang. Ingin membantah, tapi ia tidak bisa. Karena apa yang dipikirkan oleh Zill sebenarnya juga tengah ia pikirkan, hanya saja, Moa tidak mau mengiyakan karena ia merasa itu hanya pikirannya saja."Jadi, apakah kau punya saran?" tanyanya pada Zill."Kau yakin akan bertahan dengan pernikahan yang seperti itu?""Apa maksudmu?""Maksudku, kau yakin, akan bertahan hidup dengan Kazumi sementara pernikahan kamu dan dia bisa dikatakan tidak sah?""Tidak sah bagaimana? Aku dan Kazumi benar-benar dinikahkan oleh penghulu, bagaimana mungkin kau mengatakan bahwa pernikahan kami tidak sah?""Dia hilang ingatan, apakah layak kau menikah dengan seseorang yang sedang amnesia?"Telapak tangan Moa mengepal mendengar apa yang dikatakan oleh Zill. "Kita pernah membahas masalah ini, tapi kamu tetap tidak peduli, sekarang aku kembali membahasnya agar aku yakin, kamu memang benar-benar tidak peduli.""Sudahlah. Itu masalahku, kau tidak perlu ikut
"Tunggu! Apa yang akan kau lakukan?!" tahan Kazumi dengan suara yang meninggi hingga pergerakan Rachel ke arah pintu terhenti seketika."Aku sudah mengatakannya dengan jelas padamu, itulah yang akan aku lakukan!""Tidak bisakah kamu diam saja di sana? Aku berusaha untuk tidak membuat Yurata marah, kenapa kau justru bersikap seperti ini?""Karena aku tidak suka kamu memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin kau lakukan!""Memangnya kau tahu aku tidak mau melakukan itu? Aku hanya sedikit canggung karena lama tidak melukis. Bukan tidak mau melukis!""Benarkah? Berarti, kau mengakui bahwa kau memang pandai melukis?""Melukis itu semua orang bisa, Rachel, kalau dia mau.""Tidak. Buktinya aku tidak bisa melukis."Kazumi ingin menanggapi apa yang dikatakan oleh Rachel, tapi tiba-tiba saja pintu dibuka dari luar dan beberapa pria masuk ke dalam hingga membuat Rachel dan Kazumi mengira mereka adalah orang-orang Yurata. Namun, ketika mereka tanpa bicara mencekal pergelangan tang
Pertanyaan Rachel dibarengi dengan tatapan mata Rachel pada mata Kazumi yang saat itu mau tidak mau juga menatap istrinya. Kazumi ingin mengatakan tidak, tapi sentuhan jemari tangan Rachel pada rahangnya membuat ia sulit untuk bicara. Sementara itu, jantungnya berdebar kencang, seiring napas Rachel yang menyapa wajahnya disertai sentuhan jemari tangan perempuan itu pada rahangnya. "Aku...."Ucapan Kazumi terhenti ketika tiba-tiba saja, Rachel mencium bibirnya. Satu tangan perempuan itu menarik tengkuk Kazumi agar posisi bibir mereka tetap bertahan seperti itu tanpa terlepaskan. Kazumi merasa sekujur tubuhnya mendadak kaku. Sementara itu, Rachel yang sudah mendaratkan ciumannya pada bibir Kazumi perlahan bergerak mencium lebih dalam lagi. Rachel tidak tahu, sejak kapan ia seperti itu, mampu mengabaikan perasaan malunya untuk menyentuh laki-laki terlebih dahulu, tapi yang jelas yang ada di otaknya hanya satu, ia melakukan itu karena Kazumi ingin mengakhiri pernikahan mereka. Meskip
"Lu, mau ikut? Apa yang bisa lu lakukan kalau lu ikut?" kata Kazaya dengan nada suara yang datar, dan Syena tahu ia sedang diremehkan oleh Kazaya. Namun, ia tetap tidak mau peduli dengan sikap Kazaya yang seperti itu padanya."Mungkin aku tidak bisa banyak membantu, tapi, aku akan-""Lupakan! Bawa cewek bikin gue susah bergerak, lu di rumah aja, jaga situasi di rumah tetap stabil, karena bukan kagak mungkin, relasi bisnis bokap gue akan bereaksi."Setelah bicara seperti itu pada Syena, Kazaya beranjak tanpa peduli Alex dan Syena yang sebenarnya masih tak setuju dengan apa yang dikatakannya tadi.Pria itu tidak bisa ditahan oleh Syena maupun Alex dan beberapa saat kemudian, ia sudah pergi meninggalkan rumah dengan motornya.Sepeninggal Kazaya, Alex segera menegaskan pada Syena untuk melakukan hal yang dikatakan oleh Kazaya tadi padanya. Sementara ia sendiri juga mulai melakukan pelacakan, siapa orang-orang yang membawa Kazumi, apakah benar Kazumi dan Rachel sedang dibawa oleh orang-ora
Melihat perubahan yang terjadi pada wajah Kazumi, Rachel buru-buru mendekati sang suami dan ingin tahu kertas apa yang diberikan oleh Yurata pada Kazumi.Tetapi, saat Rachel ingin melihat, Kazumi segera menyembunyikan kertas itu agar Rachel tidak bisa melihatnya. "Apa yang diperintahkan orang itu padamu?" tanya Rachel sambil menatap lurus ke arah suaminya tersebut."Kau tidak perlu tahu.""Kamu sekarang benar-benar sudah menjadi budak dia?""Aku tidak punya pilihan lain, Rachel!""Punya! Aku sudah bilang, aku tidak masalah dijual pada pria bernama Ernesto itu, asalkan mereka tidak menekan kamu!""Untuk apa kamu mengorbankan diri seperti itu?""Ke satu, karena aku tidak mau berutang budi padamu, yang kedua karena aku mencintaimu dengan tulus.""Tidak perlu repot-repot."Kazumi bangkit dan melangkah ke arah pintu di mana anak buah Yurata membuka kembali pintu tersebut untuk memberikan peralatan melukis.Ia menerima peralatan itu dan melangkah ke arah sudut kamar untuk mulai melakukan p