Tampaknya orang-orang yang sedang duduk di ruangan itu tidak menyadari sesuatu yang besar sedang terjadi.Erlangga masih terlihat tenang di kursinya sambil mengumbar senyumnya yang menawan.Mereka berpikir, setidaknya ini jauh lebih baik daripada harus melihat wajah tegang dan dingin Prabujaya beberapa saat yang lalu."Kalian tunggu di sini, aku akan lihat mereka sebentar. Kalian persiapkan saja materi rapat hari ini, aku akan segera kembali."Er lalu berdiri dan pergi menyusul Prabujaya.Saat dia baru sampai di depan pintu, Er mendengar suara percakapan serius antara Prabujaya dan Daniel tak jauh dari ruang pertemuan.Er mendekat dengan perlahan agar bisa mendengarnya dengan jelas."Bagaimana bisa anak bodoh itu tidak datang hari ini? Apa yang sedang dia hindari? Seharusnya dia sudah menyelesaikan tugas yang aku berikan padanya," kata Prabujaya. Wajahnya terlihat tegang."Pergilah! Aku ingin kau memeriksanya. Aku tidak ingin mendengar ada klien yang komplain dan menuntut ganti rugi k
Liana membuang napasnya gusar, sementara pikirannya tertutup lamunan.Dia menatap kosong ke arah jendela di sampingnya. Melihat deretan bangunan yang berjejer di sepanjang jalan, serta kerumunan orang yang lalu lalang di atas trotoar.Liana masih tidak menyangka bahwa dirinya akan mengalami semua ini.Diam-diam Rangga terus memperhatikan mamanya sejak mereka pergi meninggalkan kantor polisi itu.Dia sangat mencemaskan keadaannya. Liana masih terlihat syok atas peristiwa itu.Rangga mencoba mengambil kesempatan untuk mengajaknya berbicara untuk mengalihkan pikiran Liana yang sedang kacau.Dia berdehem pelan, lalu dengan perlahan mengusap punggung tangan Liana yang mulai tampak keriput dimakan usia."Ma, ada apa?" tanya Rangga lembut. Liana diam. Dia hanya menggelengkan kepalanya tanpa menoleh.Rangga mencoba untuk berbicara padanya sekali lagi."Mama masih punya aku di sini. Jangan menyimpannya senditi kalau Mama tidak mampu untuk menahannya. Katakan apa saja agar aku jangan khawatir,
Liana memeluk Rangga erat seakan enggan untuk melepasnya.Tak ketinggalan, dia juga tersenyum manis di sepanjang pagi dan selalu bersemangat.Liana membantu merapikan lipatan dasi putranya itu dan menepuk jasnya pelan.Liana bahkan mengantarnya hingga Rangga masuk ke mobilnya dan menunggu hingga mobil itu keluar melewati gerbang sambil melambaikan tangannya.Satu hal yang hampir tidak pernah dia lakukan sebelumnya.Setelah kepergian Rangga, Liana bergegas masuk ke dalam rumah.Dia berlari masuk ke dalam kamarnya dan mulai melepaskan pakaian tidurnya lalu masuk ke kamar mandi.Liana membersihkan tubuhnya dengan terburu-buru, setelah itu dia keluar untuk berpakaian.Tiga puluh menit kemudian dia keluar dengan pakaian rapi serta riasan tipis dan kacamata hitam.Setelah menunggu selama sepuluh menit, taksi yang dipesan olehnya akhirnya tiba.Liana memutuskan untuk pergi menemui Jhon secara diam-diam. Dia khawatir Rangga akan marah padanya bila mengetahui Liana pergi menemui supir pengkhia
"Bagimu Mamamu adalah malaikat pelindung, tetapi bagi orang lain dia tidak lain adalah malaikat pencabut nyawa! Kau tidak sepenuhnya mengenal Liana, jadi kau akan terus berusaha untuk membelanya. Tapi bukan berarti kau bisa menuduh Erlangga sesuka hatimu.Dia ada bersamaku dan selalu berada di kantor ini. Dan aku telah meminta Daniel untuk selalu mengawasinya bahkan saat dia berada di rumah. Bagaimana bisa dia melaporkan Liana tanpa bukti? Dia bahkan belum lama kembali ke negara ini, bagaimana mungkin dia bisa mengumpulkan banyak bukti untuk melaporkan mereka pada polisi? Apa kau sudah tidak punya akal?" bentak Prabujaya. "Kau harus tahu, Rangga, Erlangga adalah putra Papa. Jadi jangan pernah berpikir untuk mengganggunya hanya karena kau merasa cemburu padanya," katanya dengan dingin.Dia tidak bisa menerima Rangga yang mencoba memprovokasinya untuk membenci putranya sendiri.Sudah cukup dia menantang Erlangga untuk melakukan test DNA demi membuktikan kebenaran jati dirinya."Pa, aku
"Aku harus pergi sekarang," kata Rangga. Viona menatapnya bingung."Kenapa buru-buru? Kamu belum lama di sini. Apa terjadi sesuatu?" tanya gadis itu akhirnya. Dia mengikuti Rangga sampai di pintu depan.Rangga menghela napas. Dia ingin mengatakannya, tetapi khawatir gadis itu akan meninggalkannya saat tahu.Rangga berpikir sejenak, mencari alasan agar tidak membuatnya kecewa. Namun, dia tak menemukannya.Viona pasti telah mendengar percakapan mereka. Itu sebabnya dia bertanya."Mm ... seandainya ada seseorang yang tidak kamu kenal mengatakan sesuatu tentang keluargaku, apakah kamu akan mempercayainya?" Rangga menunggunya dengan tatapan bimbang.Sepasang alis hitam gadis itu berkerut. Dia lantas balik bertanya padanya, "Apakah ada orang yang sedang mencoba menyebarkan rumor jelek tentang keluargamu?""Aku pikir begitu. Entahlah ....""Ini tidak baik. Kalian harus mencari tahu agar bisa melaporkannya," kata Viona gusar."Itu hanya naluriku saja, karena belakangan ini Mama seperti sedang
"Bagaimana anda tahu, Tuan Muda? Katakan padaku, siapa yang telah mengatakannya pada anda!"Erlangga menyeringai disela rasa sakit yang ia rasakan."Tentu saja aku tahu semuanya. Aku melihat wajah mereka saat datang ke rumah kami. Dan aku melihat semua perbuatan mereka. Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya?" Sudut bibir Erlangga terangkat naik."Aku beri tahu Paman satu hal, aku pasti akan membuat mereka membayar atas apa yang mereka lakukan pada Mamaku," ungkap Erlangga.Daniel meremas dadanya kuat saat jantungnya mulai berdetak dengan keras.Dia tidak menyangka bahwa selama ini Er menyimpan rahasia itu dalam-dalam.Itu sebabnya dia terlihat tenang di depan Liana, bahkan dia tidak segan-segan membuat wanita itu naik darah karena ucapannya."Apa anda yakin, Tuan Muda? Mereka tidak mudah untuk dilawan. Anda pasti akan mendapatkan kesulitan, jadi saran saya sebaiknya urungkan saja niat anda," ucap Daniel tanpa melihat reaksi di wajah Erlangga.Dia tidak perduli apa yang sedang Erlang
Erlangga tersenyum meski hatinya terasa sakit.Dia menghela napasnya panjang. Rasanya Erlangga ingin tertawa lebar.Menertawakan nasib sialnya karena kehilangan ibu tapi mendapatkan ayah. Dan juga menertawakan kebodohan ayahnya yang memiliki istri tetapi tidak putranya.Kegelisahan di hati Prabujaya meningkat saat dia melihat perubahan pada ekspresi wajah Erlangga yang terjadi tiba-tiba."Kenapa kamu malah tersenyum? Apa ada yang lucu?" Prabujaya bertanya saat dadanya menegang dan pikiran paranoid memenuhi pikirannya ketika melihat Erlangga tersenyum dengan ekspresi wajahnya yang gelap."Mamaku memang bukan istri Papa sebab itu Papa tidak begitu perduli padanya walaupun Papa adalah Papaku. Karena itu Papa lebih memihak pada Mama Liana karena dia itu istri sah Papa. Tapi sayangnya, anaknya bukanlah anak Papa." Er berkata dengan dingin.Prabujaya tercengang hingga tak mampu untuk berbicara.Otaknya berusaha keras mencerna setiap kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Erlangga.Belum se
Tubuh Liana limbung dan jatuh ke lantai setelah pembicaraan mereka berakhir.Kata-kata tajam Prabujaya terus terngiang di telinganya.Liana terhenyak. Tatapannya kosong tanpa nyawa.Apa yang ditakutkan Liana selama ini akhirnya menjadi kenyataan.Rumah tangganya sudah berakhir. Tidak ada lagi yang bisa dipertahankan. Dan mungkin sebentar lagi Liana juga akan kehilangan Rangga, setelah semua kebohongannya terungkap.Ketika Rangga tahu, dia mungkin akan meninggalkan Liana karena rasa malu yang harus dia tanggung karena kesalahan orangtuanya.Perlahan, pipi Liana mulai basah. Air mata terus mengalir jatuh dari sudut matanya.Hatinya sakit seperti tercabik-cabik. Rasa perih di tenggorokannya semakin menjadi-jadi. Liana menjerit, berteriak histeris meratapi kehancurannya yang berada tepat di depan mata.Dulu, selalu ada seseorang yang berusaha menenangkannya dan menyediakan dadanya untuk tempat Liana menumpahkan airmatanya.Tetapi sekarang, tidak ada seorangpun yang tersisa di sisinya.**