"Katakan Sekar apa sekarang kamu sudah menjadi istri kedua dari suaminya putriku, Meyra?" Dahlia kembali mencecar.Sekar tercekat diam gurat di wajahnya menampakkan kegelisahan.Dahlia sendiri semakin terseret dengan rasa bersalahnya. Kesalahannya benar-benar begitu besar pada putri sulungnya. Bahkan kebahagian Meyra terenggut karena pernikahannya telah berjalan tak sebagaimana mestinya."Atau kamu memang sengaja ingin merebut suami anakku?!" sergah Dahlia yang sudah tak bisa menahan gejolak emosinya."Aku pikir kamu adalah sahabat Meyra, bukankah waktu itu kamu pernah menolong Meyra tapi kenapa sekarang kamu malah mengkhianati sahabat kamu sendiri?" Dahlia meluapkan semua kegelisahannya dengan nada protes.Tapi nyatanya Sekar bergeming malah menentang tatapan Dahlia dengan sorot tegas, menampik dengan lugas kata-kata ibu dari Meyra yang terkesan menyudutkan dirinya."Jadi Ibu pikir aku sudah merebut suami Meyra? Bagaimana kalau aku katakan jika justru Meyralah yang sudah merebut Mas
Dengan tatapan nyalang Nehan memandang Dahlia penuh aura kebencian. Lelaki itu malah menyalahkan wanita yang sudah melahirkan istri pertamanya, atas kepelikan pernikahannya bersama Meyra saat ini. Nehan menganggap Dahlia terlalu pantas disalahkan atas apa yang telah terjadi sekarang. "Kamu lihat apa akibatnya dari perbuatan kamu pada Meyra. Bahkan dia dipaksa untuk menerima keadaan bahwa suaminya harus menikahi wanita lain yang bisa memberikan anak. Kamu sendiri yang sudah menghancurkan hidup Meyra. Jadi kurasa sangat pantas kalau Meyra tak memaafkan kamu." Nehan mulai mengeluarkan isi hatinya. Dahlia kian terpuruk, tenggelam dalam rasa sesal yang tak berkesudahan. "Jadi kamu sangat tak layak kalau menyebutku sebagai perebut suami sahabatku sendiri. Karena nyatanya keadaan telah memaksa Mas Nehan untuk menikah denganku," ucap Sekar mulai menyahut dengan sinis. Nehan sedikit tersentak ketika mendengar kata-kata Sekar yang masih saja ketus. Tapi Nehan tetap tak kuasa untuk melerai
“Kamu tahu Mey, aku sanggup melakukan apapun untuk bisa membuatmu bahagia. Kalau saja kamu bisa membuka hatimu untukku, aku berjanji akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kamu.”Untuk ke sekian kalinya, Kenrich mengungkapkan perasaannya.Meyra hanya memandang luruh pada pria yang sudah sejak lama memberikan perhatian istimewa untuknya.Wanita cantik itu kemudian menarik nafas panjang.“Jangan kamu sia-siakan hidup kamu untuk wanita seperti aku. Kamu berhak untuk mendapatkan yang terbaik.”Meyra semakin lekat memandang Kenrich yang masih saja menelisiknya.“Bagiku kamu yang terbaik untukku.” Kenrich kian lugas mengungkapkan perasaannya.Meyra segera menggeleng sedih.“Tidak, ini tetap tidak benar bagaimanapun aku adalah wanita bersuami, semua ini tetap tidak dibenarkan.”“Kenapa mesti mempedulikan salah dan benar? Bukankah sejak lama Nehan bahkan sudah mengabaikan hal itu?”Meyra segera mendesah sedih kembali menggeleng pelan.“Nyatanya pernikahan Mas Nehan tetap dibenarka
Nehan memandang tak suka pada sosok lelaki bermata biru yang mendadak datang dengan tangannya menggenggam booklet bunga mawar yang jelas Nehan tahu menjadi bunga favorit istrinya."Aku tak tahu kalau kamu ada di sini," ucap Kenrich tenang, meski saat ini Nehan sedang menyergapnya dengan tatapan tegas."Jadi selama ini diam-diam kamu selalu mendatangi istriku?"Mata Nehan kemudian melirik pada bunga yang dibawa oleh pria yang pagi ini berpenampilan kasual sangat begitu segar itu.Ada rasa cemburu yang segera mengemuka di hati Nehan, bercampur amarah yang bisa setiap saat membuat hatinya murka."Bahkan kamu membawakan bunga untuk seorang wanita yang masih berstatus sebagai istriku. Apa ini perbuatan seorang sepupu yang baik?"Nehan tak lagi dapat menahan emosinya, dengan sangat terang dia menegur lelaki yang nyatanya masih memiliki hubungan keluarga dengan dirinya."Apa kamu benar-benar sudah tak memandang aku dan juga hubungan persaudaraan kita?"Nehan tetap saja mencecar Kenrich denga
DIP 70"Kalau aku menolak keinginan kamu memangnya apa yang akan kamu lakukan Mas?"Meyra menegaskan tatapannya pada sang suami, yang semakin menampakkan kekesalannya pada sikap Meyra yang membangkang sangat diluar kebiasaan.Tapi saat melihat kilat amarah di wajah cantik istrinya, Nehan mulai gelisah. Walau sepelik apapun pernikahan mereka saat ini selalu Nehan tak pernah mampu untuk melepaskan istri pertama yang masih menghuni nyaris seluruh ruang di hatinya."Mey, maafkan mas, mas tak bermaksud memaksamu, baiklah kalau kamu memang tak mau datang ke rumah mami aku tak akan memaksa."Nehan kemudian memilih untuk mengalah.Meyra kemudian mulai menatap wajah sang suami yang tampak pias dengan nanar."Kamu masih tak sepenuhnya menyadari kesalahan kamu Mas," sergah Meyra kemudian mulai melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga untuk menuju ke kamarnya.Nehan melirik sekilas pada Rida yang sekarang malah menampakkan ketidakpeduliannya. Namun setelah itu Nehan bergegas menyusul Meyra ke k
“Katakan padaku Mi, tugas apa yang harus aku lakukan?” tanya Meyra lebih lugas.Wanita yang sering menyanggul rambutnya itu menelisik seluruh diri Meyra dengan tatapannya yang dalam.“Kamu memang harus dikasih tahu dulu baru tahu apa yang harus dilakukan.”Meyra langsung menunjukkan gestur tubuhnya yang gusar. Jelas hatinya menjadi meradang sekarang.Nehan bisa merasakan kegelisahan istrinya yang membuat lelaki itu mulai memberikan sentuhan lembut pada punggung tangan wanita yang selalu dicintainya itu.Sekar menangkap kedekatan mereka dengan kecemburuan yang tak terelakkan.Cyntia menegaskan kembali auranya yang mendominasi dengan memberikan tatapan yang semakin lugas pada menantu pertamanya yang sudah sekian lama meninggalkan rumahnya.Sementara Nehan memilih diam, selalu enggan untuk menginterupsi ibunya.“Berhubung kamu tak bisa memberikan keturunan untuk keluarga ini maka kamu harus melakukan tugas lain, yang harus kamu lakukan dengan baik.”Meyra menahan gejolak di dalam dirinya
Meyra menegaskan tatapannya dengan memendam perasaan penuh kecamuk di dalam dirinya. Ia sama sekali tak menyangka jika ibu mertuanya yang dulu ia kenal bijak kini malah menjadi sangat pemaksa.Hati Meyra lebih dari kecewa menghadapi sikap sang mertua yang seakan kini menjadi sangat senang menyudutkannya.Semenjak kehadiran Sekar di dalam rumah ini, Meyra merasa segala yang dilakukannya akan menjadi sangat salah di mata ibu mertuanya itu.“Kenapa Mami sekarang memaksa aku untuk membantu Mas Nehan, bukannya dulu Mami pernah sangat mendukungku untuk menjadi seorang dokter?”Cyntia memasang wajah masam saat mendapati sang menantu pertama tetap terlihat enggan untuk memenuhi permintaannya.Melihat pertentangan antara Meyra dengan mertua mereka, Sekar tersenyum dalam hatinya.Wanita itu menjadi sangat senang dengan keretakan hubungan Meyra dengan mertua mereka, yang semakin membuatnya kian mendapat tempat di hati sang mertua.Sebaliknya Nehan menjadi sangat gelisah. Ia merasa terjepit di an
Meyra menjadi sangat jengah ketika mendengar pertanyaan sang mertua. Untuk sekarang dan entah sampai kapan dirinya akan selalu mendengar kata-kata ibu dari suaminya itu yang akan membandingkan dirinya dengan Sekar.Termasuk saat ini kalimat Cyntia yang memancing kegeraman kala Meyra mendengar mertuanya itu menyebut dirinya sedang cemburu pada Sekar.“Kenapa kamu tak menginap di sini saja? Bukankah sudah lama kamu tak tidur di sini? Kalau kita tinggal bareng dan tampak rukun aku yakin mami pasti akan senang melihatnya.”Sekar kemudian melirik pada sang mertua yang selalu saja menampakkan aura pembelaannya pada dirinya.“Tak ada salahnya kalau kita berusaha untuk membuat mami bahagia. Jadi kamu mau kan menginap di sini?”Meyra masih bergeming dengan menahan kegeraman di dalam dadanya yang terasa sudah sangat membuncah. Tapi sampai detik ini Meyra masih tak menampakkan kekesalannya itu dengan lugas.Saat melihat Meyra masih saja membisu, Sekar malah mengartikan sikap itu sebagai sebuah p
Meyra sungguh tak menduga Kenrich akan mempersiapkan pesta pernikahan yang begitu luar biasa seperti saat ini. Walau sebenarnya Meyra agak enggan menyetujui nyatanya ia tak bisa mengabaikan keinginan semua orang jika pernikahannya yang kedua ini digelar dengan meriah di salah satu hotel terbaik di Ibukota. Pesta pernikahan yang mengundang banyak orang bahkan juga mengundang anak-anak yatim dari beberapa panti asuhan itu berlangsung dengan sangat meriah. Semua orang memasang aura bahagianya, bahkan Meyra terus menerus mengumbar senyumnya. Namun ketika melihat sosok yang tak diundangnya ikut datang pada pesta pernikahannya ini, wajah Meyra segera berubah tegang. Saat melihat gurat kecewanya Meyra mendadak merasa resah. Kenrich yang berada di sisinya langsung mendekat meraih tangan Meyra dan menggenggamnya erat seakan menegaskan keberadaan dirinya yang akan selalu mendampingi. “Aku tahu cepat atau lambat kalian pasti akan melakukan ini,” tukas Nehan dengan terus mengunggah raut kecew
“Jangan sampai kamu menyesal jika Kenrich memilih yang lain karena ia sudah terlampau lelah menunggumu.”Rida kembali memberi peringatan kepada putrinya.Meyra termangu semakin galau dengan apa yang sudah ia dengar.Meski kemudian Meyra memilih untuk menyunggingkan segaris senyum walau tampak samar dan ragu.“Sudahlah Bun, aku sudah memasrahkan semuanya pada kehendakNya, jika memang Tuhan menakdirkan aku kembali menikah dan orang itu adalah Kenrich, aku akan menerimanya.”Rida menggeleng tampak sangat tak puas dengan jawaban Meyra.“Tapi jika kamu tak memberikan isyarat bahwa kamu mau menerima Kenrich, aku yakin dia tetap akan berpaling. Ingat Mey, takdir manusia meski sudah ditetapkan tapi Tuhan juga mengharuskan hambaNya untuk berusaha. Kamu seharusnya berusaha untuk menunjukkan penerimaanmu terhadap cinta Kenrich, bukan terus menerus menolaknya.”Rida kemudian menegaskan tatapannya pada Meyra yang kini tampak mulai gamang..“Aku sudah memperingatkan kamu, jangan salahkan aku kalau
“Sekar,” gumam Meyra ketika mendapati seorang wanita hamil mulai mendekat ke arah dirinya.Meyra melihat perubahan dari wanita yang sekarang sedang menghampirinya itu tampak begitu luruh dengan tubuh yang lebih kurus terlihat kontras dengan perutnya yang membuncit.Meyra menyusut sejenak bening di matanya dan memusatkan perhatian pada wanita yang pernah menjadi madu di dalam rumah tangganya bersama sang mantan suami dulu, sesuatu yang sebenarnya sudah tak ingin Meyra ingat lagi.“Aku turut berbela sungkawa atas meninggalnya Tante Lia,” gumam Sekar yang memang selalu memanggil ibu Meyra dengan sebutan Tante Lia.Meyra menganggukkan kepalanya dan merasa gamang dengan kesedihan yang terunggah di wajah wanita yang pernah menjadi seteru juga sahabatnya itu.Kesedihan yang ditampakkan Sekar saat ini memancing tanya di dalam Meyra atas kehidupan wanita itu yang s
Meyra benar-benar mengikuti kemauan Kenrich tanpa berkata apapun lagi.Kenrich segera membantu Meyra berkemas.Bahkan lelaki itu tampak sangat sibuk tak membiarkan Meyra melakukan apapun.Dalam diam Meyra menyaksikan bagaimana lelaki itu menyiapkan segala keperluannya.Dalam hatinya Meyra memendam kekaguman meski selalu saja ada rasa takut menggayuti setiap kali Kenrich mengulik tentang pernikahan.Meyra masih terlalu takut untuk memulai hubungan baru dengan keadaan dirinya yang selalu dikatakan sebagai wanita yang tidak sempurna.Meyra selalu tak bisa mempercayai Kenrich bisa menerima dirinya. Karena nyatanya dulu Nehan juga pernah mengucapkan hal yang sama tapi segalanya tetap tak berjalan dengan benar.Meyra terus saja menolak meski hatinya diliputi rasa bersalah juga pada Kenrich yang bahkan pernah hampir mengorbankan nyawanya ketika
Suara yang terdengar tegas dengan nada sarkas yang terunggah itu segera membuyarkan pelukan Meyra dan Nehan.Mereka sontak memandang ke arah Sekar yang sedang mendekat dengan menyajikan gurat sinis di wajahnya.“Kumohon jangan salah paham dulu, Sekar,” gumam Nehan yang seketika gelisah ketika mendapati kedatangan Sekar yang tak terduga.Bahkan wanita yang berstatus sebagai istri keduanya itu tadi belum ada mendampingi saat sidang awal tadi.Sekar masih memberikan tatapan sarkas bahkan menyergap Meyra dengan kesinisan.“Apa kamu masih belum bisa merelakan Mas Nehan? Bukankah sebentar lagi sidang putusan perceraian kalian akan ditetapkan lalu kenapa kamu masih sengaja menggoda Mas Nehan?”Sekar mencecar dengan tuduhan yang picik.Meyra membalasnya dengan tatapan yang sama nyalangnya.Dirinya suda
“Mey kita harus bicara sebentar!”Nehan mengutarakan keinginannya tanpa ragu.“Apa yang mesti dibicarakan?” Meyra menanggapi dengan datar ajakan Nehan.Nehan memandang lurus pada sosok yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya itu. Tapi lelaki itu sekarang menampakkan kesabarannya yang besar.“Mey, maafkan aku sebelumnya, tolong beri aku kesempatan untuk berbicara.”Nehan mulai memohon.Meyra melirik dengan memendam kebimbangan.Meski kemudian ia mengiyakan dengan memberi isyarat anggukan kepala yang ringan.Pada akhirnya mereka menepi di sebuah tempat yang lebih sepi, di dekat sebuah taman.“Katakan saja apa yang ingin kamu bicarakan Mas,” ungkap Meyra ketika mendapati Nehan masih saja diam dan hanya memandanginya dengan lekat.
“Ayah Hilman!” seru Kenrich spontan sembari segera mempersilakan pria paruh baya itu segera masuk ke dalam apartemennya.Kenrich sempat terlupa jika ia memiliki janji dengan Hilman, ayah tiri Meyra yang memang sudah ia ijinkan untuk membantunya saat ia usai menjalani proses khitan.Bahkan seharusnya pria itu juga ikut mendampinginya saat masih di klinik tadi.“Maaf tadi mendadak aku ada urusan yang tak bisa ditunda jadi aku tak bisa memenuhi janjiku untuk menemani kamu di klinik.”Hilman kemudian mulai memindai seluruh detail diri Kenrich dengan lebih lekat.“Bagaimana keadaan kamu?” tanya Hilman mengunggah rasa khawatirnya.“Aku baik-baik saja.”Kenrich menjawab dengan sedikit canggung, karena ia ragu dengan respon yang akan ditunjukkan Hilman saat lelaki itu tahu jika saat ini ia sedang be
“Menurutmu dokter itu melarang kita melakukan apa?”Mendengar pertanyaan Kenrich yang ambigu segera membuat wajah Meyra bersemu merah.“Aku tak perlu menerjemahkannya untukmu,” sergah Meyra kesal sembari memalingkan mukanya yang sudah seperti kepiting rebus.“Untuk sementara, selama satu hari ini sebaiknya Anda beristirahat di rumah, jangan terlalu banyak bergerak dulu.”Dokter paruh baya yang menangani Kenrich kembali memberikan pengarahan.“Tolong diperhatikan kesehatan suaminya dengan baik, saya akan resepkan obat-obatan untuk mempercepat kesembuhan lukanya.”Setelah menerima resep obat itu, Meyra kemudian segera membantu Kenrich untuk melangkah keluar dari ruang praktek dokter.Langkah Kenrich agak tertatih yang membuat mereka segera menjadi pusat perhatian pada pasien yang sedang menung
Pagi-pagi sekali ketika Meyra sedang asyik berkebun di taman depan, mendadak ia melihat mobil Kenrich memasuki halaman rumah.Meyra meletakkan sejenak pekerjaannya dan mengarahkan tatapannya pada sosok tampan yang kini sudah keluar dari dalam mobil dengan melemparkan pandangan pada dirinya.Ketika akhirnya Kenrich mulai melangkah mendekat, Meyra perlahan mulai berdiri sembari menarik sarung tangannya yang kotor penuh tanah.Kenrich melontarkan senyum terbaiknya ketika melihat tatapan Meyra yang terlihat intens.“Kurasa kamu sudah melupakan janji kamu semalam.”Meyra mengernyit tak paham sembari menautkan kedua alis indahnya.“Janji apa?”Kenrich tersenyum santai sembari ia melepaskan kacamata hitamnya hingga menampakkan dengan lugas gurat ketampanan dari sepasang matanya bercahaya.“Aku d