Mendekati Kayla.
Kayla terkejut saat melihat Ethan ada di apartemennya. Ia sedang berbincang-bincang hangat dengan sang ibu.
"Hai, Kay. Baru pulang?" sapa Ethan saat melihat Kayla masuk.
"Ah, hai ... sudah lama? Tumben kau mampir?"
"Aku kesepian di rumah. Dan, lagi tidak ada pekerjaan. Jadi, aku memutuskan untuk mampir ke sini. Aku membawa bahan- bahan untuk membuat shabu dan barbeque. Kita akan makan malam bersama. Apa kau keberatan?"
Kayla hanya menggelengkan kepalanya. Ia melihat beberapa plastik besar yang di letakkan di meja makan. Ia yakin, pasti Ethan yang membawanya. Ia juga melihat ada panci hotpots Bbq 2 in 1 seperti yang ada di restoran. Ia hanya bisa menepuk dahinya. Niat sekali dia ini, pikir Kayla dalam hati.
"Baiklah, aku permisi untuk mandi dan berganti pakaian dulu ya," pamitnya.
Setiba di kamarnya, Kayla langsung mandi
Kayla dan Dayu masih geli menertawakan sikap kekanakan Galang dan Ethan. Sementara Paramitha hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan keduanya. "Kalian ini, kelewatan ngerjain orang begitu,"tegur Paramitha."Mereka itu lucu, Bu. Kaya anak kecil. Galang juga, dia itu nggak malu sama profesi dia. Tapi, kekanakan banget. Geli aku jadinya," jawab Kayla.Sementara itu, begitu keluar dari pintu apartemen Kayla Galang dan Ethan saling pandang. Mereka merasa bebas kali ini, karena tidak ada Kayla di tengah mereka."Untuk apa kau datang menemui Kayla?" tanya Galang dengan dingin. Ethan menatap Galang dan tersenyum kecil. "Apa ada larangan?Kayla itu wanita bebas. Dia belum terikat kembali dengan siapa pun.""Rans menyuruhmu?""Hahahah, untuk apa? Aku datang atas keinginanku sendiri. Aku mencintainya, apa ada masalah?"Seketika Galang yang meras
Seorang lelaki bertubuh tinggi, berusia kira-kira 43 tahun baru saja keluar dari terminal kedatangan bandara internasional Soekarno-Hatta. Ia bersama istri dengan seorang wanita yang menggandeng tangannya. Mereka adalah pasangan suami istri. Sudah hampir 8 tahun mereka tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia. Dan, hari ini mereka memutuskan untuk pulang.Mereka memutuskan untuk naik taksi. Lelaki itu bernama Bagus Pratama."Papa yakin kondisi sudah aman untuk kita kembali ke Indonesia?" tanya Anne sang istri. Bagus mengangguk."Adhitama sekarang ada di Nusa Kambangan. Jadi, papa putuskan untuk kembali pulang. Papa sudah bosan tinggal di Malaysia. Sudahlah, sampai kapan kita mau terus lari dan bersembunyi? Papa sudah lelah. Lagipula semua masalah sudah selesai sejak 8 tahun yang lalu. Adhitama juga sudah mendekam di penjara. Siapa yang akan menuntut papa?"sahut Bagus. Anne terdiam, ia menghela napas panjang.Delapan tahun lalu
Pagi itu, setelah selesai mengurus jual beli rumah dan juga mengupah orang untuk membersihkan rumah yang di belinya Bagus menyempatkan diri ke rumah sakit di mana Kayla sedang KOAS"Maaf, bapak siapa? Kenapa mencari saya?"Bagus tersentak, ia pun tersadar dari lamunannya. Namun, saat melihat siap yang berdiri di hadapannya, Bagus tersentak seketika. "Mbak Kayla?" Gumamnya. Selama beberapa saat mereka saling berpandangan. Kayla sendiri merasa sedikit tidak percaya melihat siapa yang saat ini berada di hadapannya."Om Bagus? Kamu om Bagus kan? Orang kepercayaan ayah? Om yang sudah!! "Kayla tidak meneruskan ucapannya. Ia menatap Bagus dengan tatapan penuh amarah. Emosinya naik seketika."Buat apa om datang ke sini?! Tau dari mana jika aku sedang KOAS di rumah sakit ini? Ah, dibayar berapa Om untuk menghancurkan ayah dulu?! Enak sekali ya hidup Om. Apa Om tau a
Anne menatap gadis cantik di hadapannya ini tidak percaya. Delapan tahun lalu, gadis ini masih dengan seragam sekolahnya. Dan,sekarang muncul di hadapannya dengan seragam seorang dokter. Betapa cepatnya waktu berlalu. Namun, Anne merasa jantungnya berdebar. Ia merasa sedikit takut. Suaminya pastilah sudah menceritakan semuanya kepada Kayla."Masih ingat sama aku, Tante?"tanya Kayla dengan datar. Ia memandang ke sekeliling kamar dan tersenyum sinis.."Ta-Tante ingat, Mbak Kayla anaknya Mas Adhitama kan."" Aku pastikan Tante harus menebus semuanya," ujar Kayla dingin.Anne menatap Bagus yang hanya duduk diam. Melihat suaminya diam tidak menjawab, Anne juga tidak berani menjawab."Di mana kedua anak dan mertua om? Seingatku orang tua Om ada di Madiun. Ayah dulu pernah mencari Om ke sana dan kedua orang tua Om tidak tau di mana Om berada. Luar biasa sekali ya Om ini. Orang tua sendiri pun ditinggalkan begitu
Rans kaget dengan kedatangan Bagus ke kantornya. Rans tidak menyangka sama sekali Bagus akan pulang ke Indonesia. Memang, kondisi saat ini tidak akan membahayakan. Karena , Adhitama juga sudah tidak bisa berbuat apa-apa dari Nusa Kambangan sana. Tapi, tetap saja Rans merasa kaget."Kapan kau kembali dari Malaysia?" tanya Rans."Sudah hampir 10 hari bos. Anak- anak ingin kembali dan bekerja di Indonesia saja. Aku membeli rumah di Jakarta timur. Saat ini, aku juga sedang membuat toko sembako. Aku ingin memiliki grosiran. Usaha kecil-kecilan. Tapi, kalau bisa apakah aku boleh meminta pekerjaan juga dari bos? Apa saja bos."Rans terdiam, ia memandang Bagus. Usia Bagus sudah tidak muda lagi. Di kantornya ia mempekerjakan fresh graduate S1 dan S2 untuk bisnis- bisnisnya. Hanya untuk jabatan tertentu saja Rans memperkerjakan orang lama yang memang sudah kompeten di bidangnya dan juga loyal pada perusahaannya.Rans memang tid
Ethan dan KaylaKayla menatap Ethan yang sedang berdiri bersandar di mobilnya. Ia mengerutkan dahinya."Kau tidak ada pekerjaan lain? Ada apa?"tanya Kayla."Aku ingin bicara Kay, kau bisa meluangkan waktumu?""Penting?""Kalau aku mengatakan penting, mungkin bagimu tidak terlalu. Tapi, jika aku mengatakan tidak penting mungkin bagimu bisa menjadi penting."Kayla menghela napas panjang. "Aku membawa mobil, bagaimana kalau kita menyetir mobil masing-masing. Kita tentukan mau bertemu di mana.""Aku tidak membawa mobil," cicit Ethan. Kayla mengerutkan dahi sambil berdecak. "Lalu, bagaimana kau sampai sini?""Anak buahku banyak. Aku meminta mereka mengantarku kemari.""Haaah, kau ini merepotkan saja. Kau yang menyetir saja kalau begitu," ujar Kayla sambil menyerahkan kunci mobilnya."Ethan tertawa kecil. "Baikl
Rans mengepalkan tangannya dengan kesal. Bagaimana mungkin barang senilai 1 milyar rupiah bisa tertangkap. Ini pertama kalinya dalam sejarah penyelundupan barang haram miliknya."Bagaimana kau mengurus semua ini, Ethan?!"hardik Rans."Ada mata- mata itu sudah pasti.""Tapi, bukankah kau sudah menyuap bea cukai?!"cecar Rans."Aku memang menyuap mereka, tapi kemarin bukan mereka yang bertugas di pelabuhan. Dan, polisi yang bertugas juga bukan anak buah Erza.""Anak buah yang tertangkap?""Aku pastikan mereka akan tutup mulut. Selama keluarga mereka aman.""Bangsat!"maki Rans.Ethan hanya mengendikkan bahunya. "Aku akan mengurus dulu mereka, untung saja hari ini aku tidak menyuruh mereka membawanya bersamaan dengan barang-barang yang akan aku kirim dari pabrik minumanku, jika tidak aku yang akan kena duluan."Rans menghela napas. Ia merasa kesal."Sementara waktu, hentikan dulu p
TIDAK ADA BUKTISetelah hampir 4 jam menggeledah kantor dan pabrik milih Ethan, KOMPOL Agung dan anak buahnya pun langsung pamit. Mereka tidak menemukan bukti apapun di sana. Bahkan, Agung sempat memeriksa catatan accounting perusahan Ethan. Semua bersih, tidak ada yang mencurigakan."Bagaimana, Komandan? Sudah puas memeriksa saya?" tanya Ethan."Kami mohon maaf. Pagi tadi kami mendapat laporan bahwa saudara Ethan adalah bos dari saudara Dion dan Vandi yang kemarin kami tangkap atas kepemilikan narkoba. Jadi, kami harus mengikuti prosedur untuk memeriksa saudara.""Usaha saya cukup maju, komandan. Rasanya saya tidak perlu melakukan usaha haram untuk menambah pundi- pundi kekayaan saya," ujar Ethan dengan sedikit congkak.Agung hanya tersenyum kecil. Dia menyalami Ethan dan kemudian meninggalkan kantor itu. Ethan menghela napas panjang dan tetap duduk di kursi