Pagi itu, setelah selesai mengurus jual beli rumah dan juga mengupah orang untuk membersihkan rumah yang di belinya Bagus menyempatkan diri ke rumah sakit di mana Kayla sedang KOAS
"Maaf, bapak siapa? Kenapa mencari saya?"
Bagus tersentak, ia pun tersadar dari lamunannya. Namun, saat melihat siap yang berdiri di hadapannya, Bagus tersentak seketika. "Mbak Kayla?" Gumamnya. Selama beberapa saat mereka saling berpandangan. Kayla sendiri merasa sedikit tidak percaya melihat siapa yang saat ini berada di hadapannya.
"Om Bagus? Kamu om Bagus kan? Orang kepercayaan ayah? Om yang sudah!! "
Kayla tidak meneruskan ucapannya. Ia menatap Bagus dengan tatapan penuh amarah. Emosinya naik seketika.
"Buat apa om datang ke sini?! Tau dari mana jika aku sedang KOAS di rumah sakit ini? Ah, dibayar berapa Om untuk menghancurkan ayah dulu?! Enak sekali ya hidup Om. Apa Om tau a
Anne menatap gadis cantik di hadapannya ini tidak percaya. Delapan tahun lalu, gadis ini masih dengan seragam sekolahnya. Dan,sekarang muncul di hadapannya dengan seragam seorang dokter. Betapa cepatnya waktu berlalu. Namun, Anne merasa jantungnya berdebar. Ia merasa sedikit takut. Suaminya pastilah sudah menceritakan semuanya kepada Kayla."Masih ingat sama aku, Tante?"tanya Kayla dengan datar. Ia memandang ke sekeliling kamar dan tersenyum sinis.."Ta-Tante ingat, Mbak Kayla anaknya Mas Adhitama kan."" Aku pastikan Tante harus menebus semuanya," ujar Kayla dingin.Anne menatap Bagus yang hanya duduk diam. Melihat suaminya diam tidak menjawab, Anne juga tidak berani menjawab."Di mana kedua anak dan mertua om? Seingatku orang tua Om ada di Madiun. Ayah dulu pernah mencari Om ke sana dan kedua orang tua Om tidak tau di mana Om berada. Luar biasa sekali ya Om ini. Orang tua sendiri pun ditinggalkan begitu
Rans kaget dengan kedatangan Bagus ke kantornya. Rans tidak menyangka sama sekali Bagus akan pulang ke Indonesia. Memang, kondisi saat ini tidak akan membahayakan. Karena , Adhitama juga sudah tidak bisa berbuat apa-apa dari Nusa Kambangan sana. Tapi, tetap saja Rans merasa kaget."Kapan kau kembali dari Malaysia?" tanya Rans."Sudah hampir 10 hari bos. Anak- anak ingin kembali dan bekerja di Indonesia saja. Aku membeli rumah di Jakarta timur. Saat ini, aku juga sedang membuat toko sembako. Aku ingin memiliki grosiran. Usaha kecil-kecilan. Tapi, kalau bisa apakah aku boleh meminta pekerjaan juga dari bos? Apa saja bos."Rans terdiam, ia memandang Bagus. Usia Bagus sudah tidak muda lagi. Di kantornya ia mempekerjakan fresh graduate S1 dan S2 untuk bisnis- bisnisnya. Hanya untuk jabatan tertentu saja Rans memperkerjakan orang lama yang memang sudah kompeten di bidangnya dan juga loyal pada perusahaannya.Rans memang tid
Ethan dan KaylaKayla menatap Ethan yang sedang berdiri bersandar di mobilnya. Ia mengerutkan dahinya."Kau tidak ada pekerjaan lain? Ada apa?"tanya Kayla."Aku ingin bicara Kay, kau bisa meluangkan waktumu?""Penting?""Kalau aku mengatakan penting, mungkin bagimu tidak terlalu. Tapi, jika aku mengatakan tidak penting mungkin bagimu bisa menjadi penting."Kayla menghela napas panjang. "Aku membawa mobil, bagaimana kalau kita menyetir mobil masing-masing. Kita tentukan mau bertemu di mana.""Aku tidak membawa mobil," cicit Ethan. Kayla mengerutkan dahi sambil berdecak. "Lalu, bagaimana kau sampai sini?""Anak buahku banyak. Aku meminta mereka mengantarku kemari.""Haaah, kau ini merepotkan saja. Kau yang menyetir saja kalau begitu," ujar Kayla sambil menyerahkan kunci mobilnya."Ethan tertawa kecil. "Baikl
Rans mengepalkan tangannya dengan kesal. Bagaimana mungkin barang senilai 1 milyar rupiah bisa tertangkap. Ini pertama kalinya dalam sejarah penyelundupan barang haram miliknya."Bagaimana kau mengurus semua ini, Ethan?!"hardik Rans."Ada mata- mata itu sudah pasti.""Tapi, bukankah kau sudah menyuap bea cukai?!"cecar Rans."Aku memang menyuap mereka, tapi kemarin bukan mereka yang bertugas di pelabuhan. Dan, polisi yang bertugas juga bukan anak buah Erza.""Anak buah yang tertangkap?""Aku pastikan mereka akan tutup mulut. Selama keluarga mereka aman.""Bangsat!"maki Rans.Ethan hanya mengendikkan bahunya. "Aku akan mengurus dulu mereka, untung saja hari ini aku tidak menyuruh mereka membawanya bersamaan dengan barang-barang yang akan aku kirim dari pabrik minumanku, jika tidak aku yang akan kena duluan."Rans menghela napas. Ia merasa kesal."Sementara waktu, hentikan dulu p
TIDAK ADA BUKTISetelah hampir 4 jam menggeledah kantor dan pabrik milih Ethan, KOMPOL Agung dan anak buahnya pun langsung pamit. Mereka tidak menemukan bukti apapun di sana. Bahkan, Agung sempat memeriksa catatan accounting perusahan Ethan. Semua bersih, tidak ada yang mencurigakan."Bagaimana, Komandan? Sudah puas memeriksa saya?" tanya Ethan."Kami mohon maaf. Pagi tadi kami mendapat laporan bahwa saudara Ethan adalah bos dari saudara Dion dan Vandi yang kemarin kami tangkap atas kepemilikan narkoba. Jadi, kami harus mengikuti prosedur untuk memeriksa saudara.""Usaha saya cukup maju, komandan. Rasanya saya tidak perlu melakukan usaha haram untuk menambah pundi- pundi kekayaan saya," ujar Ethan dengan sedikit congkak.Agung hanya tersenyum kecil. Dia menyalami Ethan dan kemudian meninggalkan kantor itu. Ethan menghela napas panjang dan tetap duduk di kursi
LaporanKayla duduk di sebuah cafe dengan tenang sambil menyesap coklat panas dan menikmati sepotong strawberry cheese cake. Di hadapannya kini duduk Bagus dengan segelas kopi."Rans seperti nya sedang merencanakan sesuatu, Kay. Tadinya, Om ditempatkan di sebuah pabrik pembuatan shabu-shabu. Tapi, mendadak Rans menarik Om ke kantornya dan menempatkan om di kantor properti miliknya. Dan, kemarin om mendengar Rans memanggil Rudy Reasoa."Kayla mengerutkan dahinya. "Siapa itu, Om?""Dia itu ahlinya menghilangkan orang, Kayla. Jika pengusaha atau pejabat butuh jasa dept colector, atau pembunuh bayaran yang profesional, maka mereka akan datang pada Rudy. Dia sudah tua, tapi masih disegani. Anak buahnya di mana-mana dan terkenal sangat profesional dalam bekerja. Mereka tidak akan buka mulut jika tertangkap dan akan mengak
Sejak pertengkarannya dengan Rans tempo hari, Ethan menarik beberapa orang yang dia percaya untuk tinggal di rumahnya. Seperti Theodore dan Jefry atau Mahendra. Di antara sekian banyaknya anak buah, entah mengapa Ethan lebih percaya kepada Theodore dan Jefry. Meskipun Ethan tidak tau bahwa Jefry adalah anggota kepolisian yang diperintahkan Galang untuk menyamar. Beberapa security pun berjaga 24 jam di rumah, kantor dan pabrik milik Ethan. Ethan tau, itu semua adalah modal pemberian Rans. Tapi, dia yang mengelola bisnis dan usahanya hingga bisa berkembang seperti sekarang ini. Dan, dari bisnis haram yang Rans lakukan, Ethan tidak mendapat 50 persenpersen keuntungan . Seluruh keuntungan selalu ia setorkan kepada Rans. Dan, Ethan tidak pernah mempermasalahkan hal itu selama ini. Karena ia menghargai budi baik Rans. Tapi, kali ini saat tau niat Rans untuk menghabisi dirinya, Et
Kayla baru saja hendak pergi ke rumah sakit saat Galang datang. Kayla mengerutkan dahinya."Ada apa Lang? Pagi- pagi sekali?" sapa Kayla."Kau akan pergi ke rumah sakit?aku sudah izin supaya kau tukar jadwal pada mama," kata Galang.Paramitha yang mendengar percakapan Galang dan Kayla langsung bergegas menghampiri."Ada apa ini, Nak Galang? Ayo masuk, jangan di depan pintu seperti ini." Paramitha langsung menarik tangan Galang untuk masuk.Galang menatap Kayla dan Paramitha bergantian."Kay, Ethan meninggal kemarin. Mobilnya terbakar dalam perjalanan menuju kota Bandung."Kayla terkesiap kaget. Ia merasakan nyeri di dadanya. Matanya terasa panas. Ia menatap Galang dengan tajam."Kau jangan bercanda. Ini bukan permainan, Lang. Ini nyawa orang," ujar Kayla dengan suara bergetar. Sementara Paramitha memeluk bahu putrinya itu seolah ingin memberi kekuatan."Aku serius, jenazahn