“Mas tumben hari ini pulang cepat,” ucapnya basa-basi saat membuka pintu. Lelaki itu tak mengeluarkan sepatah katapun dan langsung meninggalkannya.
‘Lagi-lagi dicuekin,’ batin Dea yang terenyuh. Hatinya terasa sakit, sikap Kevin selama dua bulan ini memang tak beres. Dan kenyataannya lelaki itu memang melakukan perbuatan bejat di belakangnya.
Jam dinding menunjukkan pukul 21.00 WIB, ini adalah waktu tercepat suaminya pulang ke rumah. Biasanya Kevin sampai di rumah pada 23.00 WIB atau 01.00 WIB.
‘Pasti dia habis dari selingkuhannya,’ terka Dea dalam hati. Pesan itu masih terlekat di dalam pikirannya. Ditambah adanya foto mesra Kevin dengan wanita lain membuatnya terus-terusan berpikir negatif pada suaminya. Wanita mana yang tak sakit hati mendapati lelaki yang dicintai membagi hati dengan perempuan lain.
Dea langsung membuyarkan lamunannya dan segera menyusul Kevin, lelaki itu sibuk mengganti bajunya. Tiba-tiba matanya terbelalak ketika melihat bercak keunguan di leher suaminya. Hatinya terasa sangat sakit, dugaannya benar!
‘Dengan siapa dia berselingkuh?’ pikir Dea yang berusaha mencari jawaban teka-teki di kepalanya. Ia menelan salivanya dengan paksa, berusaha mengontrol emosi yang ingin meledak. Menahan air mata yang sedari tadi memberontak. Ini sangat menyakitkan, tapi jika dia menggila sekarang maka semua akan menjadi runyam.
“Mas mau disiapkan air hangat untuk mandi?” tanya Dea memberikan perhatian lebih pada suaminya.
“Tidak, aku mau tidur. Matikan lampunya,” jawab Kevin dingin.
“Hahhh...” Wanita itu menghela napas dengan berat. Dea mengambil baju kotor milik suaminya yang berserakan di lantai, lalu mematikan lampu kamar. Dengan langkah tergesa-gesa ia kembali ke tempat cucian. Sangat disayangkan Dea mendapati jejak pengkhianatan suaminya lagi. Baju lelaki itu berbau parfum yang sangat berbeda dengan miliknya. Tidak hanya itu, ada beberapa helai rambut panjang berwarna pirang di dalam saku kemeja.
Perlahan mata perempuan itu basah. Helaian rambut ini persis dengan potret wanita yang ada di dalam foto.
“Tega kamu Mas,” lirih Dea dengan tangan yang meremas erat baju itu. Perasaan sedih, marah, terkejut, dan bingung bercampur menjadi satu. Matanya terpejam merasakan perihnya jiwa dan raga karena kecurangan yang dilakukan suaminya.
Di sisi lain, kini Kevin sedang berada di kamar mandi. Entah kenapa tiba-tiba perutnya terasa nyeri. Tanpa sadar ketika melihat pantulan cermin di depannya. Mata lelaki itu melebar,
‘Astaghfirullahaladzim!’ pekiknya dalam hati. Dia sangat terkejut melihat bercak keunguan di lehernya. Perasaannya langsung berubah menjadi gusar.
‘Apa tadi Dea melihat ini?’ batinnya.
‘Jika memang melihat itu, seharusnya dia langsung marah. T-tapi dia tadi terlihat biasa saja,’ terka Kevin. Perasaannya menjadi gundah. Pikirannya melalang buana.
‘Sial! Aku harus menyembunyikan bekas ini,’ pikir Kevin yang langsung menyelesaikan hajatnya. Dia tak ingin ketahuan oleh istrinya. Jika Dea mengetahui ini, maka akan menjadi masalah besar. Mumpung istrinya tak tau noda di kulitnya, maka ia harus pintar-pintar menyembunyikannya.
Lelaki itu langsung menuju meja rias milik istrinya. Mencari make-up yang bisa digunakan untuk menutupi bercak yang ada di lehernya. Ketika melihat concelear, ia segera menyambar benda itu dan mengoleskannya. Cara ini sangat ampuh untuk menutupi bercak pengkhianatan yang telah ia lakukan.
“Mas...” panggil Dea yang baru saja masuk kamar.
Kevin terkejut mendengar suara perempuan itu. Dea mendekati suaminya yang nampak sibuk di meja rias miliknya. Tatapan penuh curiga ditujukan pada suaminya. Kevin nampak gusar dan langsung menaruh benda yang sebelumnya ia pegang. “Lagi cari apa Mas?” tanyanya penasaran. “Lagi nyari minyak kayu putih, Mas tiba-tiba masuk angin,” kelit Kevin. Lelaki itu langsung membalikkan tubuhnya menghadap Dea. Mata lelaki itu bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat. Itu adalah salah satu tanda orang sedang berbohong, Dea mengetahui hal itu. Dipindainya leher Kevin, bercak itu sudah hilang. Bukan hilang melainkan ditutup oleh bedak, terlihat sangat berantakan. ‘Sepertinya dia buru-buru sampai bedak itu tidak rata,’ pikir Dea. “Minyak kayu putihnya habis Mas, pakai balsem aja ya,” tawar Dea. “I-iya,” jawab Kevin gelagapan. Lelaki itu beberapa kali terlihat menggaruk telinganya guna menutupi bercak yang ada di lehernya. Dea sangat mengetahui tingkah suaminya. Perempuan itu langsung berjalan ke
Dea tersenyum dan langsung memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. Meskipun sempat ragu jika ada racun dalam makanan ini, tapi melihat suaminya yang lahap mengunyah nasi goreng itu membuatnya percaya.“Bagaimana?” tanya Kevin penasaran. Dea memberikan seutas senyum pada lelaki itu.“Enak,” jawabnya.“Benarkan! Mas memang jago kalau masak nasi goreng,” ujar Kevin yang terlihat sangat bangga pada dirinya sendiri. Dea hanya tersenyum melihat suaminya yang penuh semangat.“Besok masakin lagi ya Mas,” pinta Dea.“Siap Sayang, Mas akan masakin kamu lagi,” jawab Kevin yang melanjutkan sarapannya.Ketika mereka selesai sarapan dan bersiap diri untuk berangkat kerja. Kevin tak memberikan salam hangat sedikitpun. Sebelumnya lelaki itu akan mencium keningnya beberapa kali sebagai penyemangat. Namun, beberapa minggu ini rutinitas tersebut telah menghilang.“Mas!” panggil Dea. Lelaki itu sontak menoleh ke sumber suara. Dea bergegas menutup pintu rumah tanpa menguncinya.“Ada apa?” tanya Kevin
Detak jantungnya bekerja cepat mendapati dirinya dipandang rendah oleh wanita tak tahu diri itu. “Surprise!!?” teriak Icha gembira. “Bagaimana Mbak Dea?! Apa kamu terkejut!” lanjut perempuan itu. Tangan Dea menggengam erat, kepalanya terasa nyut-nyutan. Dengan dada yang beritme tak teratur, Dea bertanya, “Apa yang ingin kamu bicarakan Icha! CEPAT KATAKAN!” Icha langsung berdiri dan mendekati Dea, bibirnya tersungging ke atas menunjukkan seberapa besar kemenangan yang telah ia cetak. “Haa...” Ia menghela nafasnya dengan anggun. Kemenangan ini benar-benar Icha nikmati dengan sangat baik. Setelah bersusah payah menggoda Kevin. Ini adalah waktu yang pas untuk merasakan kebahagiaanya. Dia segera mendekatkan wajahnya dan menatap mata intens Dea. Tak ingin kalah, lawannya pun menatap kedua maniknya dengan tajam. “Kamu sudah tahu hubunganku dengan Mas Kevin kan?” tanya Icha. “Ya, lalu?” jawab Dea santai. “Memang apa hubunganku dengan Mas Kevin?” tanya Icha yang ingin mengoreksi jawaba
Brakkk!!! Daun pintu itu terbanting dengan keras.“Mas Levi!” teriak Dea di rumah kakak lelakinya.Tak ada sahutan, “Mas Levi! Mbak Nina! Cepat Keluar!” teriaknya tanpa henti memanggil tuan rumah yang tak kelihatan batang hidungnya.Emosinya tak bisa dikontrol lagi setelah melakukan pertemuan dengan Icha. Ia sempat menyiram perempuan itu habis-habisan karena ucapannya yang sangat menyakitkan. Ditambah banyak fakta tak terduga yang disampaikan istri kedua suaminya itu. Kini dia akan menghajar Levi dan Nina karena telah berani mengkhianatinya.“Apa-apaan kamu Dea!” sahut Nina istri dari Levi yang berjalan menghampirinya. Wanita itu menatap adik iparnya dengan begitu tajam, bahkan tak ada sedikit senyuman di wajahnya. Kehadiran Dea dengan perilaku tak etis itu jelas membuat pemilik rumah marah.Dengan nafas yang ngos-ngosan Dea memaksa kakak iparnya memanggil Levi.“Panggil Mas Levi sekarang!” ucap Dea penuh penekanan.“Suamiku sedang sibuk!” ketus Nina.“Panggil sekarang atau aku botaki
Dea menengadahkan pandangannya yang kabur pada kakaknya. Ucapannya terpotong setelah tangan Levi yang kekar melayang di pipinya.“Sadarkan dirimu Dea!” teriak Levi, ia tak terima jika istrinya dicaci dengan sebutan tak senonoh, meskipun pelaku itu adalah adiknya sendiri.Air mata jatuh dari pelupuk perempuan yang baru saja mendapat tamparan dari kakak tersayangnya. Hatinya terasa seperti dicabik-cabik karena mendapatkan perlakuan kasar dari Levi.“Sadar!? Kamu yang harus sadar Mas!” bentak Dea. Teriakan itu kembali membuat Levi mengernyitkan keningnya. Napasnya mulai memburu lantaran tersulut emosi. Adik perempuannya kini berani membantahnya.“Bicarakan baik-baik! Ada masalah apa hingga kamu kesetanan seperti ini?!” hardik Levi menahan emosin. Lelaki itu sangat terkejut melihat Dea yang tiba-tiba kesetanan bahkan mencacinya tanpa ampun.Direngkuh tubuh wanita itu, berharap emosinya segera reda. Ada perasaan menyesal karena telah menampar adik semata wayangnya. Ini pertama kalinya Levi
Tatapan nanar Levi ini membuat Dea semakin muak melihatnya.“Kembalikan semua yang telah kamu ambil Levi, termasuk kebahagiaanku,” ucap Dea.“A-aku-” kalimat Levi terpotong karena Dea buru-buru mengeluarkan ancaman.“Kembalikan semua hartaku yang telah kamu dan Kevin curi! Balikkan semua namaku dalam surat kekayaan yang sudah kamu ubah menjadi nama Kevin!” ucapan yang penuh dengan penekanan. Dea menarik kerah Levi,“Atau aku akan memberitahu papa mama kalau kamu sudah menjual rumah mereka tanpa ijin!” ancamnya.Nafas keduanya memburu seperti banteng, Dea yang dipenuhi dengan amarah sedangkan Levi ketakutan karena adiknya mengetahui rahasia terbesar.Kedua mata mereka beradu tajam. Dea menatap kakaknya dengan dingin, namun ada banyak kemarahan yang tersimpan di dalamnya.“B-baik! Lepaskan cengkeramanmu Dea,” pinta Levi gagap. Perempuan itu segera melepas cengkeramannya.“Hahh...” Levi menghela napasnya yang sempat tercekat. Ia tak menyangka jika hari ini telah tiba, hari dimana ia di ha
Insiden yang ia alami menyebabkan tubuhnya lemas, bahkan ia tak sanggup untuk berjalan.“Dea,” panggil seseorang yang kaget melihat perempuan terduduk di jalanan.Dea mendongakkan kepalanya ke arah seseorang yang memanggilnya. Sosok lelaki bertubuh tinggi namun sedikit kurus itu segera berjongkok.“Are you okay?” tanyanya cemas. Pria itu adalah Andre, teman seinstansi yang notabenya sebagai penggemar dirinya. Yah, Andre menyukai Dea hingga sekarang, bahkan dia mengakui hal itu.Dea hanya mengangguk mendapatkan pertanyaan dari Andre.Tanpa aba-aba, lelaki itu langsung mebopong Dea masuk ke dalam mobil. Mobil Merchendez Benz berwarna hitam yang akan menabrak tubuhnya beberapa waktu lalu.“Sepedaku,” lirih Dea.“Nanti di antar bapak itu,” jawab Andre dengan menunjuk seseorang di depan mobil yang sibuk mengambil semua barang. Beberapa orang lainnya menyingkirkan sepeda motornya di tengah jalanan.Andre meninggalkan Dea sendirian di dalam mobil dan berbicara pada bapak tersebut. Terlihat i
“Maaf Mas, tanpa segaja tadi saya menabrak Dea. Kami baru saja dari rumah sakit,” jelas Andre.Kevin mengernyitkan dahinya, melihat tampilan istrinya yang di penuhi perban dengan baju yang sobek di beberapa bagian. Dengan gesit Kevin segera mengambil alih tubuh istrinya dari Andre.“Bagaimana bisa, kenapa kau tidak hubungiku?” tanya Kevin ketus. Ia tak terima istrinya dilukai oleh lelaki lain. Andre meringis dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia tak bisa memikirkan alasan apapun.“Mas aku capek,” keluh Dea yang sudah tidak kuat. Ia tak ingin suaminya berdebat dengan Andre lebih lama lagi.“Mas Andre, tas saya,” pinta Dea dengan tangan yang menengadah menunggu Andre memberikan tasnya.“Oh iya ini.” Andre segera memberikan tas itu pada Dea. Namun, buru-buru di sahut oleh Kevin. Dea tersenyum kaku melihat tingkah suaminya, lalu ia memberikan kode pada Andre untuk segera meninggalkan rumahnya.“Hehe... Kalau begitu saya pamit dulu ya Mas, Dea,” ujar Andre yang melangkah mundur.“Iya