Kriek!
Pintu kamar perlahan dibuka dengan lembut dan hati-hati. Keringat dingin mulai muncul keluar dari pori-pori di dahinya. Bara melihat lampu kamar yang sudah gelap itu.
Sang istri sudah tertidur hingga suara ngorok mengguncang langit dan bumi. Bara tetap waspada meski tidak ada tanda-tanda kesadaran dari Alya yang tergeletak di atas kasur itu.
“Di mana tasnya?” batin Bara melirik ke seluruh seluk beluk kamar itu.
Aha!
Bara langsung melihat tas yang sangat tidak asing itu. Dia mendekat dengan perlahan seperti tupai yang sedang ingin mencuri kacang milik tetangganya.
Dia kembali tenang melihat sang istri tidak kunjung sadar. Bara membuka resleting tas itu dengan begitu hati-hati tak ingin ada kesalahan sedikit pun.
Glek!
Seteguk air ludah dia telan perlahan. Tas yang begitu biasa itu menjadi sumber ketegangan bagi Bara.
“Huh…, sudah waktunya!” Bara tampak lega dan langsung mengambil CCTV mini yang canggih dari dalam kantong sakunya.
Dia mengambil dan meletakkan CCTV itu ke dalam tas bagian yang paling bawah sendiri sehingga sulit untuk ditemukan jika tas itu tidak dibongkar.
“Se-selesai!” batin Bara dengan tenang ia menutup resletingnya itu hingga tiba-tiba suara aneh terdengar.
“Ehmm…, lakukan lagi! Grok!” Alya berkata beberapa kata sebelum ngorok dengan cepat.
Jantung Bara bergetar dengan hebat hingga setara Gempa Magnitudo 6.4! Napasnya sulit untuk dikendalikan hingga butuh beberapa waktu untuk kembali tenang.
“Apa-apaan aku ini?” batin Bara tampak merasa bingung dengan semua kegelisahannya yang terlalu berlebihan.
“Aku berjanji seandainya nanti kalau ini hanya dugaan acakku, maka aku akan minta maaf dan berkata jujur dengan Alya!” batin Bara dengan tekad kuat.
Dia yang sudah melakukan aksi mata-matanya itu mulai merasa sedikit bersalah. Akan tetapi, Bara tetap melakukan itu demi menenangkan hatinya yang beberapa waktu ini sangat galau sekali.
Pria itu hendak pergi keluar dari kamar setelah yakin kalau tidak ada masalah lagi. Perlahan dia keluar dan mulai menutup pintu.
“Emm…, mas Diano! Cium aku lagi!” gumam Alya tidak jelas sebelum tidur lagi.
Pintu kamar yang hendak tertutup itu langsung terhenti dengan raut wajah Bara tampak semakin tidak sedap dipandang.
“S-sabar! Mungkin itu hanya mimpi saja. Aku tidak boleh asal tuduh hanya berdasarkan dugaanku saja!” batin Bara langsung menutup rapat pintu kamar itu.
Dia malam itu tidak tidur sekamar dengan Alya untuk pertama kalinya sejak dua tahun menikah.
Perasaan tidak nyaman dan bergejolak terus menghantuinya hingga membuatnya tertidur di atas sofa dengan televisi yang masih menyala.
Esok hari pun tiba, Alya dengan terburu-buru bersiap-siap untuk berangkat kerja lagi.
“Mas, aku berangkat kerja dulu ya!” tegas Alya berpamitan dengan sopan.
“Iya! Oh iya Alya! Aku seminggu ini ada pekerjaan di luar kota. Kemarin mau ngomong sama kamu, tapi tidak sempat karena sudah malam. Apa kamu tidak masalah dengan itu?” tanya Bara tiba-tiba.
“Keluar kota? Memangnya ada acara apa?” tanya Alya tampak bingung dan penasaran.
“U-urusan peternakan ayam, seperti biasa masalah pengiriman dan pakan ternak yang sedang ada masalah di luar kota!”
Bara tampak gugup membuat alasan yang tidak jelas. Dia benar-benar bukan mata-mata handal apalagi aktor profesional.
Meski begitu, Alya tampak mengangguk dengan senyum tipis terlintas di lekuk pipinya yang begitu mulus itu.
“Tidak apa-apa, Mas! Hati-hati aja, ya!” tegas wanita cantik itu sambil mencium pipi Bara.
Bara tampak senang dan juga sedih. Seandainya dia tidak curiga dengan Alya, mungkin saja kecupan itu terasa begitu indah.
Namun, keraguan di hatinya belum juga kunjung sirna seakan menjadi tinta hitam yang begitu sulit untuk dihilangkan tidak peduli berapa kali dia mencoba memakai sabun anti noda.
“Kamu juga hati-hati, ya! Tolong utamakan kesehatanmu!” ungkap Bara begitu tulus mengingat istri tercintanya itu.
Alya mengangguk dengan senyum sebelum berbalik pergi menggunakan motornya. Bara yang melihat kepergian sang istri hanya bisa melongo di tempat tanpa berkedip sama sekali.
“Se-sebentar! Aku harus tinggal di mana selama satu minggu ini?” gumam Bara yang baru sadar kalau dia lupa harus tinggal di mana selama bersembunyi satu minggu ini.
Dia berpikir keras sebelum teringat ada tempat kost yang begitu dekat dengan perusahaan peternakan ayam tempat dia bekerja.
“Semoga masih ada kamar kosong!” ucapnya dengan penuh harapan.
Dia pergi berjalan dengan cepat dan mengunci semua celah masuk yang ada di rumahnya.
Seandainya lalat mau masuk pasti mustahil kecuali punya relasi orang dalam. Itulah yang diyakini oleh Bara sebelum dengan mantap meninggalkan rumahnya itu.
***
“Huh! Akhirnya sampai juga!” Bara tampak kelelahan berjalan dari rumahnya menuju tempat kost itu.
Itu adalah kost biasa tanpa nama dan hanya ada kata “Kost” begitu saja. Bara tidak peduli akan hal itu karena dia hanya butuh tinggal selama 7 hari saja.
“Permisi! Saya mau pesan kamar kosong untuk tujuh hari apakah bisa?” tanya Bara dengan sopan ketika melihat seorang wanita tua yang berada di luar kost itu.
“Oh bisa, Mas! Silahkan masuk dulu!” Wanita tua itu tampak sangat menyambut kedatangan Bara dengan begitu baik.
Bara mengangguk dan masuk ke dalam kost itu. Dia melihat kondisi kamar kosong yang menurutnya cukup baik untuknya tinggal selama satu minggu.
“Saya pesan ini ya, Bu!” tegas Bara langsung bernegosiasi dengan wanita tua itu.
Alhasil, harga yang sudah disepakati pun dibayarkan secara penuh oleh Bara. Dia tidak menunggu lama langsung menyalakan laptopnya dan memasang headset dengan gugup.
“Tenang! Ini baru saja beberapa menit. Alya masih ada di jalan raya!” batin Bara berusaha menenangkan hatinya.
Dia memang betul karena mendengar suara-suara kendaraan lalu lalang dari alat CCTV mini yang begitu canggih itu.
Waktu kembali berlalu begitu saja. Bara tidak mendengar suara yang aneh sedikit pun tidak peduli berapa lama dia menunggu.
Dia tetap tenang mengawasi secara online hingga mengantuk karena merasa sangat bosan.
Sesekali dia memakan camilan yang sudah dibawanya dari rumah sebelum pergi ke tempat itu.
“Sudah pukul sepuluh! Jelas sekali kalau Alya dari tadi mengajar di kampus! Apa sih yang membuatku melakukan semua ini?” tanya Bara kepada dirinya sendiri.
Meski berkata begitu, Bara tidak pernah lengah bahkan hanya beberapa detik saja. Dia terus fokus mendengarkan semua suara yang terdengar melalui alat mata-mata gadungannya itu.
Mulai dari percakapan antar rekan pekerjaan, suara mahasiswa bertanya, hingga suara Alya kentut pun didengarnya dengan begitu khusyuk seakan ada jejak misteri tertentu.
Tentu saja itu hanya bayangan Bara saja. Sejauh ini tidak ada suara yang bisa mengarahkan Alya menjadi tersangka perselingkuhan.
“Urgh! Bosan sekali! Apa aku harus terus melakukan ini?” gumam Bara dengan lelah ketika tiba-tiba dia mendengar suara percakapan yang mencurigakan.
“Alya! Kapan kita bertemu lagi?” tanya seorang pria dengan lembut.Bara yang sudah bosan dan mengantuk seakan terkena petir dan langsung tersadar seratus persen mendengarkan percakapan itu.“Nanti sore, bagaimana?” tanya balik gadis itu.“Baiklah! Nanti saya tunggu di ruang perpustakaan!” tegas pria itu pergi menjauh.Percakapan yang begitu singkat mengandung segerobak pesan dan arti yang begitu mendalam bagi Bara.“Me-mereka ingin berselingkuh di perpustakaan? Apakah ini berarti selingkuhan Alya adalah sesama rekan kerjanya?” gumam Bara semakin tak tenang.“A-apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya pria itu bingung menyikapi situasi yang tidak menentu itu.“Se-sebentar! Aku belum tahu sama sekali kalau mereka berselingkuh. Ini hanya sebatas dugaanku sejauh ini!” tegas Bara yang sudah berdiri bolak-balik seperti orang yang memikirkan hutang yang begitu banyak.“Tidak perlu terburu-buru. Aku harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk menguatkan tuduhanku.” Bara langsung menarik na
“Bertahanlah! Tinggal sedikit lagi!” tegas Bara mengelus-elus laptop kesayangannya itu.“Baiklah! Rapat pada hari ini selesai sampai sini saja. Saya berharap hasil rapat kali ini segera dilaksanakan secepatnya. Terima kasih!” tegas seorang pria tua.“Baik, Pak!” sahut semua orang termasuk Alya.Pria tua itu kembali terdengar berbicara dengan begitu jelas. Semua orang langsung membalas dengan begitu cepat dan sopan. Tampaknya pria tua itu adalah atasan semua orang.“Hmm? Tampaknya sudah berakhir!” gumam Bara yang tampak tak tenang.Dia menunggu momen ini hingga hampir dua belas jam lebih lamanya. Meski begitu, perasaan yang tidak bisa dijelaskan kian mencuat dari lubuk hati terdalam.Alya yang sudah menyelesaikan rapatnya sempat mengobrol dengan rekan-rekannya. Canda dan tawa terdengar semakin jelas.“Hmm, Alya! Boleh gak aku tanya sesuatu yang agak sensitif?” tanya rekan Alya seorang wanita.“Hmm? Tanya apa?” Alya tampak terkejut dan penasaran.“Ini soal suamimu itu, dengar-dengar dia
“Apa? Jadi kamu selama ini sudah selingkuh dengan lelaki lain tanpa suamimu ketahui?” tanya wanita itu sedikit meninggikan suaranya.“Hush! Jangan keras-keras! Ini rahasia kita berdua, oke!” tegas Alya tampak tidak menyangkalnya sama sekali.“Ha-ha-ha! Luar biasa sekali Alya. Aku tidak menyangka kalau kamu yang selama ini tampak santun ternyata hanya wanita rendahan. Mulai hari ini kita bukan teman lagi!” tegas wanita tiba-tiba langsung marah begitu saja.Bara yang sudah pasrah dibuatnya itu hanya semakin bingung dan terkejut. Mengapa wanita yang tampak kurang ajar sebelumnya malah berubah menjadi sok suci?Bara tidak mampu menjawabnya dan terus mendengarkan percakapan antara keduanya.“Apa maksud perkataanmu? Siapa yang kau sebut wanita rendahan, hah?” tanya Alya dengan begitu marah disindir menggunakan kata-kata pedas seperti itu.“Siapa lagi kalau bukan kamu? Sebenarnya aku hanya ingin tahu bagaimana kamu bisa begitu tulus menikahi sosok pria yang secara status sosial lebih rendah
Bara langsung meradang ketika kata-kata yang tidak bisa dia cerna itu memasuki hatinya dengan begitu gesitnya.Istri yang tercinta itu mengaku kalau selama ini dia tersenyum hanya untuk menipu dirinya yang begitu tulus mencintainya.“Senyum indah itu ternyata hanya sebatas tipuan semata. Betapa bodohnya diriku ini! Ha-ha-ha!” tegas Bara mengutuk dirinya sendiri sambil tertawa dengan paksa.“Baiklah, sayangku! Aku akan segera pergi. Jangan dikunci ya pintu rumahmu! He-he-he!” sahut Diano dengan nada menggoda sekali lagi.“Iya, sayangku tercinta! Cepat kemari, pintu rumahku selalu terbuka untukmu!” tegas Alya dengan suara yang begitu lembut.Pasangan haram itu saling bermesraan dan berbasa-basi tanpa rasa malu sedikit pun. Bara semakin meradang dibuatnya dan hanya bisa meneteskan air mata.Tangis seorang pria yang setia itu mewakili perasaan semua suami yang selama ini telah dikhianati istri tercinta mereka.Bara bukanlah kasus pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir pula. Ini adal
Tidak disangka, sosok itu malah membahas tentang bibir dan aroma tubuhnya dengan menggambarkannya seakan begitu najisnya.“Dasar Alya! Aku selalu sikat gigi dulu setiap kali minta jatah. Bibirku gelap karena memang kulitku seperti ini. Apa salahnya?” tanya Bara dengan menatap layar laptopnya.Tentu saja tidak akan ada balasan dari pertanyaan itu. Dia hanya bisa melihat istri tercinta begitu ganas melakukan sentuhan haram itu.“Alya…, apakah ini yang begitu kau impikan? Tidak sadarkah kau kalau lelaki di hadapanmu itu begitu tega menikmatimu tanpa peduli suamimu sendiri. Jika kamu bersamanya terus, suatu hari nanti akan tiba di mana kamu akan merasakan rasa sakitku ini!”Bara bergumam dengan air mata yang bercucuran keluar dari rongga matanya yang begitu bulat itu. Wajahnya yang tidak tampan semakin tidak sedap dipandang.“Ehmm…, ayo pergi ke kamar aja!” pinta Alya begitu puas menikmati sensasi sentuhan haram.“Kamar? Bukankah dulu kamu bilang hanya punya satu kamar saja?” tanya Diano
“Semua bukti sudah aku kumpulkan. Haruskah aku keluar dan menangkap basah keduanya?” gumam Bara dengan bimbang.“Tidak! Aku tidak boleh keluar terlebih dahulu. Laki-laki itu pasti bukan orang biasa. Dia berani melamar Alya pasti karena sesuatu hal. Alya sendiri jelas tidak bodoh akan menikah dengan pria yang sekadar tampan saja!” tegas Bara tampak encer sekali otaknya padahal bukan mata-mata resmi anggota kepolisian.“Jika benar begitu, aku harus semakin waspada dengannya. Aku juga perlu menyelidiki asal-usul pria itu! Apabila aku sudah yakin nantinya, kedua orang itu pasti tidak akan bisa berkutik lagi!” Bara begitu yakin dengan deduksinya yang sangat amatir itu.Setelah membuat keputusan bulat, Bara menutup laptopnya yang tampak sudah sekarat karena digunakan seharian penuh lebih dari dua belas jam.Bara yang sudah tenang itu kembali sadar kalau dirinya benar-benar sulit melupakan suara-suara panas antara Alya dan Diano.“Urgh! Ingatan menjijikkan ini pasti sangat sulit sekali untuk
“A-apa? Klien yang mana? Bapak tahu sendiri kalau saya bagian dari tim yang merawat ayam dan menjaga kualitas pangan atau telur yang dihasilkan. Tidak pernah saya berhadapan atau bersinggungan dengan klien peternakan ayam selama ini. Mengapa jadi semua ini salah saya?” tanya Bara tampak begitu heran.“Apa?! Kamu yakin tidak pernah bermasalah dengan klien ini, hah?” tanya bosnya itu mengangkat selembar kertas dan menunjuknya dengan amarah.Bara melihat kertas dengan logo sebuah perusahaan yang tidak pernah dia dengar seumur hidupnya.“Itu logo perusahaan mana? Saya tidak kenal sama sekali!” tegas Bara tampak membantah tuduhan itu.“Kamu! Beraninya kamu masih berpura-pura! Satu hal yang pasti, klien kita ini memutuskan kerja sama karena mereka mengatakan kalau kamu menyinggung martabat bos mereka!” tegas bosnya itu tampak begitu marah.“Hah? Bos siapa lagi? Bapak adalah satu-satunya bos saya! Sejak kapan saya menyinggung bos klien kita? Ini pasti salah paham atau mungkin fitnah semata!”
“Ada apa? Sebentar, siapa kamu? Saya tidak pernah merasa melihat kamu sebelumnya,” ungkap wanita itu begitu jujur.“Maaf, Bu! Perkenalkan nama saya Bara Durkasa berusia 24 tahun! Saya ingin melamar pekerjaan seperti yang ada di postingan internet,” sahut Bara juga secara langsung tanpa basa-basi.“Oh? Apa kamu punya pengalaman sebelumnya?” tanya wanita itu akhirnya sadar dengan tujuan kedatangan Bara.“Iya, Bu! Saya sudah menjadi pekerja di tim yang khusus merawat ayam terutama pakan ternaknya,” ungkap Bara dengan sigap menjelaskan semua pengalamannya.“Jadi kamu sudah pernah bekerja di peternakan juga sebelumnya. Lalu mengapa kamu pindah kemari?” tanya wanita itu tetap tenang menginterogasi Bara.“S-saya baru dipecat hari ini, Bu! Untuk alasannya, saya juga kurang mengerti. Saya hanya tidak masuk kerja kemarin karena sakit, tapi hari ini langsung dipecat begitu saja!” tegas Bara berusaha untuk menyembunyikan alasan yang sebenarnya.“Hmm? Alasan yang aneh. Baiklah kalau begitu, kamu b
“Bara, aku pasti akan mendapatkanmu. Tunggu saja nanti, aku akan kembali!” gumam Citra menyipitkan matanya.“Ayo pergi!” tegas Citra kepada bawahannya sebelum berbalik tanpa menoleh ke belakang lagi.Bawahannya hanya bisa mengangguk dan perlahan mengikuti bosnya dari belakang.Mereka akhirnya pergi dari tempat itu hanya dalam beberapa waktu singkat saja. Bara masih mengintip dari jendela depan rumahnya dengan gugup.“Huuuh! Akhirnya mereka pergi juga. Benar-benar sekumpulan orang aneh. Aku harus waspada dengannya mulai hari ini!” tegas Bara menatap ke luar rumah dengan situasi yang kembali sunyi.Pria itu perlahan kembali menuju kamarnya seraya berkata, “Hari yang melelahkan. Semoga tidak ada masalah lagi ke depannya!”Malam yang penuh drama berakhir begitu saja. Tidak ada lagi suara atau komentar warga.Keheningan yang begitu aneh kembali terjadi mewarnai suasana malam hari. Bara, Alya, dan Citra dipisahkan dengan segudang pikiran memenuhi otaknya.***Jalan yang masih macet terlihat
Keduanya terus bergelut tanpa henti dan berbicara tidak jelas ke sana kemari. Citra yang mendengar semua itu sudah tidak tahan lagi akhirnya mendekat menuju pagar rumah itu.Sosoknya yang tiba-tiba muncul tidak dihiraukan oleh dua orang yang masih saling sikut itu hingga wanita itu mengetuk pagarnya dengan keras.“B-bos! Selamatkan saya dari pria aneh ini!” teriak pria itu meminta tolong.“Hah? Bosmu mengapa terlihat tidak asing dimataku?” tanya Bara yang sadar dengan kedatangan sosok wanita cantik itu.“Bara! Pada akhirnya kita bertemu lagi. Bukankah aku sudah mengatakan itu sebelumnya?” tanya wanita cantik itu yang membuat Bara langsung merinding dan melepaskan pria yang dia tangkap sebelumnya.Sorot mata Bara menjadi sangat aneh dan tidak berkedip sedikit pun. Dia melihat wanita cantik itu seakan masih tidak menyangka kalau perasaan diawasi berasal darinya.Bibirnya bergetar dengan gugup dan tubuhnya ia seret perlahan mundur berusaha masuk ke dalam rumahnya agar menjauh dari wanita
“Haah! Mengapa jalannya bisa macet malam hari seperti ini, hah?!” tegas wanita itu tampak tidak begitu paham situasi.“Ini normal, Nyonya! Perkotaan memang selalu ramai seperti ini,” ungkap sopirnya berusaha menjelaskan situasi.“Hmph! Kalau sudah tidak macet, langsung percepat jalannya!” tegas wanita itu tampak tidak peduli sebelum memejamkan matanya.“Ba-baik!” sahut sopirnya dengan gugup.Setiap kali tidak ada macet, sopirnya itu langsung menancap gas dengan begitu lihainya melewati setiap rintangan yang tampak sulit dipercaya itu.Citra Riana tidak peduli dengan semua itu. Di pikirannya hanya ingin segera sampai di lokasi bertemu dengan Bara untuk ketiga kalinya.“Bara, aku akan membuatmu menjadi milikku!” batin Citra sambil melihat kaca jendela mobilnya.Perjalanan Citra menempuh jarak yang begitu jauh itu membutuhkan belasan menit hingga totalnya lebih dari satu jam berlalu begitu saja.Meski begitu, Citra tampak senang ketika jaraknya semakin dekat seiring berjalannya waktu.Dia
“Jika kami melepaskannya, kami takut kalau Anda akan melakukan tindakan kekerasan kepada tersangka. Tolong tetap diam dan biarkan kami menjalankan tugas!” tegas salah satu polisi itu.“Saya tidak akan melakukan itu. Saya bersumpah hanya akan berbicara dengannya saja. Jika ada tindakan kekerasan, maka saya tidak akan lari dan langsung menyerahkan diri! Tolong izinkan saya!” tegas Bara tiba-tiba bertekuk lutut.Anggota polisi itu menjadi tidak nyaman melihat perilaku Bara. Mereka saling menatap sebelum menghela napas.“Baiklah, kami lepaskan dia. Namun, kami akan tegas ketika Anda melakukan sesuatu yang melanggar hukum!” tegas anggota polisi itu melepaskan Alya.Alya yang dilepaskan tidak merasa senang sedikit pun. Dia masih tertunduk di bawah tatapan semua orang terutama suaminya sendiri.“Kamu akan kami lepaskan untuk kali ini. Namun, Anda tetap akan bertanggung jawab ketika nanti kami meminta Anda datang ke kantor polisi!” tegas anggota polisi itu dengan cepat membawa pergi Diano yang
Kring! Kring!“Hmm? Apa ada berita penting lainnya?” gumam wanita cantik itu melihat ponselnya berdering.“Halo! Ada apa kali ini?” tanya wanita itu langsung masuk ke inti pembicaraan.Wanita cantik itu semakin berubah raut wajahnya menjadi begitu bahagia setelah mendengar perkataan sosok yang menghubunginya itu. “Akhirnya! Ha-ha-ha!” tegas wanita cantik itu yang tak lain adalah Citra Riana.Para pria berjas hitam langsung terdiam mendengar tawa yang bagi mereka terdengar sangat menakutkan itu.***Tiung, tiung, tiung!Mobil polisi bersuara dengan nyaringnya tepat berada di depan rumah Bara tanpa mematikan sirene miliknya.“Selamat malam, Pak! Semua tersangka berada di dalam rumah itu!” tegas seorang pria yang menghampiri anggota polisi yang baru saja keluar dari mobilnya.“Apakah Anda yang melaporkan kasus perselingkuhan ini?” tanya anggota kepolisian itu.“Iya, Pak! Semua warga di belakang saya juga sudah resah beberapa hari ini. Kita sudah mengumpulkan bukti termasuk tersangka yang
“Tidak ada! Kamu awasi dia juga. Kalau dia berani melamar pekerjaan ke tempat lainnya, segera paksa bosnya untuk memecatnya dengan cara apa pun!” tegas Citra tampak membulatkan tekad.“B-baik, Nyonya!” sahut pria itu sebelum panggilan masuk itu dimatikan oleh Citra dengan begitu cepat.“Huuuh! Wanita yang begitu mengerikan. Obsesinya terhadap Bara semakin melonjak ketika dia menemukan informasi tentang perselingkuhan istrinya dengan Diano. Sungguh luar biasa tekanan yang akan dihadapi pria biasa itu nantinya!” guman pria itu sebelum tetap duduk di dalam mobilnya yang terparkir di pinggir jalan.Sorot matanya dengan kamera beresolusi tinggi terus memotret sejumlah gambar mengarah ke rumah yang tidak lain adalah milik Bara.Waktu malam hari itu kembali berlalu dengan begitu cepat tanpa ada perubahan signifikan lainnya yang terjadi.***“Huah! Ngantuknya!” gumam Bara berulang kali dia menguap sebagai tanda mengantuk sekali.“Hmm? Aku merasa seperti ada yang mengawasiku. Aneh!” gumam Bara
20 Agustus, Tahun 2030Empat hari yang lalu!Esok hari datang dengan begitu cepat, tetapi tekanan hidup Bara tidak kunjung pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas.Masalah yang harus dia hadapi saat ini adalah mencari pekerjaan baru agar siap hidup seorang diri ketika sang istri tercinta menceraikannya nanti.“Tidak ada informasi terkait pekerjaan di peternakan lagi. Apakah aku mulai mencari jenis pekerjaan yang lainnya?” gumam Bara meratapi layar laptopnya dengan begitu lekat.Sedari tadi, pria itu terus mengetik beberapa kata dan membuka berbagai macam situs internet.Bahkan akun media sosial pun tak luput dari pengawasannya. Hasil jerih payahnya tidak ada yang mampu dia petik bahkan satu biji pun.“Huh…! Apa aku harus terus seperti ini? Tidak, tidak boleh!” gumam Bara kembali mencari lowongan pekerjaan melalui situs internet.Tidak terasa dua jam berlalu begitu saja. Hari yang sejuk dan sedikit berawan kian berubah menjadi terik matahari yang menyengat di ubun-ubun.Bara sudah gag
“Bara! Aku akan mencarimu lagi. Kita pasti akan bertemu lagi. Saat itu, aku ingin tahu bagaimana kamu akan bisa menolakku lagi?!” tegas Citra dengan lantang tidak mengejar kepergian Bara.Sosok pria itu semakin jauh dan sudah sulit bagi Citra untuk melihatnya dengan jelas. Dahi beningnya itu mengerut sambil mengepalkan tangannya.“Hmph! Beraninya dia kabur dari kecantikan luar biasa sepertiku!” tegas Citra yang masih tidak percaya dengan kaburnya Bara.“Dia pasti akan kembali kepadaku. Kita lihat saja nanti!” Wanita itu mendengus dengan kesal sebelum kembali ke dalam ruangannya.Tak! Tak!Suara langkah kaki yang begitu tergesa-gesa kian terdengar semakin jelas. Sosok Bara langsung muncul dari asal suara itu.“Hah, hah! Aku harus pergi sejauh mungkin!” tegas Bara tampak begitu terkejut dengan semua yang baru saja terjadi kepadanya hingga sulit baginya untuk mengatur napas.Bara langsung berlari dengan cepat pergi menuju gerbang masuk peternakan itu. Beberapa orang yang masih lembur tam
Citra Riana, wanita cantik itu malah tersenyum tidak langsung menjawab pertanyaan Bara.Dia mengambil botol air mineral dengan santai dia meminumnya. Bara semakin tak tenang melihat gerak-gerik Citra yang semakin tampak seperti penjahat utama dalam novel genre misteri.Gadis itu seharusnya tidak mungkin tahu sesuatu yang begitu rahasia. Hanya segelintir orang saja yang tahu dan tentu saja wanita itu tidak ada hubungannya sama sekali.“Siapa dia? Bagaimana dia bisa mengetahui rahasia hubungan gelap istriku? A-apakah dia sudah menyelidikiku sebelumnya?” batin Bara semakin bimbang tidak mengerti apa yang harus dilakukannya.“Cepat katakan kepadaku! Siapa kamu sebenarnya? Bagaimana kamu bisa tahu semua rahasia ini? Kalau tidak, saya mungkin akan langsung menghubungi polisi atas kecurigaan seorang penguntit!” Bara bersikap begitu tegas dan terus terang.Uhuk!Wanita cantik itu langsung tersedak ketika dalam posisi meminum air mineral. Perkataan Bara tentu sangat tidak disangka olehnya.“He