“Bertahanlah! Tinggal sedikit lagi!” tegas Bara mengelus-elus laptop kesayangannya itu.
“Baiklah! Rapat pada hari ini selesai sampai sini saja. Saya berharap hasil rapat kali ini segera dilaksanakan secepatnya. Terima kasih!” tegas seorang pria tua.
“Baik, Pak!” sahut semua orang termasuk Alya.
Pria tua itu kembali terdengar berbicara dengan begitu jelas. Semua orang langsung membalas dengan begitu cepat dan sopan. Tampaknya pria tua itu adalah atasan semua orang.
“Hmm? Tampaknya sudah berakhir!” gumam Bara yang tampak tak tenang.
Dia menunggu momen ini hingga hampir dua belas jam lebih lamanya. Meski begitu, perasaan yang tidak bisa dijelaskan kian mencuat dari lubuk hati terdalam.
Alya yang sudah menyelesaikan rapatnya sempat mengobrol dengan rekan-rekannya. Canda dan tawa terdengar semakin jelas.
“Hmm, Alya! Boleh gak aku tanya sesuatu yang agak sensitif?” tanya rekan Alya seorang wanita.
“Hmm? Tanya apa?” Alya tampak terkejut dan penasaran.
“Ini soal suamimu itu, dengar-dengar dia bukan sarjana, kan?” tanya wanita itu dengan begitu santai.
“Suami? Hmm, ya dia memang hanya lulusan SMA saja. Mengapa kamu membahas tentangnya?” tanya Alya tampak santai dan bingung.
Bara yang mendengar percakapan itu langsung tegang sekali entah karena apa dia bahkan tidak sempat untuk berkedip sedikit pun.
“Gimana ya aku harus ngomongnya? Ini lebih ke penasaran aja sih! Mengapa kamu bisa menikah dengan laki-laki yang sejujurnya tidak selevel denganmu itu?” tanya wanita itu dengan lantang.
Bara langsung melompat dari kursinya seakan baru saja melihat sesuatu yang begitu mengejutkan.
Kedua telinganya terus fokus mendengarkan apa pun yang terjadi di sisi Alya hingga suara kepakan saya nyamuk tidak luput dari indera pendengarannya yang entah mengapa menjadi begitu tajam.
“Alya pasti memberikan jawaban yang paling bagus! Wanita rekannya Alya ini pasti bukan gadis baik melainkan matre!” tegas Bara menantikan jawaban sang istri.
“Entahlah, aku juga lupa! Mungkin saja ini terkait dengan kondisinya itu. Jadi aku sedikit kasihan aja dengannya,” sahut Alya dengan santai tanpa beban sedikit pun.
Jawaban yang begitu aneh itu tidak hanya mengejutkan rekan wanitanya itu, Bara yang mendengar dengan begitu jelas seakan sulit untuk percaya dengan jawaban yang merendahkan martabatnya itu.
“K-kamu menikah dengan suamimu karena kasihan? Apa kamu yakin? Kamu tidak sedang bercanda, kan?” tanya wanita itu dengan begitu cepat.
“Sudah aku bilang kalau aku sendiri lupa alasannya. Namun, seingatku waktu itu karena kasihan saja melihat dia. Pria itu juga tiba-tiba melamarku dan tanpa sadar aku menyetujuinya begitu saja,” jawab Alya dengan santai.
“H-hei! Masak kamu menikah dengan seorang pria dengan alasan seperti itu?” tanya wanita itu sulit untuk percaya.
“Memangnya aku harus punya alasan apalagi? Seperti yang kamu bilang kalau dia dan aku itu ibarat padang pasir dan rumput yang hijau. Dia tidak selevel denganku dari aspek manapun!” tegas Alya tanpa memotong kalimatnya.
Wanita sekaligus istri yang begitu dicintai oleh Bara itu berkata dengan tegas dan tanpa ada tanda-tanda keraguan sedikit pun.
Jelas sekali kalau perkataan itu datang dari dalam lubuk hatinya. Bara langsung terpukul berat mendengar jawaban yang tidak manusiawi itu.
“A-alya, apakah ini yang selama ini kau pikirkan tentangku?” gumam Bara masih tak percaya dengan semua perkataan yang baru saja didengarnya itu.
“La-lalu sekarang bagaimana? Bukankah kalian sudah menikah selama dua tahun ini?” tanya wanita itu dengan cepat penasaran.
“Kemungkinan juga tidak akan lama lagi kalau aku pasti akan berpisah dengannya,” jawab Alya dengan santainya.
“A-apa?” teriak wanita itu dan Bara di saat yang hampir bersamaan.
Bara langsung terduduk tidak bisa bangkit lagi. Kakinya gemetaran hebat untuk pertama kali dalam hidupnya hingga mustahil untuk dikendalikan olehnya.
Wanita di samping Alya semakin merasa kalau perkataan Alya tidak dibuat-buat alias dia sangat yakin.
“A-apakah suamimu sudah tahu akan hal itu?” tanya wanita itu.
“Belum sih! Dia masih biasa-biasa aja padahal tahu kalau dirinya tidak pantas hidup berdampingan denganku!” tegas Alya dengan begitu sombongnya.
Bara semakin tak percaya diri ketika istrinya yang baru saja pagi hari tadi pamit dengan sopan dan mengecup pipinya itu.
Wanita yang sama malah berkata-kata yang begitu menyakitkan di belakangnya dengan begitu santai tanpa khawatir sedikit pun.
Sedih sekali rasanya menjadi Bara. Dia yang rela berkorban untuk mengais rezeki demi bisa membiayai istrinya itu kuliah hingga S2 malah dikatakan tidak pantas untuk hidup dengannya.
Ini adalah hantaman meteor purba yang sangat kuat dan sulit untuk diabaikan begitu saja meski Bara berusaha keras untuk tetap tenang mendengarkan pembicaraan dua wanita tidak bermoral itu.
“J-jadi ini semua ini hanya keinginanmu belaka? Suami tidak pernah kamu beritahu kalau kamu tidak suka hidup dengannya lagi, begitu?” tanya wanita itu tampak berusaha mengonfirmasinya lagi.
“Tentu saja belum sama sekali. Aku masih tidak terus terang bicara dengannya. Masih ada rasa kasihan gitu,” sahut Alya tampak benar-benar memikirkan perasaan Bara.
Bara kembali meringkuk di kursinya seakan tidak ingin dunia melihatnya dipermalukan oleh istrinya begitu saja.
“Lalu kapan kamu akan jujur dengannya?!” tanya wanita itu dengan tegas.
“Dalam waktu dekat mungkin? Entahlah, kalau aku sudah merasa yakin pasti akan terus terang dengannya. Lagi pula, aku sudah bosan juga hidup serumah dengannya!” tegas Alya tanpa berbasa-basi lagi.
Wanita di samping Alya tampak merasa tidak nyaman dengan perkataan Alya. Seakan ada sesuatu yang janggal di telinga.
Dia terus berpikir dalam setiap langkah kakinya hingga tiba-tiba dia langsung menemukan masalah yang mengganjal hatinya itu.
“Se-sebentar! Mungkinkah kamu sebenarnya sudah mempunyai pengganti yang lebih cocok untukmu saat ini?” tanya wanita itu langsung menatap ke Alya.
Bara langsung tertegun mendengar pertanyaan itu. Jujur saja, ini adalah alasan awal dari semua aksi mata-matanya selama beberapa jam ini.
Meski jawaban dari itu sudah tidak terlalu berarti baginya yang memang sudah ingin diceraikan oleh istrinya itu.
Namun, sebagai seorang pria yang begitu tulus mencintai istrinya, Bara tetap merasakan kecemburuan yang luar biasa setiap kali dia memikirkan kemungkinan kalau Alya sudah punya lelaki lainnya yang tidak diketahuinya.
“Alya, kamu memang tega sekali. Namun, aku akan terus mendengarkan semua ini meski hanya rasa sakit yang akan aku dapatkan!” tegas Bara dengan tekad kuat menarik napas untuk tetap mendengar pembicaraan kedua wanita laknat itu.
“Hmm, ada satu sih! Cuman rahasia!” sahut Alya tampak malu-malu seperti tikus ketika bertemu pemilik rumah yang hanya bisa bersembunyi entah di mana.
Bara langsung pasrah dengan kenyataan yang begitu kejam itu. Dia tidak bisa lagi untuk terus bersabar. Rasa marah dan malu kian mengitari hati lembut tak berdosa miliknya itu.
“Apa? Jadi kamu selama ini sudah selingkuh dengan lelaki lain tanpa suamimu ketahui?” tanya wanita itu sedikit meninggikan suaranya.“Hush! Jangan keras-keras! Ini rahasia kita berdua, oke!” tegas Alya tampak tidak menyangkalnya sama sekali.“Ha-ha-ha! Luar biasa sekali Alya. Aku tidak menyangka kalau kamu yang selama ini tampak santun ternyata hanya wanita rendahan. Mulai hari ini kita bukan teman lagi!” tegas wanita tiba-tiba langsung marah begitu saja.Bara yang sudah pasrah dibuatnya itu hanya semakin bingung dan terkejut. Mengapa wanita yang tampak kurang ajar sebelumnya malah berubah menjadi sok suci?Bara tidak mampu menjawabnya dan terus mendengarkan percakapan antara keduanya.“Apa maksud perkataanmu? Siapa yang kau sebut wanita rendahan, hah?” tanya Alya dengan begitu marah disindir menggunakan kata-kata pedas seperti itu.“Siapa lagi kalau bukan kamu? Sebenarnya aku hanya ingin tahu bagaimana kamu bisa begitu tulus menikahi sosok pria yang secara status sosial lebih rendah
Bara langsung meradang ketika kata-kata yang tidak bisa dia cerna itu memasuki hatinya dengan begitu gesitnya.Istri yang tercinta itu mengaku kalau selama ini dia tersenyum hanya untuk menipu dirinya yang begitu tulus mencintainya.“Senyum indah itu ternyata hanya sebatas tipuan semata. Betapa bodohnya diriku ini! Ha-ha-ha!” tegas Bara mengutuk dirinya sendiri sambil tertawa dengan paksa.“Baiklah, sayangku! Aku akan segera pergi. Jangan dikunci ya pintu rumahmu! He-he-he!” sahut Diano dengan nada menggoda sekali lagi.“Iya, sayangku tercinta! Cepat kemari, pintu rumahku selalu terbuka untukmu!” tegas Alya dengan suara yang begitu lembut.Pasangan haram itu saling bermesraan dan berbasa-basi tanpa rasa malu sedikit pun. Bara semakin meradang dibuatnya dan hanya bisa meneteskan air mata.Tangis seorang pria yang setia itu mewakili perasaan semua suami yang selama ini telah dikhianati istri tercinta mereka.Bara bukanlah kasus pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir pula. Ini adal
Tidak disangka, sosok itu malah membahas tentang bibir dan aroma tubuhnya dengan menggambarkannya seakan begitu najisnya.“Dasar Alya! Aku selalu sikat gigi dulu setiap kali minta jatah. Bibirku gelap karena memang kulitku seperti ini. Apa salahnya?” tanya Bara dengan menatap layar laptopnya.Tentu saja tidak akan ada balasan dari pertanyaan itu. Dia hanya bisa melihat istri tercinta begitu ganas melakukan sentuhan haram itu.“Alya…, apakah ini yang begitu kau impikan? Tidak sadarkah kau kalau lelaki di hadapanmu itu begitu tega menikmatimu tanpa peduli suamimu sendiri. Jika kamu bersamanya terus, suatu hari nanti akan tiba di mana kamu akan merasakan rasa sakitku ini!”Bara bergumam dengan air mata yang bercucuran keluar dari rongga matanya yang begitu bulat itu. Wajahnya yang tidak tampan semakin tidak sedap dipandang.“Ehmm…, ayo pergi ke kamar aja!” pinta Alya begitu puas menikmati sensasi sentuhan haram.“Kamar? Bukankah dulu kamu bilang hanya punya satu kamar saja?” tanya Diano
“Semua bukti sudah aku kumpulkan. Haruskah aku keluar dan menangkap basah keduanya?” gumam Bara dengan bimbang.“Tidak! Aku tidak boleh keluar terlebih dahulu. Laki-laki itu pasti bukan orang biasa. Dia berani melamar Alya pasti karena sesuatu hal. Alya sendiri jelas tidak bodoh akan menikah dengan pria yang sekadar tampan saja!” tegas Bara tampak encer sekali otaknya padahal bukan mata-mata resmi anggota kepolisian.“Jika benar begitu, aku harus semakin waspada dengannya. Aku juga perlu menyelidiki asal-usul pria itu! Apabila aku sudah yakin nantinya, kedua orang itu pasti tidak akan bisa berkutik lagi!” Bara begitu yakin dengan deduksinya yang sangat amatir itu.Setelah membuat keputusan bulat, Bara menutup laptopnya yang tampak sudah sekarat karena digunakan seharian penuh lebih dari dua belas jam.Bara yang sudah tenang itu kembali sadar kalau dirinya benar-benar sulit melupakan suara-suara panas antara Alya dan Diano.“Urgh! Ingatan menjijikkan ini pasti sangat sulit sekali untuk
“A-apa? Klien yang mana? Bapak tahu sendiri kalau saya bagian dari tim yang merawat ayam dan menjaga kualitas pangan atau telur yang dihasilkan. Tidak pernah saya berhadapan atau bersinggungan dengan klien peternakan ayam selama ini. Mengapa jadi semua ini salah saya?” tanya Bara tampak begitu heran.“Apa?! Kamu yakin tidak pernah bermasalah dengan klien ini, hah?” tanya bosnya itu mengangkat selembar kertas dan menunjuknya dengan amarah.Bara melihat kertas dengan logo sebuah perusahaan yang tidak pernah dia dengar seumur hidupnya.“Itu logo perusahaan mana? Saya tidak kenal sama sekali!” tegas Bara tampak membantah tuduhan itu.“Kamu! Beraninya kamu masih berpura-pura! Satu hal yang pasti, klien kita ini memutuskan kerja sama karena mereka mengatakan kalau kamu menyinggung martabat bos mereka!” tegas bosnya itu tampak begitu marah.“Hah? Bos siapa lagi? Bapak adalah satu-satunya bos saya! Sejak kapan saya menyinggung bos klien kita? Ini pasti salah paham atau mungkin fitnah semata!”
“Ada apa? Sebentar, siapa kamu? Saya tidak pernah merasa melihat kamu sebelumnya,” ungkap wanita itu begitu jujur.“Maaf, Bu! Perkenalkan nama saya Bara Durkasa berusia 24 tahun! Saya ingin melamar pekerjaan seperti yang ada di postingan internet,” sahut Bara juga secara langsung tanpa basa-basi.“Oh? Apa kamu punya pengalaman sebelumnya?” tanya wanita itu akhirnya sadar dengan tujuan kedatangan Bara.“Iya, Bu! Saya sudah menjadi pekerja di tim yang khusus merawat ayam terutama pakan ternaknya,” ungkap Bara dengan sigap menjelaskan semua pengalamannya.“Jadi kamu sudah pernah bekerja di peternakan juga sebelumnya. Lalu mengapa kamu pindah kemari?” tanya wanita itu tetap tenang menginterogasi Bara.“S-saya baru dipecat hari ini, Bu! Untuk alasannya, saya juga kurang mengerti. Saya hanya tidak masuk kerja kemarin karena sakit, tapi hari ini langsung dipecat begitu saja!” tegas Bara berusaha untuk menyembunyikan alasan yang sebenarnya.“Hmm? Alasan yang aneh. Baiklah kalau begitu, kamu b
“Baiklah, saya sudah menyampaikan pesan kepadamu. Semoga berhasil!” Pria tua itu langsung pergi menjauh.“Orang aneh lagi. Tampaknya aku masih butuh waktu lebih banyak untuk beradaptasi,” gumam Bara melihat kepergian pria tua itu.Bara tidak ingin berdiam diri terlalu lama sebelum pergi menuju ruang bos cantiknya itu untuk kedua kalinya.“Apakah aku akan langsung diterima? Atau ada masalah lainnya?” batin Bara dengan bimbang sambil mempercepat langkah kakinya.Beberapa langkah kian mendekati ruang atasannya itu. Bara entah mengapa merasa gugup. Dia sangat berharap kalau tidak ada masalah apalagi pemecatan lagi.Jujur saja, Bara masih terasa terguncang ketika pagi hari yang lalu dipecat dengan tidak hormat bahkan disalahkan atas sesuatu yang tidak dimengertinya sama sekali.Pria itu akhirnya sampai tepat di depan pintu masuk. Jantungnya berdetak lebih cepat daripada biasanya.Tok! Tok!“Permisi, Bu! Saya mendapatkan pesan kalau bos ingin bertemu dengan saya. Apakah saya boleh masuk?” t
Citra Riana, wanita cantik itu malah tersenyum tidak langsung menjawab pertanyaan Bara.Dia mengambil botol air mineral dengan santai dia meminumnya. Bara semakin tak tenang melihat gerak-gerik Citra yang semakin tampak seperti penjahat utama dalam novel genre misteri.Gadis itu seharusnya tidak mungkin tahu sesuatu yang begitu rahasia. Hanya segelintir orang saja yang tahu dan tentu saja wanita itu tidak ada hubungannya sama sekali.“Siapa dia? Bagaimana dia bisa mengetahui rahasia hubungan gelap istriku? A-apakah dia sudah menyelidikiku sebelumnya?” batin Bara semakin bimbang tidak mengerti apa yang harus dilakukannya.“Cepat katakan kepadaku! Siapa kamu sebenarnya? Bagaimana kamu bisa tahu semua rahasia ini? Kalau tidak, saya mungkin akan langsung menghubungi polisi atas kecurigaan seorang penguntit!” Bara bersikap begitu tegas dan terus terang.Uhuk!Wanita cantik itu langsung tersedak ketika dalam posisi meminum air mineral. Perkataan Bara tentu sangat tidak disangka olehnya.“He
Dia khawatir kalau nantinya akan menimbulkan kesalahpahaman lagi dengan Bara yang dapat berakibat fatal hingga akan mampu menghancurkan keluarga barunya itu.“Tidak bisa terus seperti ini! T–tapi apa yang harus lakukan sekarang?” batin Hana dengan bimbang dan penuh kehati-hatian di dalam hatinya yang semakin waspada.Tidak bisa lagi bagi Hana hanya berdiam diri dengan perasaan bingung saja sebab perkara ini semakin dibiarkan akan semakin menambah masalah yang nantinya akan jauh lebih besar hingga sulit diselesaikan oleh Hana seorang diri.“Tidak ada jalan lain selain melibatkannya dan mempercayainya sebagai seorang pria yang telah memutuskan untuk berjanji menemani hidupku dalam suka dan duka!” batin Hana telah membuat keputusan bulat untuk melibatkan Bara dalam penyelesaian masalahnya ini.“Ha-ha-ha! Hana, cepatlah mandi dan berpakaian yang menggoda agar nanti ketika aku tiba bisa langsung menikmati ragamu yang begitu eloknya itu!” ucap Jaka begitu bangganya menikmati suasana yang ti
“Apa?! Hanya itu kau bilang?! Sesuatu yang engkau remehkan adalah segala-galanya bagiku! Beraninya kamu mengolok-olokku! Kau pasti sengaja mempermainkanku, kan?! Kurang ajar sekali kau!” teriak Jaka begitu histerisnya.Jaka Fape adalah seorang pria yang benar-benar tidak ingin dianggap remeh oleh siapa pun. Selama hidupnya ini, bahkan orang tuanya hanya bisa menahan ketidakpuasan mereka di dalam hatinya dan tidak akan seenaknya menentangnya.Namun, hal yang sangat berbeda telah dilakukan oleh Hana selaku istrinya kala itu yang dengan percaya dirinya berusaha menasehatinya bahkan memarahinya secara terang-terangan ketika melakukan beberapa kesalahan yang seharusnya tidak masalah baginya.Hal ini membuat Jaka semakin tak senang dengan Hana sejak saat itu. Satu-satunya alasan Jaka tidak memukuli wajahnya Hana sebab wanita itu memang sangat cantik dan begitu memuaskan ketika diajak untuk memuaskan kebutuhan hasrat terpendamnya.Mengetahui hal itu, orang tuanya Jaka membuat Hana untuk mena
Sebuah karakter pria yang tidak pantas dimuliakan sedikit pun. Hanya kehinaan saja yang pantas dilontarkan kepada sosok pria sepertinya. Meski begitu, Hana tetap sabar kala itu dalam menyikapi karakter mantan suaminya yang jauh dari kata terpuji itu.Namun, seiring berjalannya waktu, wanita cantik yang penuh kesabaran dalam menjalankan kehidupan pada akhirnya harus kandas juga karena batas kesabarannya sudah berulang kali diabaikan oleh sang mantan suaminya.Hafa yang masih kecil bahkan ikut dipukuli hingga menjerit kesakitan yang membuat Hana semakin sakit hati dan marah besar kepada mantan suaminya hingga beberapa kali terlibat adu mulut hingga bahkan Hana dipaksa untuk membela dirinya ketika suaminya mencoba memukulinya.Beberapa memar yang jelas terlihat terkadang harus diterimanya dengan rasa sabar. Namun, demi keselamatan dirinya dan sang putra, wanita cantik itu terpaksa berpindah-pindah tempat ke beberapa penginapan terdekat agar setidaknya terhindar dari amukan Jaka Fape.Aka
Hana yang mendengar suaminya mengeluh itu hanya bisa tersenyum tipis dan perlahan-lahan tak lagi mampu menahan tawanya. Hal ini membuat Bara sedikit cemberut mendengar tawanya sang istri.“Ha-ha-ha, maafkan saya kalau tertawa seperti ini! Kamu baru dua bulan saja sudah mengeluh seperti ini, Mas Bara. Coba bayangkan nantinya harus seperti apa di masa depan, kan? Sabar ajalah dahulu sayangku! Seorang ayah memang sudah seperti ini seharusnya membesarkan anak kesayangannya!” tegas Hana memberikan nasihat kepada Bara yang masih cemberut di sampingnya.Tak ingin membuat suaminya patah semangat, wanita cantik itu menjalankan tugasnya sebagai seorang istri sambil memberikan kecupan di pipinya Bara dengan sukacita. Hal ini membuat Bara yang cemberut perlahan tersenyum-senyum sendiri.“Ehem! Baiklah, karena istri tercintaku yang memintanya, maka sebagai seorang suami dan sekaligus ayahnya Hafa, aku akan menjalankan tugas sebagaimana mestinya!” tegas Bara tanpa ragu sedikit pun.Hal ini membuat
Hafa yang melihat ibunya menyingkir juga terkejut sesaat sebelum akhirnya kembali serius menatap ke arah Bara dengan tatapan yang penuh kesungguhan bahkan ada rasa amarah terlihat di sana walaupun juga hatinya sedikit takut dengan sosok tinggi dan kekar Bara beserta wajahnya yang jelek itu.“Mama biasanya selalu melindungiku selama ini! Namun, tiba-tiba berubah menjadi diam dan menepi bahkan menjauh seperti ini sehingga membuat diriku langsung berhadapan muka dengan Monster menyeramkan ini!”“Sudah jelas sekali kalau semua ini pertanda serius bahwa Mamaku telah dikendalikan oleh Monster tak tahu malu ini! A–apa yang harus aku lakukan sekarang?! Mungkinkah ini saatnya menunjukkan kehebatanku dengan cara melawan Monster ini dan sekaligus menyelamatkan Mama?!”Hafa termenung dalam pikirannya hingga keringat dingin mulai bercucuran di sekitar wajahnya yang mungil itu. Hafa perlahan mengambil ancang-ancang sebagai bentuk kewaspadaannya bahkan dirinya juga sudah bersiap untuk melarikan diri
Sebenarnya ketika Hana dan Bara telah memutuskan untuk menikah dan bergegas menuju KUA, Hafa ditinggalkan oleh Hana kepada petugas apartemen yaitu wanita gemuk sebelumnya untuk dijaga sebentar.Meski itu bukanlah tugasnya, wanita gemuk itu merasa harus mengiyakan permintaan Hana yang karena ulahnya terjadi kesalahpahaman sebelumnya hingga berakibat kepada atasannya yang harus rela dihajar oleh banyak orang hingga babak belur seperti dadar gulung.Alhasil, Hafa ditinggalkan pergi oleh ibunya itu. Uniknya, Hafa tidak merengek sedikit pun dan bahkan dengan santai membiarkan ibunya pergi. Menurutnya hal ini sudah biasa dilakukan oleh ibunya ketika dahulu seringkali ditinggal kerja atau waktu ditakuti oleh preman-preman rendahan kiriman ayah kandungnya sendiri.“Hmm…, apakah Mama benar-benar berhasil menaklukkan Monster ini? Rasanya daripada menaklukkan, kok lebih terkesan seperti berbaikan ya? Aneh sekali!” batin Hafa yang terus memandangi sosok Bara dari sela-sela belakang ibunya itu.Ba
Setelah berpikir dengan matang dan perlahan-lahan menyimpulkan berbagai macam kemungkinan, Bara akhirnya memutuskan untuk tetap menyembunyikan wajah jeleknya itu.“Tidak perlu melepaskan ini, saya akan tetap memakainya. Silahkan Anda langsung foto saja kami berdua!” ucap Bara menghadap ke arah petugas wanita yang sebelumnya memberikan saran untuk melepaskan penutup wajahnya yang begitu misterius itu.Petugas wanita tersebut menatap Bara dengan ekspresi terkejut dan tak percaya sama sekali karena ini baru pertama kalinya dia melihat foto pasangan mempelai suami istri yang memakai masker dan kacamata hitam sebagai penutup wajahnya.“Hmm…. Aneh sekali suaminya Hana kali ini. S–sebentar! M–mungkinkah sosok pria ini lebih hebat daripada mantan suaminya sebelumnya sehingga perilakunya benar-benar begitu aneh dan tidak wajar sama sekali seperti ini?” batin petugas wanita itu menebak secara acak tanpa kejelasan yang pasti.Jawaban yang masih menjadi misteri hingga entah berapa lama nantinya.
Bara benar-benar sudah tidak tahan lagi ketika jarak antara petugas foto dengan dirinya sudah bisa dihitung kurang lebih hanya selangkah saja. Dia menatap ke arah petugas wanita itu dengan serius.Meski begitu, sorot matanya yang tertutup rapat oleh kacamata hitamnya tentu saja tidak mengintimidasi sedikit pun bagi petugas wanita yang memang dari tadi tidak memperhatikan Bara sama sekali seolah-olah pria itu tidak ada di sana sama sekali.“Orang aneh ini…! Apa yang sedang dia pikirkan sebenarnya, sih?! Mengapa terus saja memandangi istriku ini seperti tidak wajar sama sekali?!” batin Bara dengan tegas mencoba menghadang petugas wanita itu dengan menjulurkan tangan kanannya.Petugas wanita tersebut akhirnya menyadari sosok Bara yang ternyata sejak tadi berdiri tinggi menjulang tepat di samping Hana yang ditatapnya sejak awal kedatangan mereka berdua di sana.“Tolong kalau ada maksud yang ingin dikatakan, silahkan utarakan saja kepada saya!” ucap Bara dengan tegas tanpa basa-basi sediki
“Emm…. M–maafkan kami sebelumnya! Kami akan segera mengikuti prosedur selanjutnya!” ucap Hana dengan lirih sekali suaranya.“B–betul! K–kami akan segera pergi ke tempat selanjutnya! Mari istriku, kita pergi bersama!” ucap Bara berusaha melengkapi perkataan Hana.Keduanya pun lekas berdiri dari tempat duduknya sambil bergandengan tangan bersama-sama tanpa ada keraguan sedikit pun. Pasangan yang membuat semua orang iri itu pun akhirnya lekas beranjak pergi untuk melakukan sesi foto bersama.Semua petugas hanya bisa menghela napas panjang sambil ada yang menggelengkan kepalanya sebagai tanda pasrah membiarkan Hana dibawa pergi oleh suami barunya yaitu Bara dengan sukarela.“Tampaknya, takdir memang selalu berpihak kepada beberapa orang terpilih. Sayangnya, kita semua bukanlah orang yang terpilih itu!” ucap seorang petugas yang membuat semua petugas lainnya turut menghela napas sebagai bentuk persetujuan secara langsung.Bara dan Hana tentu saja tidak memperdulikan hal-hal semacam itu lag