Aku benci perayaan. Pesta pora tolol. Semua orang senang.Terakhir kali aku ikut pesta, kalau enggak salah sewaktu ulang tahun kantor.Tiba-tiba aja sikap semua orang berubah.Denger, aku bukannya korban perundugan atau apa, cuma pimpinan yang jaga wibawa aja. Jadi … wajar dong kalau di tempat kerja aku enggak punya satu pun teman.Aku pernah dengar orang bijak bilang kalau manusia benci apa yang enggak dia ketahui.Dan begitulah semua orang di kantorku. Cuma karena aku enggak terlalu murah senyum—dengar, ya, senyum itu emnag mahal; capek; dan baiknya disimpen untuk saat-saat penting aja.Enggak traktir mereka kalau ada sesuatu yang menyenangkan terjadi—lagian, ngapain?Atau nanya-nanya sokab kalau seseorang tiba-tiba absen atau ambil cuit—malah kalau alasannya enggak masuk akal, bakal kumarahi dan kutolak (enak aja, bilang aja kau mau malas-malasan, ‘kan, sialan).Dengar-dengar sih mereka juga buat grup media sosial yang enggak masukin aku dan sering gunjingin aku di sana.Tapi, har
“Nona, apa anda berpikir, ketika datang ke sini, kami akan membiarkan anda bebas berkeliaran.”Saya menatap heran ke gadis itu.Meskipun tidak menempatkannya ke penjara bawah tanah, saya memastikan dia mendapat pengawasan dan penjagaan yang begitu ketat.Ini adalah hal yang kurang terhormat, memang.Nona Irene Livingsworth datang tanpa membawa pasukan apa-apa, dan menolong saya ketika hampir dibunuh, pula.Tapi, sekali lagi, dalam perang, bahkan orang paling lembut hatinya mesti membuuh.Semoga Tuan Zack tidak marah akan hal ini.“Aku tau, aku cuma … aku cuma …” Nona Irene menghela napas. “Apa Yang Mulia baik-baik aja?”“Sesehat seperti sebelumnya.” Saya memang berjanji untuk bersikap transparan, tapi tidak untuk seorang musuh. “Biar saya pastikan sekali lagi, apa benar, tak ada pesan yang ingin disampaikan Duke Livingsworh atau Tuan Devon untuk kami?”Nona Irene menggelemng. “Bukan dari mereka, tapi dari aku.”“Apa itu, tepatnya?”“Aku ingin membantu.”*#*Ini sebenarnya pilihan yang
“Kalian semua akan dikutuk. Hm? Kalian akan dimasukkan ke neraka terbawah dan disiksa hingga Hari Penghakiman. Camkan itu! Camkan itu, Pengkhianat!”Gareth si Pemberani, mereka menjuluki.Aku mulai merasa itu julukan yang pantas.Sempat kukira, setelah penyerbuan balik pasukan Livingsworth pada malam itu di Moonrise telah membunuhnya.Tapi, dengan begitu gesit, dia bergerak mundur.Berhasil mengumpulkan kira-kira seribu orang untuk kembali menuju Lapis dan bergabung dengan pasukan Duke Valentine.Mereka hampir berhasil, kudengar.Garnisum Lapis kacau dan rapuh.Setengahnya sudah mati, dan setengahnya hanya orang-orang ragu.Tapi, begitu hari itu tiba dan kami melihat celah, aku langsung merangsek langsung ke sisi pasukan Duke Valentine.Dari sana formasi mereka mulai kocar-kacir.Ada sekitar tiga ribu lawan, dan sepertinya cuma lima ratus yang selamat.Ini kemenangan besar.Belum lagi sejumlah tawanan penting. “Ada kata lain yang ingin kau sampaikan?” Tapi, Gareth bukan salah satunya.
Enggak ada tempat yang aman, lagi.Aku emang udah perkiran semuanya, oke.Tapi, kadang ada Faktor X yang bikin semuanya runyam.Lebih banyak lagi orang yang mati dengan lebih beragam alasan.Perkelahian orang mabuk. Jatuh dari ketinggian. Diserbu hewan buas. Sampai ada yang gantung diri.Karena frekuensinya sering dan orang-orangnya juga enggak terlalu terkenal, kayaknya enggak ada yang mau ambil pusing.Dan kalau pun ada, untuk apa?Devon malah senang melihat musuh potensialnya saling bunuh.Dan pasukan Duke Dexter serta Duke Liam yang baru bergabung juga enggak peduli kalau ada satu-dua tentara bayaran yang meregang nyawa.Dasar orang-orang enggak bermanusiawi.Aku juga berharap seperti itu juga, sih.Dengar, ya, bahkan orang sepertiku juga punya rasa iba dan ketakutan.Emang yang namanya perang pasti ada banyak kematian dan pembunuhan, tapi kalau yang melakukannya itu adalah orang yang seharusya jadi ‘sekutu’-mu, kujamin kau juga bakal jadi parno.Lebih-lebih, pesannya begitu jelas
Keadaan menjadi makin buruk dan makin buruk.Ini belum dipublikasi, dan aku lagi-lagi mengetahuinya dari sekadar curi-dengar.Tapi, well, kau tentu tahu gimana bahayanya bisik-bisik tetangga.Kabar menyebar cepat dan tiba-tiba aja itu jadi rahasia umum.Lapis diambil alih, lagi.Harusnya aku enggak heran. Tempat itu lama-lama bisa jadi sarang hantu terkutuk.Lagian, kalau dibilang diambil alih itu agak keliru.Enggak ada yang benar-benar ‘menguasai’ tempat itu sekarang.Pasukan Taylor ke mana, katamu?Porak-poranda. Hancur. Berantakan.Banyak bercerita beredar, tapi yang paling masuk akal adalah ulah para Greena—apalah itu.Mereka pakai bahan sejenis bom yang ngeledakin hampir seluruh rombongan dan nimbulin kerusakan kolateral.Kudengar Silas juga ada di sana. Dan beberapa orang penting lain.Artinya, enggak ada akses lagi dari dan ke telinga Duke Livingsworth.Itu agak disayangkan, tapi dengan keadaan seperti ini?Sebagian besar yang dikirim untuk ngangkut tawanan adalah pasukan Livi
Ketika dia menyebutkan soal Guardian Dorm, jujur aku terguncangDan teringat pada hari itu lagi.Kami berhasil nyelesaiin ujian terakhir dan mendapat sertifikat kelulusan.Namun, fajar menjelang dan segala sesuatu tiba-tiba saja berubah.Ayah merasakannya sedari awal. “Kita enggak bisa lama-lama di sini.” Dia juga ngelarang aku untuk bepergian jauh dari sisinya.Waktu itu, dengan naif, kupikir itu peringatan egois. Dan ingin kuprotes lagi.Tapi, tampang Ayah begitu serius dan kami terlibat pertengkaran hebat.“Ini jauh lebih serius, Jean.”“Emangnya mimpiku enggak serius begitu?” Gimana bisa dia lupa.“Banyak orang yang bakal terluka. Salah satunya bisa aja kamu, atau Ayah. Atau kita berdua.”“Dan lebih banyak lagi kalau aku enggak bisa ngendaliin kekuatan ini. Kayak Ibu.”Tampang Ayah mengeras. “Jean, Ayah minta, tarik ucapanmu barusan.”“Kenapa? Aku cuma bilang kenyaaannya. Enggak perlu lagi hibur aku dengan kebohongan lain. Berhenti bilang itu enggak apa-apa, atau bukan salahku, at
“Ini mencurigakan.”“Ini jalan kemenangan.”Saya mengelus dagu dan ikut terbagi dua.Sungguh, bahkan untuk seorang Tuan Devon, langkah ini sungguh membingungkan.“Apa yang kalian tunggu, hm? Kami bakal perintahkan prajurit kami yang menduduki Lapis dan Bleeding March ke sana, terus kita sergap mereka dari segala arah secara bersama-sama.”“Ya …” Count Yadava yang jadi alasan kebimbangan saya. “Tapi, apa hanya itu yang terjadi? Bagaimana pun, ini lebih mirip jebakan.”“Maaf, ya. Aku pernah dengar kalau makhluk setengah siluman itu kurang bisa memperhatikan detail dan menangkap gambaran lebih besarnya”Itu ucapan yang lancang.Bahkan meski benar, tapi Count Yadava punya hak dan posisi yang sama tingginya dengan siapa pun yang sedang ada di sini. “Tuan Bourdon, saya rasa yang tadi itu—”“Tidak, Tuan Dylan. Tuan Bourdon bicara fakta dan itu bikin saya penasaran. Gambaran besar, ya? Gimana dengan ini? Kami sering dibilang telinga yang terlalu besar dan mendengar terlalu jelas. Orangtua dan
Aku bukan orang cengeng.Dengar?Entah ini sudah hari yang keberapa.Semuanya terjadi makin rumit dan membuat kepalaku makin pusing.Sepertinya si bocah Pete itu benar. Otakku cuma bisa memikirkan hal sesimpel makan dan tidur.Tapi, hei, sisi baiknya, itu yang bikin aku selamat sampai sekarang.Peristiwa di Moonrise benar-benar tak terduga. Memang sebelumnya ada perselisihan internal, tapi apa yang terjadi selanjutnya enggak ada yang menyangka.Begitu aku dan yang tersisa berhasil menyelamatkan diri, kami mendnegar berita simpang-siur.Tentang Pangeran yang membelot. Pangeran dibunuh. Raja diracuni. Negara sudah dikuasai oleh otoritas asing.Pada akhirnya itu tak penting.Pada akhirnya, kami juga yang merasakan akibatnya.“Kudengar, salah satu dari mereka ini dulu bosmu.”Aku mendengkus. Itu pernyataan menjengkelkan.Kejadian akhir-akhir ini seakan menyadarkanku kalau kadang kenyataan jauh lebih konyol daripada yang kita bayangkan.“Terus kenapa?” Aku tak pernah suka Sir Taylor Wilder