“Apa? Jadi kamu selama ini sudah selingkuh dengan lelaki lain tanpa suamimu ketahui?” tanya wanita itu sedikit meninggikan suaranya.
“Hush! Jangan keras-keras! Ini rahasia kita berdua, oke!” tegas Alya tampak tidak menyangkalnya sama sekali.
“Ha-ha-ha! Luar biasa sekali Alya. Aku tidak menyangka kalau kamu yang selama ini tampak santun ternyata hanya wanita rendahan. Mulai hari ini kita bukan teman lagi!” tegas wanita tiba-tiba langsung marah begitu saja.
Bara yang sudah pasrah dibuatnya itu hanya semakin bingung dan terkejut. Mengapa wanita yang tampak kurang ajar sebelumnya malah berubah menjadi sok suci?
Bara tidak mampu menjawabnya dan terus mendengarkan percakapan antara keduanya.
“Apa maksud perkataanmu? Siapa yang kau sebut wanita rendahan, hah?” tanya Alya dengan begitu marah disindir menggunakan kata-kata pedas seperti itu.
“Siapa lagi kalau bukan kamu? Sebenarnya aku hanya ingin tahu bagaimana kamu bisa begitu tulus menikahi sosok pria yang secara status sosial lebih rendah darimu. Tidak menyangka kalau kamu pada akhirnya hanyalah berpura-pura saja selama ini. Aku jadi merasa kasihan dengan suamimu itu. Semoga dia kuat melewati semua ini!”
Wanita itu dengan tegas berkata-kata sebelum berusaha pergi menjauh dari Alya. Istri Bara langsung memucat ketika mendengar perkataan itu.
“Berhenti, Hana! Cepat minta maaf sekarang!” teriak Alya berusaha menghentikan langkah kaki wanita itu yang dipanggilnya Hana.
“Hmph! Tidak perlu lagi kita berbicara mulai sekarang. Kamu bukan temanku dan aku tidak mengenalmu sama sekali. Sampai jumpa!” tegas Hana dengan cepat pergi meninggalkan Alya seorang diri.
“Dasar wanita pikun! Aku juga tidak butuh teman sepertimu lagi!” tegas Alya dengan kesal pergi menuju parkiran motor.
Bara yang dari tadi mendengarkan semua percakapan itu hanya bisa melongo dan sedikit tersentuh.
“Setidaknya masih ada orang baik di luar sana. Andaikan saja Alya adalah salah satunya, aku pasti akan sujud syukur setiap hari.” Bara bergumam dengan sedih.
Alya yang berada dalam suasana kesal itu langsung terdiam lesu di atas motornya tidak berusaha untuk beranjak pergi.
“Memangnya apa salahku memilih pilihan hidupku sendiri, hah? Wanita itu tidak tahu rasanya punya suami yang statusnya rendah! Dia sendiri juga anak orang kaya dan suaminya pengusaha kaya. Beraninya dia menghinaku dengan sebutan ‘wanita rendahan’. Dasar wanita pikun!”
Alya bergumam sendiri dengan pelan, tetapi raut wajahnya semakin kesal ketika memikirkan momen sebelumnya ketika teman dekatnya mengatakan sesuatu yang sangat menyinggungnya.
“Permisi, Bu! Apakah ibu mau keluar sekarang? Soalnya parkiran ini mau saya tinggal dulu,” ungkap seorang satpam penjaga parkiran.
“O-oh iya, Pak! Saya akan pergi sekarang. Mohon bantuannya, terima kasih!” sahut Alya yang langsung tersadar kembali.
Alya dengan berat hati pergi dari wilayah Universitas Danoa. Dalam perjalanan panjangnya, Alya masih terus bergumam mengutuk keras perkataan Hana.
Dia masih sangat merasa tersinggung tidak peduli berapa kali dia mencoba untuk tetap tenang. Perkataan yang begitu runcing adalah pertama kalinya dia dengar seumur hidupnya.
Wajar saja bagi gadis cantik yang tampak lugu itu. Semua orang akan merasa hormat dan kagum bahkan memuji sosoknya berulang kali.
Tidak mungkin ada orang yang menghujatnya dengan kata-kata yang persis atau serupa dengan perkataan Hana sebelumnya.
“Hana! Aku akan mengingat hinaanmu ini!” tegas Alya terus mengoceh dengan kesal selama perjalanan itu.
Bara yang sudah pasrah tidak terlalu berminat lagi untuk mendengarkan perkataan wanita yang sebelumnya amat dia cintai itu.
Namun, nama Hana yang terus diulang-ulang oleh Alya langsung terngiang-ngiang di kepalanya yang sudah pusing memikirkan masa depannya itu.
“Hana? Sungguh beruntung sekali suaminya memiliki wanita yang begitu teguh pendirian bahkan rela putus hubungan dengan istriku hanya karena dia selingkuh. Andaikan saja Alya seperti itu!” gumam Bara dengan begitu merenung.
Dia tetap lesu membaringkan kepalanya di atas meja. Bara terus mendengarkan ocehan tidak jelas istrinya itu hingga Alya tiba sampai rumah.
“Hmm? Loh, kok aku sudah pulang?” gumam Alya heran.
“Hah! Ini semua karena wanita itu membuatku masih terus memikirkan perkataannya. Aku sampai lupa kalau hari ini ada janji dengan Mas Diano!” tegas Alya tampak cemberut sekali.
“Hmm? Siapa itu Diano?” batin Bara tersentak kembali.
“Sebentar, bukankah pria rendahan itu sedang ke luar kota hari ini?” ucap Alya langsung teringat sosok Bara yang tidak ada di rumah.
Bara yang peka kalau disebut sebagai pria rendahan hanya bisa mengepalkan tangannya dengan begitu eratnya hingga lumayan terasa sakit.
“Alya! Kamu sungguh keterlaluan!” tegas Bara tampak begitu geram.
Tentu saja Alya tidak bisa mendengarnya sama sekali. Bara tetap mengawasi gelagat tidak baik istrinya itu.
“Apa aku ajak saja Mas Diano untuk menginap malam ini di rumahku? Sebentar, aku coba telepon dulu!” gumam Alya tampak tidak tahu malu.
Alya membuka tasnya dan mengambil ponselnya. Dia melihat banyak panggilan masuk dari Mas Diano.
“Huh? Mas Diano benar-benar sudah menghubungiku sejak tadi!” tegas Alya tersentak kaget.
Dia langsung buru-buru menelepon pria itu tanpa tahu kalau suaminya sudah begitu geram dengan perilakunya.
“Alya! Bahkan belum sehari aku pergi, kamu sudah nekat untuk selingkuh di belakangku!” tegas Bara begitu geram.
Namun, entah mengapa dia tidak punya tenaga atau keberanian untuk segera pergi menuju rumah itu.
Dia hanya terus duduk terpaku di tempat mengawasi semua dari jauh. Bahkan di otaknya ada pikiran untuk menggunakan kesempatan ini sebagai bukti ketika nantinya diperlukan olehnya.
“Halo! Alya, kamu ada di mana? Aku sudah menunggu kamu di hotel dari tadi. Di mana kamu sekarang?” tanya seorang pria di seberang sana.
“Maaf, Mas! Aku sekarang sudah di depan rumah. Tadi ada rapat sampai malam terus ada masalah sedikit yang membuatku lupa sampai baru sadar ketika sudah di depan rumah,” jawab Alya tampak begitu sopan.
“Rumah? Apa maksudmu kalau hari ini kita batal untuk bertemu?” tanya pria itu dengan sedikit rasa kecewa.
“Tidak! Aku ingin sekali bertemu denganmu. Rumahku sekarang sudah sepi karena suamiku pergi ke luar kota. Apakah Mas Diano bisa datang ke rumahku? Aku akan bagikan alamat secara online!” sahut Alya tampak begitu tak rela.
“Rumahmu? Ehm…, apa kamu yakin tidak ada masalah nantinya?” tanya Diano.
“Masalah? Tenang saja, Mas. Suamiku itu memang sedang pergi sekarang. Lagi pula, pria rendahan itu hanya orang bodoh lulusan SMA. Dia mana mungkin sadar ketika aku selalu memperlakukannya dengan senyuman,” ungkap Alya dengan bangga.
“Ha-ha-ha! Senyuman manismu memang sangat menggoda. Tidak diragukan lagi kalau semua pria pasti akan takluk di hadapannya itu. Termasuk aku!” sahut Diano dengan nada jahil.
“Ehmm…, kamu nakal sekali sih hari ini! Ya sudah, cepat datang ke rumahku! Aku sudah tidak sabar bertemu denganmu sekarang!” tegas Alya dengan suara yang begitu imut.
Bara langsung meradang ketika kata-kata yang tidak bisa dia cerna itu memasuki hatinya dengan begitu gesitnya.Istri yang tercinta itu mengaku kalau selama ini dia tersenyum hanya untuk menipu dirinya yang begitu tulus mencintainya.“Senyum indah itu ternyata hanya sebatas tipuan semata. Betapa bodohnya diriku ini! Ha-ha-ha!” tegas Bara mengutuk dirinya sendiri sambil tertawa dengan paksa.“Baiklah, sayangku! Aku akan segera pergi. Jangan dikunci ya pintu rumahmu! He-he-he!” sahut Diano dengan nada menggoda sekali lagi.“Iya, sayangku tercinta! Cepat kemari, pintu rumahku selalu terbuka untukmu!” tegas Alya dengan suara yang begitu lembut.Pasangan haram itu saling bermesraan dan berbasa-basi tanpa rasa malu sedikit pun. Bara semakin meradang dibuatnya dan hanya bisa meneteskan air mata.Tangis seorang pria yang setia itu mewakili perasaan semua suami yang selama ini telah dikhianati istri tercinta mereka.Bara bukanlah kasus pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir pula. Ini adal
Tidak disangka, sosok itu malah membahas tentang bibir dan aroma tubuhnya dengan menggambarkannya seakan begitu najisnya.“Dasar Alya! Aku selalu sikat gigi dulu setiap kali minta jatah. Bibirku gelap karena memang kulitku seperti ini. Apa salahnya?” tanya Bara dengan menatap layar laptopnya.Tentu saja tidak akan ada balasan dari pertanyaan itu. Dia hanya bisa melihat istri tercinta begitu ganas melakukan sentuhan haram itu.“Alya…, apakah ini yang begitu kau impikan? Tidak sadarkah kau kalau lelaki di hadapanmu itu begitu tega menikmatimu tanpa peduli suamimu sendiri. Jika kamu bersamanya terus, suatu hari nanti akan tiba di mana kamu akan merasakan rasa sakitku ini!”Bara bergumam dengan air mata yang bercucuran keluar dari rongga matanya yang begitu bulat itu. Wajahnya yang tidak tampan semakin tidak sedap dipandang.“Ehmm…, ayo pergi ke kamar aja!” pinta Alya begitu puas menikmati sensasi sentuhan haram.“Kamar? Bukankah dulu kamu bilang hanya punya satu kamar saja?” tanya Diano
“Semua bukti sudah aku kumpulkan. Haruskah aku keluar dan menangkap basah keduanya?” gumam Bara dengan bimbang.“Tidak! Aku tidak boleh keluar terlebih dahulu. Laki-laki itu pasti bukan orang biasa. Dia berani melamar Alya pasti karena sesuatu hal. Alya sendiri jelas tidak bodoh akan menikah dengan pria yang sekadar tampan saja!” tegas Bara tampak encer sekali otaknya padahal bukan mata-mata resmi anggota kepolisian.“Jika benar begitu, aku harus semakin waspada dengannya. Aku juga perlu menyelidiki asal-usul pria itu! Apabila aku sudah yakin nantinya, kedua orang itu pasti tidak akan bisa berkutik lagi!” Bara begitu yakin dengan deduksinya yang sangat amatir itu.Setelah membuat keputusan bulat, Bara menutup laptopnya yang tampak sudah sekarat karena digunakan seharian penuh lebih dari dua belas jam.Bara yang sudah tenang itu kembali sadar kalau dirinya benar-benar sulit melupakan suara-suara panas antara Alya dan Diano.“Urgh! Ingatan menjijikkan ini pasti sangat sulit sekali untuk
“A-apa? Klien yang mana? Bapak tahu sendiri kalau saya bagian dari tim yang merawat ayam dan menjaga kualitas pangan atau telur yang dihasilkan. Tidak pernah saya berhadapan atau bersinggungan dengan klien peternakan ayam selama ini. Mengapa jadi semua ini salah saya?” tanya Bara tampak begitu heran.“Apa?! Kamu yakin tidak pernah bermasalah dengan klien ini, hah?” tanya bosnya itu mengangkat selembar kertas dan menunjuknya dengan amarah.Bara melihat kertas dengan logo sebuah perusahaan yang tidak pernah dia dengar seumur hidupnya.“Itu logo perusahaan mana? Saya tidak kenal sama sekali!” tegas Bara tampak membantah tuduhan itu.“Kamu! Beraninya kamu masih berpura-pura! Satu hal yang pasti, klien kita ini memutuskan kerja sama karena mereka mengatakan kalau kamu menyinggung martabat bos mereka!” tegas bosnya itu tampak begitu marah.“Hah? Bos siapa lagi? Bapak adalah satu-satunya bos saya! Sejak kapan saya menyinggung bos klien kita? Ini pasti salah paham atau mungkin fitnah semata!”
“Ada apa? Sebentar, siapa kamu? Saya tidak pernah merasa melihat kamu sebelumnya,” ungkap wanita itu begitu jujur.“Maaf, Bu! Perkenalkan nama saya Bara Durkasa berusia 24 tahun! Saya ingin melamar pekerjaan seperti yang ada di postingan internet,” sahut Bara juga secara langsung tanpa basa-basi.“Oh? Apa kamu punya pengalaman sebelumnya?” tanya wanita itu akhirnya sadar dengan tujuan kedatangan Bara.“Iya, Bu! Saya sudah menjadi pekerja di tim yang khusus merawat ayam terutama pakan ternaknya,” ungkap Bara dengan sigap menjelaskan semua pengalamannya.“Jadi kamu sudah pernah bekerja di peternakan juga sebelumnya. Lalu mengapa kamu pindah kemari?” tanya wanita itu tetap tenang menginterogasi Bara.“S-saya baru dipecat hari ini, Bu! Untuk alasannya, saya juga kurang mengerti. Saya hanya tidak masuk kerja kemarin karena sakit, tapi hari ini langsung dipecat begitu saja!” tegas Bara berusaha untuk menyembunyikan alasan yang sebenarnya.“Hmm? Alasan yang aneh. Baiklah kalau begitu, kamu b
“Baiklah, saya sudah menyampaikan pesan kepadamu. Semoga berhasil!” Pria tua itu langsung pergi menjauh.“Orang aneh lagi. Tampaknya aku masih butuh waktu lebih banyak untuk beradaptasi,” gumam Bara melihat kepergian pria tua itu.Bara tidak ingin berdiam diri terlalu lama sebelum pergi menuju ruang bos cantiknya itu untuk kedua kalinya.“Apakah aku akan langsung diterima? Atau ada masalah lainnya?” batin Bara dengan bimbang sambil mempercepat langkah kakinya.Beberapa langkah kian mendekati ruang atasannya itu. Bara entah mengapa merasa gugup. Dia sangat berharap kalau tidak ada masalah apalagi pemecatan lagi.Jujur saja, Bara masih terasa terguncang ketika pagi hari yang lalu dipecat dengan tidak hormat bahkan disalahkan atas sesuatu yang tidak dimengertinya sama sekali.Pria itu akhirnya sampai tepat di depan pintu masuk. Jantungnya berdetak lebih cepat daripada biasanya.Tok! Tok!“Permisi, Bu! Saya mendapatkan pesan kalau bos ingin bertemu dengan saya. Apakah saya boleh masuk?” t
Citra Riana, wanita cantik itu malah tersenyum tidak langsung menjawab pertanyaan Bara.Dia mengambil botol air mineral dengan santai dia meminumnya. Bara semakin tak tenang melihat gerak-gerik Citra yang semakin tampak seperti penjahat utama dalam novel genre misteri.Gadis itu seharusnya tidak mungkin tahu sesuatu yang begitu rahasia. Hanya segelintir orang saja yang tahu dan tentu saja wanita itu tidak ada hubungannya sama sekali.“Siapa dia? Bagaimana dia bisa mengetahui rahasia hubungan gelap istriku? A-apakah dia sudah menyelidikiku sebelumnya?” batin Bara semakin bimbang tidak mengerti apa yang harus dilakukannya.“Cepat katakan kepadaku! Siapa kamu sebenarnya? Bagaimana kamu bisa tahu semua rahasia ini? Kalau tidak, saya mungkin akan langsung menghubungi polisi atas kecurigaan seorang penguntit!” Bara bersikap begitu tegas dan terus terang.Uhuk!Wanita cantik itu langsung tersedak ketika dalam posisi meminum air mineral. Perkataan Bara tentu sangat tidak disangka olehnya.“He
“Bara! Aku akan mencarimu lagi. Kita pasti akan bertemu lagi. Saat itu, aku ingin tahu bagaimana kamu akan bisa menolakku lagi?!” tegas Citra dengan lantang tidak mengejar kepergian Bara.Sosok pria itu semakin jauh dan sudah sulit bagi Citra untuk melihatnya dengan jelas. Dahi beningnya itu mengerut sambil mengepalkan tangannya.“Hmph! Beraninya dia kabur dari kecantikan luar biasa sepertiku!” tegas Citra yang masih tidak percaya dengan kaburnya Bara.“Dia pasti akan kembali kepadaku. Kita lihat saja nanti!” Wanita itu mendengus dengan kesal sebelum kembali ke dalam ruangannya.Tak! Tak!Suara langkah kaki yang begitu tergesa-gesa kian terdengar semakin jelas. Sosok Bara langsung muncul dari asal suara itu.“Hah, hah! Aku harus pergi sejauh mungkin!” tegas Bara tampak begitu terkejut dengan semua yang baru saja terjadi kepadanya hingga sulit baginya untuk mengatur napas.Bara langsung berlari dengan cepat pergi menuju gerbang masuk peternakan itu. Beberapa orang yang masih lembur tam
“Bara, aku pasti akan mendapatkanmu. Tunggu saja nanti, aku akan kembali!” gumam Citra menyipitkan matanya.“Ayo pergi!” tegas Citra kepada bawahannya sebelum berbalik tanpa menoleh ke belakang lagi.Bawahannya hanya bisa mengangguk dan perlahan mengikuti bosnya dari belakang.Mereka akhirnya pergi dari tempat itu hanya dalam beberapa waktu singkat saja. Bara masih mengintip dari jendela depan rumahnya dengan gugup.“Huuuh! Akhirnya mereka pergi juga. Benar-benar sekumpulan orang aneh. Aku harus waspada dengannya mulai hari ini!” tegas Bara menatap ke luar rumah dengan situasi yang kembali sunyi.Pria itu perlahan kembali menuju kamarnya seraya berkata, “Hari yang melelahkan. Semoga tidak ada masalah lagi ke depannya!”Malam yang penuh drama berakhir begitu saja. Tidak ada lagi suara atau komentar warga.Keheningan yang begitu aneh kembali terjadi mewarnai suasana malam hari. Bara, Alya, dan Citra dipisahkan dengan segudang pikiran memenuhi otaknya.***Jalan yang masih macet terlihat
Keduanya terus bergelut tanpa henti dan berbicara tidak jelas ke sana kemari. Citra yang mendengar semua itu sudah tidak tahan lagi akhirnya mendekat menuju pagar rumah itu.Sosoknya yang tiba-tiba muncul tidak dihiraukan oleh dua orang yang masih saling sikut itu hingga wanita itu mengetuk pagarnya dengan keras.“B-bos! Selamatkan saya dari pria aneh ini!” teriak pria itu meminta tolong.“Hah? Bosmu mengapa terlihat tidak asing dimataku?” tanya Bara yang sadar dengan kedatangan sosok wanita cantik itu.“Bara! Pada akhirnya kita bertemu lagi. Bukankah aku sudah mengatakan itu sebelumnya?” tanya wanita cantik itu yang membuat Bara langsung merinding dan melepaskan pria yang dia tangkap sebelumnya.Sorot mata Bara menjadi sangat aneh dan tidak berkedip sedikit pun. Dia melihat wanita cantik itu seakan masih tidak menyangka kalau perasaan diawasi berasal darinya.Bibirnya bergetar dengan gugup dan tubuhnya ia seret perlahan mundur berusaha masuk ke dalam rumahnya agar menjauh dari wanita
“Haah! Mengapa jalannya bisa macet malam hari seperti ini, hah?!” tegas wanita itu tampak tidak begitu paham situasi.“Ini normal, Nyonya! Perkotaan memang selalu ramai seperti ini,” ungkap sopirnya berusaha menjelaskan situasi.“Hmph! Kalau sudah tidak macet, langsung percepat jalannya!” tegas wanita itu tampak tidak peduli sebelum memejamkan matanya.“Ba-baik!” sahut sopirnya dengan gugup.Setiap kali tidak ada macet, sopirnya itu langsung menancap gas dengan begitu lihainya melewati setiap rintangan yang tampak sulit dipercaya itu.Citra Riana tidak peduli dengan semua itu. Di pikirannya hanya ingin segera sampai di lokasi bertemu dengan Bara untuk ketiga kalinya.“Bara, aku akan membuatmu menjadi milikku!” batin Citra sambil melihat kaca jendela mobilnya.Perjalanan Citra menempuh jarak yang begitu jauh itu membutuhkan belasan menit hingga totalnya lebih dari satu jam berlalu begitu saja.Meski begitu, Citra tampak senang ketika jaraknya semakin dekat seiring berjalannya waktu.Dia
“Jika kami melepaskannya, kami takut kalau Anda akan melakukan tindakan kekerasan kepada tersangka. Tolong tetap diam dan biarkan kami menjalankan tugas!” tegas salah satu polisi itu.“Saya tidak akan melakukan itu. Saya bersumpah hanya akan berbicara dengannya saja. Jika ada tindakan kekerasan, maka saya tidak akan lari dan langsung menyerahkan diri! Tolong izinkan saya!” tegas Bara tiba-tiba bertekuk lutut.Anggota polisi itu menjadi tidak nyaman melihat perilaku Bara. Mereka saling menatap sebelum menghela napas.“Baiklah, kami lepaskan dia. Namun, kami akan tegas ketika Anda melakukan sesuatu yang melanggar hukum!” tegas anggota polisi itu melepaskan Alya.Alya yang dilepaskan tidak merasa senang sedikit pun. Dia masih tertunduk di bawah tatapan semua orang terutama suaminya sendiri.“Kamu akan kami lepaskan untuk kali ini. Namun, Anda tetap akan bertanggung jawab ketika nanti kami meminta Anda datang ke kantor polisi!” tegas anggota polisi itu dengan cepat membawa pergi Diano yang
Kring! Kring!“Hmm? Apa ada berita penting lainnya?” gumam wanita cantik itu melihat ponselnya berdering.“Halo! Ada apa kali ini?” tanya wanita itu langsung masuk ke inti pembicaraan.Wanita cantik itu semakin berubah raut wajahnya menjadi begitu bahagia setelah mendengar perkataan sosok yang menghubunginya itu. “Akhirnya! Ha-ha-ha!” tegas wanita cantik itu yang tak lain adalah Citra Riana.Para pria berjas hitam langsung terdiam mendengar tawa yang bagi mereka terdengar sangat menakutkan itu.***Tiung, tiung, tiung!Mobil polisi bersuara dengan nyaringnya tepat berada di depan rumah Bara tanpa mematikan sirene miliknya.“Selamat malam, Pak! Semua tersangka berada di dalam rumah itu!” tegas seorang pria yang menghampiri anggota polisi yang baru saja keluar dari mobilnya.“Apakah Anda yang melaporkan kasus perselingkuhan ini?” tanya anggota kepolisian itu.“Iya, Pak! Semua warga di belakang saya juga sudah resah beberapa hari ini. Kita sudah mengumpulkan bukti termasuk tersangka yang
“Tidak ada! Kamu awasi dia juga. Kalau dia berani melamar pekerjaan ke tempat lainnya, segera paksa bosnya untuk memecatnya dengan cara apa pun!” tegas Citra tampak membulatkan tekad.“B-baik, Nyonya!” sahut pria itu sebelum panggilan masuk itu dimatikan oleh Citra dengan begitu cepat.“Huuuh! Wanita yang begitu mengerikan. Obsesinya terhadap Bara semakin melonjak ketika dia menemukan informasi tentang perselingkuhan istrinya dengan Diano. Sungguh luar biasa tekanan yang akan dihadapi pria biasa itu nantinya!” guman pria itu sebelum tetap duduk di dalam mobilnya yang terparkir di pinggir jalan.Sorot matanya dengan kamera beresolusi tinggi terus memotret sejumlah gambar mengarah ke rumah yang tidak lain adalah milik Bara.Waktu malam hari itu kembali berlalu dengan begitu cepat tanpa ada perubahan signifikan lainnya yang terjadi.***“Huah! Ngantuknya!” gumam Bara berulang kali dia menguap sebagai tanda mengantuk sekali.“Hmm? Aku merasa seperti ada yang mengawasiku. Aneh!” gumam Bara
20 Agustus, Tahun 2030Empat hari yang lalu!Esok hari datang dengan begitu cepat, tetapi tekanan hidup Bara tidak kunjung pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas.Masalah yang harus dia hadapi saat ini adalah mencari pekerjaan baru agar siap hidup seorang diri ketika sang istri tercinta menceraikannya nanti.“Tidak ada informasi terkait pekerjaan di peternakan lagi. Apakah aku mulai mencari jenis pekerjaan yang lainnya?” gumam Bara meratapi layar laptopnya dengan begitu lekat.Sedari tadi, pria itu terus mengetik beberapa kata dan membuka berbagai macam situs internet.Bahkan akun media sosial pun tak luput dari pengawasannya. Hasil jerih payahnya tidak ada yang mampu dia petik bahkan satu biji pun.“Huh…! Apa aku harus terus seperti ini? Tidak, tidak boleh!” gumam Bara kembali mencari lowongan pekerjaan melalui situs internet.Tidak terasa dua jam berlalu begitu saja. Hari yang sejuk dan sedikit berawan kian berubah menjadi terik matahari yang menyengat di ubun-ubun.Bara sudah gag
“Bara! Aku akan mencarimu lagi. Kita pasti akan bertemu lagi. Saat itu, aku ingin tahu bagaimana kamu akan bisa menolakku lagi?!” tegas Citra dengan lantang tidak mengejar kepergian Bara.Sosok pria itu semakin jauh dan sudah sulit bagi Citra untuk melihatnya dengan jelas. Dahi beningnya itu mengerut sambil mengepalkan tangannya.“Hmph! Beraninya dia kabur dari kecantikan luar biasa sepertiku!” tegas Citra yang masih tidak percaya dengan kaburnya Bara.“Dia pasti akan kembali kepadaku. Kita lihat saja nanti!” Wanita itu mendengus dengan kesal sebelum kembali ke dalam ruangannya.Tak! Tak!Suara langkah kaki yang begitu tergesa-gesa kian terdengar semakin jelas. Sosok Bara langsung muncul dari asal suara itu.“Hah, hah! Aku harus pergi sejauh mungkin!” tegas Bara tampak begitu terkejut dengan semua yang baru saja terjadi kepadanya hingga sulit baginya untuk mengatur napas.Bara langsung berlari dengan cepat pergi menuju gerbang masuk peternakan itu. Beberapa orang yang masih lembur tam
Citra Riana, wanita cantik itu malah tersenyum tidak langsung menjawab pertanyaan Bara.Dia mengambil botol air mineral dengan santai dia meminumnya. Bara semakin tak tenang melihat gerak-gerik Citra yang semakin tampak seperti penjahat utama dalam novel genre misteri.Gadis itu seharusnya tidak mungkin tahu sesuatu yang begitu rahasia. Hanya segelintir orang saja yang tahu dan tentu saja wanita itu tidak ada hubungannya sama sekali.“Siapa dia? Bagaimana dia bisa mengetahui rahasia hubungan gelap istriku? A-apakah dia sudah menyelidikiku sebelumnya?” batin Bara semakin bimbang tidak mengerti apa yang harus dilakukannya.“Cepat katakan kepadaku! Siapa kamu sebenarnya? Bagaimana kamu bisa tahu semua rahasia ini? Kalau tidak, saya mungkin akan langsung menghubungi polisi atas kecurigaan seorang penguntit!” Bara bersikap begitu tegas dan terus terang.Uhuk!Wanita cantik itu langsung tersedak ketika dalam posisi meminum air mineral. Perkataan Bara tentu sangat tidak disangka olehnya.“He