Bertrand yang disapa Andreas terlihat terkejut melihat Andreas. Ia buru-buru membungkukkan tubuhnya, memberikan hormat pada Andreas seolah Andreas adalah seseorang yang sangat dihormatinya."Saya berhenti kuliah untuk sementara, Kak. Karena belum memiliki biaya, masih fokus untuk biaya ayah saya dulu agar beliau cepat sembuh."Setelah membungkukkan tubuhnya, Bertrand bicara demikian sambil menundukkan kepalanya."Sayang sekali. Kau ini mahasiswa yang cerdas, sayang sekali jika kau tidak meneruskan kuliahmu, apa tidak pernah mengajukan beasiswa?"Bertrand bungkam. Ia ingin bercerita banyak tapi ia tahu itu semua hanya akan membuat perasaannya semakin sesak, sampai akhirnya Bertrand memutuskan untuk tidak menanggapi lebih detail pertanyaan itu selain menjawab seadanya saja dan Andreas paham, pria di hadapannya sedang enggan untuk bercerita hingga ia maklum."Kau masih melukis?" tanya Andreas kemudian. Bertrand menggeleng. "Kenapa? Kau tidak menyukainya lagi?""Saya tidak punya waktu u
"Kau ini, baiklah, aku akan pergi, tapi harap kau ingat apa yang aku ucapkan tadi itu kau pikirkan, kau tidak boleh larut dalam anggapan pembawa sial itu, Zumi. Itu kalau kau percaya dengan adanya Tuhan."Setelah bicara demikian, Andreas berbalik dan ingin melangkah ke arah pintu ruang kerja milik Kazumi, tapi saat tangannya sudah memegang handle pintu, Andreas berpaling ke arah Kazumi yang masih berdiri di tempatnya menunggu ia keluar dari ruangan kerja miliknya segera."Kau mencintai Rachel tidak?" tanya Andreas dengan wajah yang terlihat serius. "Bukan urusan kamu, itu masalah pribadiku, kau tidak perlu tahu tentang hal itu.""Aku tahu, tapi tindakan kamu yang menikah lagi hanya karena Rachel belum hamil juga itu kurasa cukup keterlaluan, ada banyak di luar sana pasangan yang sudah lama menikah tapi belum dikaruniai anak, dan ia tidak memutuskan poligami, kau baru setahun, Kazumi, tapi kau sudah memiliki dua istri.""Kau masih cinta dengan dia?""Dia sudah menjadi istrimu, maka ak
"Untuk apa aku memperjuangkan? Bukankah jika perempuan tidak suka dengan kita disingkirkan saja? Aku sudah bilang, aku tidak punya waktu untuk mengikuti cara pria yang seperti kau katakan itu, lagipula, melakukan hal demikian itu hanya membuang waktu saja!""Tuan, yakin tidak akan berusaha untuk meyakinkan dulu?""Sangat yakin.""Tuan akan baik-baik saja?""Tentu saja.""Baiklah. Jika itu yang Tuan inginkan, jadi sekarang mari kita bahas untuk Rachel dahulu, bukankah perjanjian pernikahan Tuan dengan Rachel berakhir dua tahun lagi? Jika Tuan mengakhiri sekarang, apakah Tuan yakin itu tidak akan menimbulkan masalah?""Aku sudah memikirkannya, Alex, aku tidak mencintainya, dia juga perlu didampingi oleh pria yang mencintainya, kurasa, Andreas masih menyukai Rachel, jadi mungkin aku akan melepaskan Rachel agar pelukis itu berusaha untuk mendapatkannya lagi, lalu ia tidak lagi menggangguku dengan kata-katanya yang tidak enak itu.""Begitu, tapi saya rasa, Rachel itu mencintai Tuan, tidak
Kazumi menghela napas mendengar ancaman yang diucapkan oleh Rachel. Ia melipat kedua tangannya di dada, dan menatap Rachel dengan tatapan mata yang serius."Kau ingin bunuh diri?""Ya! Aku akan melakukannya kalau kamu enggak mau menerima syarat yang aku berikan padamu.""Apakah aku boleh bernegosiasi?""Silahkan!""Aku akan menciummu, tapi setelah itu tanda tangan, bagaimana?""Aku menolak!""Lantas, kau ingin aku menyentuh kamu seperti halnya suami menyentuh istrinya?""Iya.""Kau ini bodoh atau apa? Aku berikan pilihan yang baik kenapa kau justru ingin mengajukan syarat yang bisa merusak tubuhmu?""Aku sudah bilang, aku enggak masalah disentuh olehmu, karena aku mencintaimu!""Jika semua perempuan punya prinsip seperti kamu, bisa dipastikan semua perempuan akan hamil di luar nikah, Rachel, hanya berpedoman bahwa kau mencintai jadi kau ingin disentuh, kau benar-benar tidak punya harga diri!""Aku bilang, aku enggak peduli! Aku sudah menunggu lama agar bisa mendapatkan kamu, tapi ter
"Nona, saya minta maaf, saya tidak ada wewenang untuk mengomentari masalah yang dilakukan oleh Tuan Kazumi, saya hanya melakukan perintah, Nona. Jadi, saya tidak bisa menanggapi apa yang Nona katakan."Alex bicara demikian meskipun hatinya bertanya-tanya, mengapa Kazumi justru mencium Rachel sementara tempo hari, Kazumi mengatakan padanya bahwa majikan mudanya tersebut ingin mengakhiri pernikahannya dengan Rachel lantaran mencintai Syena. "Kamu tidak mau mengatakan rencana Kazumi padaku?" tanya Rachel dengan emosi yang ditahan."Maaf, Nona. Saya tidak bisa.""Lalu, apakah Kazumi menyukai Syena? Kau pasti tahu wanita yang disukainya, kan?""Maaf, Nona, saya tidak bisa menjawabnya, saya tidak berani mengatakan hal yang bukan wewenang saya mengatakannya."PLAKK!!Sebuah tamparan diterima oleh Alex. Membuat Alex sedikit terkejut karena tidak pernah Rachel melakukan hal itu padanya selama Rachel menjadi istri Kazumi. Alex sebenarnya kesal, tapi ketika ia melihat mata istri pertama Kazumi
Perkataan Syena yang berujung pertanyaan membuat Kazumi salah tingkah. Wajahnya merah, sampai ia harus mengusap kasar wajahnya agar ia tidak terlalu kentara sudah salah tingkah di hadapan Syena. Dasar wanita tidak peka! Kenapa juga aku harus jatuh cinta pada kamu!Kazumi menggerutu di dalam hati sambil terus berusaha untuk mengatasi perasaannya yang masih tidak karuan lantaran seumur hidup, baru kali ini ia ingin mengungkapkan perasaan dengan merancang segala situasi. "Kau tidak pernah diperlakukan pria seperti ini?" tanyanya setelah beberapa saat terdiam."Enggak pernah, kamu adalah orang pertama yang bikin kayak ginian, makanya aku bingung.""Memangnya, waktu kamu mengungkapkan perasaan, kamu tidak melakukan persiapan?""Aku enggak punya uang sebanyak kamu untuk melakukan hal semacam ini!" jawab Syena cepat. "Eh, kamu bilang mengungkapkan perasaan?" tanya Syena seolah terkejut sendiri dengan kalimat tersebut. Ekspresi wajah Syena saat mengatakan hal itu membuat Kazumi merasa ke
Sementara itu setelah mengakhiri percakapannya dengan Alex, Kazumi segera mengendarai mobilnya kembali dan ia memutuskan untuk ke club' malam. Kazumi tidak tahu apa yang akan dilakukannya di sana, tapi yang ia tahu, ia harus membuang perasaan sesak akibat penolakan Syena atas ungkapan perasaannya beberapa saat yang lalu.Setelah memarkirkan mobilnya dengan benar, Kazumi segera masuk ke dalam club' malam tersebut. Hingar bingar musik yang menghentak ruangan club' membuat Kazumi sedikit kurang nyaman. Ia yang tidak suka ke tempat seperti itu merasa tidak nyaman karena situasi di tempat itu sangatlah hiruk-pikuk. Kazumi lebih suka situasi yang sepi, jika sekarang ia memutuskan untuk ke tempat hiburan malam, itu karena ia ingin menghibur diri agar rasa sesak yang menyelimuti hatinya bisa musnah sesegera mungkin.Baru saja Kazumi masuk, beberapa wanita seksi sudah menyambutnya. Kazumi ditarik dan dipeluk, dan Kazumi merasa tidak nyaman dengan hal itu. Pria itu berusaha untuk melepaskan
Awalnya, Rachel mengira Kazumi akan meminta dirinya untuk tidak melakukan hal itu, tapi ternyata dugaannya salah besar, Kazumi tetap diam. Matanya mengawasi Rachel yang perlahan melepaskan pakaian atasnya di hadapannya, tapi tatapan mata Kazumi kosong seolah bukan tubuh Rachel yang ia pandang.Sebenarnya, Rachel tahu hal itu, tapi ia tidak peduli. Wanita itu sudah memantapkan hati untuk melakukan apa yang sudah ia niatkan. Menyentuh Kazumi sebelum pria itu benar-benar menceraikan dirinya. Rachel tidak punya kekuatan untuk mencegah rencana Kazumi meskipun ia ingin mencegahnya.Karena itulah, Rachel ingin ada jejak Kazumi di tubuhnya hingga ia tidak peduli dengan apa yang dilihatnya dari mata Kazumi meskipun ia tahu sorot mata itu hampa dan tidak sama sekali melihat tubuhnya yang sudah setengah polos. Kazumi suamiku, kalau aku menyentuhnya aku tidak sedang berzina juga, kami sudah menikah sah, jadi enggak papa kan kalau aku sekarang egois tidak peduli dengan apa yang dia rasakan?Hati
"Ya, Kazumi memutuskan untuk tidak mau melukis lagi, karena itu ada hubungannya dengan kematian ibunya, untuk lebih detailnya aku tidak terlalu tahu, tapi yang aku tahu, itulah alasannya.""Jadi, apakah kemungkinan karena itu, Kazumi selalu mengatakan dia bukan pembunuh? Kematian ibunya ada hubungannya dengan dia dan lukisannya, apakah benar begitu?""Mungkin....""Apakah menurut Bang Andreas, Kazumi memang membunuh ibunya?""Kurasa tidak, tapi untuk kecelakaan yang disebabkan olehnya bisa saja seperti itu.""Jadi, Kazumi menyimpan perasaan bersalah, hingga ia tidak mau melukis lagi?""Sepertinya begitu.""Terima kasih, Bang Andreas mau mengatakan hal ini padaku.""Lalu, apa yang kamu maksud dengan hal yang rahasia itu?"Syena menarik napas panjang mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Andreas."Pernikahan antara aku dan Kazumi itu hanya pernikahan kontrak, Bang. Aku menikah dengan Kazumi untuk menepis kabar buruk bahwa Kazumi datang ke tempat hiburan malam karena ingin memburu Rac
"Darimana Bang Andreas membuat kesimpulan kalau aku menyukai Kazaya?" tanya Syena setelah beberapa saat ia terdiam."Sejak aku melihat kalian kerap tampil bersama, aku sudah tahu ada yang aneh dari sikapmu padanya.""Bagaimana kau tahu bahwa itu Kazaya?" tanya Syena sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Andreas."Aku sangat tahu Kazumi, jadi aku bisa membedakan antara Kazumi dengan Kazaya.""Jadi, saat aku dan Kazaya tampil bersama untuk kepentingan kantor, Bang Andreas sudah tahu bahwa itu bukan Kazumi?""Ya!""Kenapa Bang Andreas tidak membocorkan kebohongan kami?""Kau pikir aku sepicik itu? Aku tidak membocorkan karena kebohongan kalian pasti ada alasannya, saat itu Kazumi belum ditemukan, untuk membuat rekan bisnis Kazumi tenang, kalian meminta Kazaya untuk menyamar jadi Kazumi, bukan?"Andreas memang bukan orang yang sederhana, dia tahu sejak awal bahwa Kazaya menyamar menjadi Kazumi, artinya dia memang benar-benar paham perbedaan Kazumi dengan Kazaya, berarti, dia mem
Syena menarik napas mendengar beberapa pertanyaan yang diucapkan oleh Andreas. Hingga akhirnya...."Ya. Aku pernah menanyakan masalah ini pada Alex, tapi, Alex tidak mau menjawab. Aku tidak tahu pasti mengapa ia tidak mau menjawab pertanyaanku mengenai hal itu, yang jelas, aku sudah pernah melakukannya."Andreas menatap wajah Syena untuk sesaat setelah perempuan itu menuntaskan ucapannya."Kazumi dulu senang melukis, lukisannya sangat bagus dan bernilai seni tinggi, almarhum ibunya memang sangat menyukai lukisan, karena itulah Kazumi berusaha untuk membuat ibunya senang dengan terus melukis apapun yang diinginkan oleh ibunya."Perlahan, Andreas mulai bercerita, Syena memasang telinga dengan baik, tidak mau terlewat sedikitpun untuk mendengarkan hal yang diceritakan oleh Andreas."Apakah selain melukis, Kazumi juga berniat untuk menjadi penerus ayahnya?""Sebenarnya tidak.""Abang tau darimana?""Aku pernah mendengar Kazumi bergumam pada dirinya sendiri waktu itu, bahwa sebenarnya ia
"Banyak keuntungan yang akan kau dapatkan, jika kau bergabung dengan kami, Kazumi, terutama untuk perusahaanmu, akan berkembang pesat sampai ke luar negeri jika kau mau patuh dengan apa yang dikatakan oleh bos kami.""Jadi, bebaskan Rachel dan keluargaku, jangan sentuh mereka, apakah kau bisa memastikan hal itu?""Asalkan kau mau menuruti apa kata bos kami, apapun yang kau inginkan, bisa dipertimbangkan.""Jadi, tunggu apalagi? Aku setuju untuk bergabung dengan kalian, tapi bebaskan Rachel, kembalikan dia ke rumah, setelah kalian mengembalikan dia ke rumah, aku baru bisa menyetujui keinginan kalian."Michael membalikkan tubuhnya dan menatap Kazumi dengan tatapan mata serius. "Kau tidak main-main dengan hal ini, bukan?""Bukankah syarat dari kalian hanya dengan cara aku bergabung dengan kalian? Jika aku bergabung, biarkan keluargaku bebas, jangan sentuh mereka!""Baiklah. Aku akan berkomunikasi dengan Tuan Ernesto dulu, kau bisa memastikan bahwa istrimu kembali ke rumah telpon saja di
"Maaf, tapi itulah yang aku rasakan."Moa menarik napas panjang. Ingin membantah, tapi ia tidak bisa. Karena apa yang dipikirkan oleh Zill sebenarnya juga tengah ia pikirkan, hanya saja, Moa tidak mau mengiyakan karena ia merasa itu hanya pikirannya saja."Jadi, apakah kau punya saran?" tanyanya pada Zill."Kau yakin akan bertahan dengan pernikahan yang seperti itu?""Apa maksudmu?""Maksudku, kau yakin, akan bertahan hidup dengan Kazumi sementara pernikahan kamu dan dia bisa dikatakan tidak sah?""Tidak sah bagaimana? Aku dan Kazumi benar-benar dinikahkan oleh penghulu, bagaimana mungkin kau mengatakan bahwa pernikahan kami tidak sah?""Dia hilang ingatan, apakah layak kau menikah dengan seseorang yang sedang amnesia?"Telapak tangan Moa mengepal mendengar apa yang dikatakan oleh Zill. "Kita pernah membahas masalah ini, tapi kamu tetap tidak peduli, sekarang aku kembali membahasnya agar aku yakin, kamu memang benar-benar tidak peduli.""Sudahlah. Itu masalahku, kau tidak perlu ikut
"Tunggu! Apa yang akan kau lakukan?!" tahan Kazumi dengan suara yang meninggi hingga pergerakan Rachel ke arah pintu terhenti seketika."Aku sudah mengatakannya dengan jelas padamu, itulah yang akan aku lakukan!""Tidak bisakah kamu diam saja di sana? Aku berusaha untuk tidak membuat Yurata marah, kenapa kau justru bersikap seperti ini?""Karena aku tidak suka kamu memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin kau lakukan!""Memangnya kau tahu aku tidak mau melakukan itu? Aku hanya sedikit canggung karena lama tidak melukis. Bukan tidak mau melukis!""Benarkah? Berarti, kau mengakui bahwa kau memang pandai melukis?""Melukis itu semua orang bisa, Rachel, kalau dia mau.""Tidak. Buktinya aku tidak bisa melukis."Kazumi ingin menanggapi apa yang dikatakan oleh Rachel, tapi tiba-tiba saja pintu dibuka dari luar dan beberapa pria masuk ke dalam hingga membuat Rachel dan Kazumi mengira mereka adalah orang-orang Yurata. Namun, ketika mereka tanpa bicara mencekal pergelangan tang
Pertanyaan Rachel dibarengi dengan tatapan mata Rachel pada mata Kazumi yang saat itu mau tidak mau juga menatap istrinya. Kazumi ingin mengatakan tidak, tapi sentuhan jemari tangan Rachel pada rahangnya membuat ia sulit untuk bicara. Sementara itu, jantungnya berdebar kencang, seiring napas Rachel yang menyapa wajahnya disertai sentuhan jemari tangan perempuan itu pada rahangnya. "Aku...."Ucapan Kazumi terhenti ketika tiba-tiba saja, Rachel mencium bibirnya. Satu tangan perempuan itu menarik tengkuk Kazumi agar posisi bibir mereka tetap bertahan seperti itu tanpa terlepaskan. Kazumi merasa sekujur tubuhnya mendadak kaku. Sementara itu, Rachel yang sudah mendaratkan ciumannya pada bibir Kazumi perlahan bergerak mencium lebih dalam lagi. Rachel tidak tahu, sejak kapan ia seperti itu, mampu mengabaikan perasaan malunya untuk menyentuh laki-laki terlebih dahulu, tapi yang jelas yang ada di otaknya hanya satu, ia melakukan itu karena Kazumi ingin mengakhiri pernikahan mereka. Meskip
"Lu, mau ikut? Apa yang bisa lu lakukan kalau lu ikut?" kata Kazaya dengan nada suara yang datar, dan Syena tahu ia sedang diremehkan oleh Kazaya. Namun, ia tetap tidak mau peduli dengan sikap Kazaya yang seperti itu padanya."Mungkin aku tidak bisa banyak membantu, tapi, aku akan-""Lupakan! Bawa cewek bikin gue susah bergerak, lu di rumah aja, jaga situasi di rumah tetap stabil, karena bukan kagak mungkin, relasi bisnis bokap gue akan bereaksi."Setelah bicara seperti itu pada Syena, Kazaya beranjak tanpa peduli Alex dan Syena yang sebenarnya masih tak setuju dengan apa yang dikatakannya tadi.Pria itu tidak bisa ditahan oleh Syena maupun Alex dan beberapa saat kemudian, ia sudah pergi meninggalkan rumah dengan motornya.Sepeninggal Kazaya, Alex segera menegaskan pada Syena untuk melakukan hal yang dikatakan oleh Kazaya tadi padanya. Sementara ia sendiri juga mulai melakukan pelacakan, siapa orang-orang yang membawa Kazumi, apakah benar Kazumi dan Rachel sedang dibawa oleh orang-ora
Melihat perubahan yang terjadi pada wajah Kazumi, Rachel buru-buru mendekati sang suami dan ingin tahu kertas apa yang diberikan oleh Yurata pada Kazumi.Tetapi, saat Rachel ingin melihat, Kazumi segera menyembunyikan kertas itu agar Rachel tidak bisa melihatnya. "Apa yang diperintahkan orang itu padamu?" tanya Rachel sambil menatap lurus ke arah suaminya tersebut."Kau tidak perlu tahu.""Kamu sekarang benar-benar sudah menjadi budak dia?""Aku tidak punya pilihan lain, Rachel!""Punya! Aku sudah bilang, aku tidak masalah dijual pada pria bernama Ernesto itu, asalkan mereka tidak menekan kamu!""Untuk apa kamu mengorbankan diri seperti itu?""Ke satu, karena aku tidak mau berutang budi padamu, yang kedua karena aku mencintaimu dengan tulus.""Tidak perlu repot-repot."Kazumi bangkit dan melangkah ke arah pintu di mana anak buah Yurata membuka kembali pintu tersebut untuk memberikan peralatan melukis.Ia menerima peralatan itu dan melangkah ke arah sudut kamar untuk mulai melakukan p