Share

214

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
[Mas jemput aku jam 4.] Itu adalah pesan yang dikirim Dea pada suaminya. Ia menghela napasnya lega karena tak ada kesempatan untuk bercengkerama dengan Andre. Entah kenapa dia merasa tertekan ketika bertemu lelaki itu. Ditambah melihat keagresifan Michelle membuat Dea enggan berurusan lebih dalam dengan Andre.

Tak berselang lama dia mendapat balasan dari Kevin. [Oke Sayang. Sekarang aku di perjalanan ke rumah Levi. Sebalum jam 4 aku akan sampai di sekolahmu.]

"Bu Dea, ayo ke ruang latihan." Sinta menghampirinya setelah menunaikan ibadah. Alis Dea terangkat mendengar ajakan itu.

"Loh... Tidak di sini saja?" ia sedikit bingung. Karena sebelumnya guru-guru akan berlatih paduan suara di ruang kantor.

"Tidak. Karena beberapa guru juga bermain alat musik, jadi kita harus ke ruang ektrakuliler musik."

Kedua wanita itu pun keluar dari ruang kantor. Namun Sinta terhenti ketika melihat Andre bersama Michelle. Menyadari kedatangan mereka, Michelle melambai tangan kepada Dea. Andre pun menol
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   215

    Dugaannya yang benar membuat Kevin kegiarangan. Mata menyala dengan simbol dollar di maniknya membuat hatinya berdebar. "Syukurlah aku bisa ketemu kami di sini Bim," senang lelaki itu. Mendengar itu, Bimo menggaruk kepalanya dengan senyum meringis. "Ada apa ya Vin?" tanyanya pelan.Ketika akan menjawab, ia terkejut melihat wanita yang ada di kursi penumpang samping Bimo. Matanya berkedip beberapa kali memfokuskan pandangan."Vin." Bimo jadi kikuk karena temannya mematung."Eh iya. Soal duit," jawab Kevin yang masih penasaran dengan Nina yang bersiap keluar dari mobil temannya. "Oh..." Bimo buru-buru membuka ponselnya dan mencari aplikasi Mobile Banking. Ia mencari nomor rekening temannya yang sudah terpendam jauh di bawah. "Aku kembaliin segini dulu ya Vin," ucap Bimo menarik perhatian temannya dari Nina. "Oh sip!" Kevin memberikan jempol pada Bimo dan kembali menatap Nina. "Nin! Bilang Levi gua udah di depan ya!" pintanya ketika Nina mulai memasuki rumah. Wanita itu tak menggubri

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   216

    Dengan malas Nina menuruti perintah Kevin yang bernotabe sebagai adik ipar sekaligus teman suami dan kakaknya. Ia berjalan dengan sedikit mengangkang karena volume perutnya yang semakin membesar. Melihat itu, Levi mendekatinya memastikan keamanannya ketika menuruni tangga di dalam gudang. Tak ada ekpresi bersahabat yang dikeluarkan wanita itu. Ia sangat jengah berada di dekat Levi. Namun bagaimana pun ia kesulitan melakukan perceraian."Apa?" tanya Nina sedikit nyolot."Lu kan punya banyak teman. Nah! Batuin suami lu cari reseller, semua rulles biar Levi yang urus. Lu cuma perlu sebarin recruitmen reseller doang. Terutama bidang kecantikan, nih ada make up sama skincare." Kevin menunjukkan beberapa produk berdus-dus di sana. Mata Nina pun mengikuti arah telunjuk lelaki itu."Tidak ada penawaran. Lu harus lakuin itu, besok lusa gua cek progress kalian." Kevin menekan perintahnya tanpa menunggu jawaban dari Nina. Wajah Levi yang sebelumnya gelap, kini berubah cerah karena mendapat bimbi

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   217

    Dea yang sudah hafal dengan suara itu segera menoleh. Jantungnya sempat terperanjat karena tak menyangka ada orang yang melihat interaksinya bersama Andre. Namun ia sangat bersyukur itu adalah suaminya bukan orang lain. Seandainya guru, staff, atau murid sekolah ini bisa saja ada desas-desus menyebalkan yang tersebar. Ditambah kepala sekolahnya kali ini bertindak berlebihan kepadanya. Cengkeraman tangan yang mendadak membuat tubuhnya membeku. Ia tak menyangkal sedang merasa resah berada di ruangan yang sama dengan lelaki itu ditambah hanya berdua."Mas..." ucap Dea yang lega karena itu Kevin. Ia segera menarik tangannya dari cengkeraman Andre tetapi tak terlepas. Kepala sekolah tersebut menatap ia dengan sendu. Matanya tampak sedikit berlinang saat melihat ke arahnya."Maaf Pak. Saya izin pulang dulu karena suami saya sudah menjemput," akhir Dea. Namun Andre tak kunjung melepas tangannya. Justru cengkeraman tersebut semakin kuat hingga membuat alis wanita itu mengerut. "Pak. Tangan sa

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   218

    Kevin dan Dea duduk berhadapan. Makanan yang mereka pesan sudah tersaji sangat cantik di atas meja. Sedari tadi Kevin sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Dea menunggu suaminya mengatakan sesuatu penting. Entah apa itu, tetapi kesabaran Dea sudah habis dan dia langsung bertanya, "ada apa Mas? Kenapa kamu jadi cuekin aku." Alis wanita itu mengerut dan bibirnya sedikit maju karena memendam kekesalan. "Sebentar Sayang. Aku masih balas chatnya Levi." Jari tangan lelaki itu bergerak sangat gesit menyentuh layar ponsel dalam genggamannya. Wajah yang serius terjerumus pikiran yang dalam ketika menyalin satu persatu kata dari otaknya. "Huft," hela wanita itu. Kevin bahkan tidak menatapnya ketika menjawab. Kali ini Dea benar-benar diacuhkan. Akhirnya ia memilih menyantap makanannya terlebih dahulu. Meskipun dengan dentingan sendok yang cukup keras karena kekesalannya pada Kevin tetapi itu tak mengganggu pelanggan lain. Suasana di rumah makan kali ini sangat ramai, hiruk pikuk manusia memenuhi u

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   219

    Mengingat kejadian kemarin sore, hari ini Kevin memutuskan untuk menunggu istrinya latihan paduan suara. Ia tak ingin memberikan peluang pada orang lain mendekati istrinya. Jika lengah sedikit saja, Andre dan Dea akan semakin dekat. Ditambah lelaki yang sempat menjadi calon suami istrinya tersebut masih gencar mendekati. Meskipun Dea tak menggubris, tetapi hati Kevin dalam mode waspada. Rumah tangganya yang retak membuatnya sensitif. Dia tak ingin menambah masalah, sekarang prioritasnya adalah membuat Dea menetap dengan dirinya.[Sayang. Mas sekarang di lobi sekolahmu.] tulis lelaki itu. Tak berselang lama Dea sudah membalas pesannya.[Latihanku masih 30 menit lagi Mas. Ga masalah kan?][Iya Sayang. Mas tunggu di sini sambil main game.][Oke Mas. Sebentar ya.]Kevin tak membalas pesan tersebut. Ia memilih login salah satu game kesukaannya. Hari yang semakin sore membuat bangunan ini sepi. Sebelumnya ada beberapa murid yang lewat, tapi semakin bertambahnya waktu tak seorang pun lewat d

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   220

    Maya melirik suaminya sebentar. Kemudian ia memegang erat kedua pundak putrinya seraya berkata, "Tidak Sayang. Mama tidak akan memajukan jadwal kepulangan kita. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Kita sedang di rumah Allah Icha, jadi panjatkan semua doamu." Wanita paruh baya tersebut mengatakannya dengan tegas."Icha sudah berdoa Ma. Sekarang aku ingin pulang dan ketemu Mas Kelvin," rengek Icha dengan mata memerah dan berlinang. "Kita pulang setelah kamu tenang. Tenangkan diri kamu." Maya bersikukuh dengan opininya. Seno yang ada di antara mereka pun menganggukkan kepala. "Mamamu benar Sayang. Tenangkan diri kamu terlebih dulu, baru kita pulang. Papa yakin kepulangan kita akan disambut kabar baik. Percayalah dengan ucapan Papa. Tugasmu hanya berdoa sekhusyuk mungkin di sini. Papa sudah melakukan usaha semaksimal mungkin agar Kevin kembali ke pelukanmu. Sekarang tinggal menunggu hasilnya melalui doa mu. Berdoalah sebaik mungkin Sayang. Semua yang Papa dan Mama lakukan hanya untuk kamu

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   221

    Kevin menyadari perubahan hati istrinya. Dea meliriknya tajam tanpa mengatakan sepatah katapun. Itu membuat buku kuduk lelaki itu berdiri. Untuk menimalisir kegugupannya serta menarik perhatian semua orang, Kevin pun berdeham keras. Sesuai rencananya, perhatian semua karyawan kembali ke arahnya."Meskpin owner kalian bukan saya. Saya harap kalian tetap mematuhi aturan yang sudah dibuat. Detik ini juga, manajemen cafe akan diatur oleh istri saya - Dea. Saya harap tidak ada diskriminasi antara owner lama dan owner baru. Masalah kemarin sudah saya selesaikan kemarin lusa. Jadi saya tidak memiliki tanggungan apapun. Apa kalian sudah menerima kompensasi yang saya berikan?" tanya Kevin pada semua karyawannya."Sudah Pak.""Baik. Kalau begitu kembali ke posisi kalian masing-masing. Terimakasih sudah meluangkan waktu."Satu persatu karyawan kembali ke jobdesk mereka. Kini tinggal Kevin dan Dea."Ayo masuk ke ruang staff." Kevin menggandeng istrinya masuk ke ruang yang biasa ia gunakan untuk b

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   222

    Kevin mengajak Dea ke rumah Levi. Sebenarnya Dea enggan berkunjung di rumah kakaknya. Namun karena masalah yang dihadapi Levi berhubungan dengan orangtua dan dirinya, membuat wanita itu mengalah dan mengantar suaminya pergi. "Aku di sini aja Mas," ucap Dea ketika Kevin akan turun dari mobil. Mendengar ucapan tersebut, suaminya sontak menoleh dengan salah satu alis terangkat. "Tidak mau masuk?" tanya Kevin. Kepala Dea langsung menggeleng."Oke, baik-baik di sini. Mas akan menyelesaikan urusan dengan kakakmu secepatnya. Sebentar ya," sahut Kevin. Dia tak memaksa istrinya untuk berbaikan dengan Levi, jadi Kevin menuruti permintaan Dea. Kevin sendiri pun merasa bersalah karena secara tidak langsung akar permasalahan yang ada di keluarga istrinya saling terhubung padanya.Kevin menekan bel rumah beberapa kali. Tak berselang lama, Levi menyambutnya dengan senyum semringah. Mereka masuk ke ruang kerja lelaki itu dengan santai."Gimana Lev?" tanya Kevin menunggu progress kakak iparnya."Masa

Bab terbaru

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   337 END

    "Perutku sakit banget, Sayang. Seperti kontraksi," jawab Dea dengan suara gemetar.Andre segera memeriksa jam tangannya. "Tapi ini belum waktunya, kan? Masih beberapa minggu lagi!" Namun, melihat ekspresi Dea yang pucat, ia tak berani menunda. "Kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu sebentar, aku ambil kunci mobil."Dea mengangguk, meski tubuhnya terus menggeliat karena rasa sakit. Andre kembali dengan mantel dan payung, membantunya bangun dengan hati-hati.Di perjalanan menuju rumah sakit, Dea terus mencengkeram lengan suaminya. Pria itu pun dibuat kalap dengan satu tangan memegang kemudi. "Aduh, Mas sakit banget. Aku nggak kuat," keluhnya.Andre berusaha tetap tenang, meskipun dadanya terasa sesak melihat istrinya kesakitan. "Sayang, bertahan ya. Kita sebentar lagi sampai," katanya sambil mempercepat laju mobil.Setibanya di rumah sakit, para perawat langsung membawa Dea ke ruang bersalin. Andre mendampingi dengan wajah penuh kecemasan. Dokter masuk dan memeriksa kondisi Dea dengan ce

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   336

    “Waalaikumsalam,” jawab Icha cepat-cepat sambil membuka pintu. Berdiri di sana, Kevin dengan setelan kerjanya yang rapi, wajahnya tampak lelah, tetapi ada senyum tipis yang terukir.“Kamu baru pulang?” tanya Icha langsung, nada suaranya sedikit tajam meski ia mencoba menahannya. Evan yang masih dalam gendongannya mulai merengek lagi, membuatnya semakin frustasi.Kevin mengangguk sambil melepas sepatu. “Iya, maaf lama. Ada kerjaan tambahan tadi. Stok baju menumpuk dan harus di display. Ditambah, aku juga menambah manekin sesuai idemu. Aku sudah memasang banyak setelan yang kamu atur.” Ia mendekati mereka, mengusap kepala Evan yang langsung melenguh kecil, tetapi tetap rewel.“Aku hampir gila sendiri di rumah, tahu nggak?” keluh Icha sambil membawa Evan ke ruang tamu. Namun, ada kebahagiaan sendiri karena ide yang sempat ia katakan pada Kevin, sekarang telah teralisasikan. Dia yang dulunya suka shopping dan selalu memakai outfit kece, ternyata bisa merembak ke bisnis toko baju yang mere

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   335

    Beberapa hari setelah kabar kehamilan itu, Andre dan Dea memutuskan untuk mengundang kedua keluarga mereka untuk makan malam di rumah. Andre telah mengatur semuanya, dari makanan hingga dekorasi sederhana yang akan digunakan untuk menyampaikan kabar gembira tersebut.Dea berdiri di depan cermin, mengenakan gaun longgar yang sengaja dipilih karena ia mulai merasa tak nyaman dengan pakaian yang ketat di perut. Ia menyentuh perutnya yang masih datar dengan perasaan takjub, seolah tak percaya bahwa kehidupan baru tengah tumbuh di dalamnya.“Kamu cantik,” komentar Andre yang muncul dari balik pintu kamar. Ia mendekat, melingkarkan lengannya di pinggang Dea.“Kamu yakin mereka akan senang?” tanya Dea sambil menatap Andre lewat pantulan cermin.Andre tertawa kecil, mencium kening Dea dengan lembut. “Ayah dan Mama pasti akan sangat senang. Apalagi Oma. Dia sudah lama menunggu kabar seperti ini.”Dea mengangguk, meski hatinya tetap berdebar. Ia masih merasa gugup untuk menyampaikan kabar terse

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   334

    Setelah hampir dua minggu menikmati bulan madu yang penuh kenangan di Maldives, Dea dan Andre akhirnya kembali ke rumah mereka yang megah. Malam itu, mereka tiba di bandara dengan suasana hati yang lelah tetapi bahagia.“Welcome home, Pak Andre, Bu Dea,” sapa seorang pelayan ketika mereka melangkah masuk ke dalam rumah. Bagi Dea rumah itu terasa lebih besar dari tempat yang selama ini ia tinggali, tetapi kehangatan dari staf yang menyambut mereka membuat Dea merasa nyaman.“Terima kasih,” jawab Andre singkat. Ia menoleh ke arah Dea, yang terlihat sedikit pucat. “Kamu capek? Mau langsung istirahat?”Dea mengangguk sambil tersenyum kecil. “Sepertinya begitu. Perjalanan panjang tadi bikin aku sedikit mual.”Andre mengernyit, menunjukkan kekhawatirannya. “Kamu yakin cuma capek? Jangan-jangan kamu sakit.”Wanita itu hanya tertawa kecil. “Nggak kok, mungkin hanya masuk angin. Besok juga pasti sembuh.”Andre menghela napas, tapi akhirnya mengangguk. “Kalau gitu, ayo naik. Aku bawakan kopermu

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   333

    Tanpa menunggu lagi, sepasang pengantin yang baru saja melakukan malam pertama segera terbang ke luar negeri."Mas, kita mau ke mana?" tanya Dea. Ia sedari tadi hanya mengekori suaminya. Semua keperluan sudah diatur Andre dan staffnya. Jadi, wanita itu tidak tau mereka akan terbang ke mana. Suaminya pun hanya membalasnya dengan senyuman kecil. "Nanti juga tau," ujar lelaki itu sembari menoel hidung Dea.Namun, jawaban atas rasa penasaran wanita itu langsung terjawab ketika jet yang ia tumpangi landing di salah satu bandara yang ada di Maldives. Dea tak menyangka dan tak terpikirkan akan berada di negara ini. Pagi pertama mereka di Maldives dimulai dengan sinar matahari lembut yang menerobos tirai kamar villa di atas laut. Dea membuka mata perlahan, menghirup aroma udara laut yang menyegarkan. Ia merasakan kain lembut selimut yang menyelimuti tubuhnya dan ketenang di sekitarnya.Ketika ia menoleh, Andre sudah duduk di teras luar, hanya memakai kemeja santai berwarna putih dan celana p

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   332

    Kevin kehilangan kata-kata. Zahra hanya berdiri di tempatnya, matanya kembali berkaca-kaca, tetapi tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun.Icha mengusap air matanya dengan kasar, sambil tetap memeluk Evan. Suaranya gemetar saat ia melanjutkan, “Aku meninggalkan keluargaku demi kamu, Kevin. Aku melawan dan menghadapi dunia sendirian, bahkan saat aku melahirkan anak ini. Apa balasanmu? Kamu bawa perempuan lain masuk ke rumah kita!”“Icha, aku tahu aku salah,” Kevin berkata dengan nada putus asa. “Tapi aku ingin memperbaikinya. Demi Evan. Tolong beri aku kesempatan-”Kata-kata itu seperti palu godam yang menghantam Icha. Tubuhnya terasa lemas, dan ia hanya terpaku. Suaminya hanya memikirkan putra mereka, bukan dirinya. Zahra yang tak sanggup melihat perseteruan mereka, berbalik dan melangkah pergi tanpa berkata apa-apa.Icha menunduk, menatap bayi kecil di pelukannya yang akhirnya berhenti menangis. Ia mengusap lembut kepala Evan sambil berbisik, “Kita pergi dari sini, Nak. Kita tid

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   331

    Kevin berdiri terpaku, jantungnya berdegup kencang. Kata-kata Icha tadi seperti pisau yang terus-menerus mengirisnya. Ia ingin mengejar wanita itu, tetapi tubuhnya terasa kaku. Di sebelahnya, Zahra menggenggam tangan di depan dada, matanya berkaca-kaca, penuh rasa bersalah.“Mas, mungkin aku seharusnya tidak datang ke sini,” Zahra berbisik pelan. “Kehadiranku hanya memperburuk keadaan.”Kevin menoleh, pandangannya gelap. “Zahra, ini bukan salahmu. Semua ini salahku. Aku yang mengambil keputusan bodoh, dan sekarang aku harus menanggung akibatnya.”Sebelum Zahra bisa menjawab, suara pintu yang dibanting terdengar keras dari arah kamar. Icha muncul kembali dengan sebuah koper besar di tangannya. Tanpa menoleh sedikit pun ke arah Kevin atau Zahra, ia berjalan cepat menuju pintu depan.“Cha, tunggu!” Kevin akhirnya bergerak, berusaha menghentikan istrinya. Ia memegang lengan Icha, tetapi wanita itu menepisnya dengan kasar.“Jangan sentuh aku, Kevin!” seru Icha dengan air mata yang masih me

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   330

    Kevin menatap Zahra sejenak. Pikirannya bergemuruh, tetapi bibirnya akhirnya lolos begitu saja mengungkapkan kenyataan yang selama ini dia sembunyikan. "Zahra adalah istriku, Cha. Dia madumu. Kami sudah menikah secara sah baik di mata hukum maupun agama."Pernyataan itu jatuh seperti petir di siang bolong. Icha menatap Kevin dengan mata membelalak, wajahnya memerah karena amarah yang langsung memuncak. Tubuhnya gemetar, hampir tak mampu berdiri.“Apa?!” jerit Icha dengan suara yang pecah. “Kamu bilang dia MADUKU?! Kamu sudah menikah lagi tanpa bilang apa-apa padaku?!”Pria itu menatap Icha selembut mungkin, berusaha menenangkan. Namun, kata-kata yang ia siapkan tak mampu menahan badai yang jelas sudah datang. “Cha, aku bisa jelaskan. Seharusnya bilang dari awal. Tapi-”“JELASKAN APA?!” potong Icha dengan teriakan melengking. “Kamu menikah lagi di belakangku, Kevin! Kamu mengkhianatiku! Kamu membawanya ke sini, dan kamu pikir aku akan menerima begitu saja?!”Zahra yang berdiri di sampi

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   329

    Di ruang tamu, seorang wanita bergamis duduk dengan tenang. Sosok itu membuat darah Icha mendidih seketika.“Kamu?!” seru Icha dengan nada tinggi, tanpa mencoba menyembunyikan kemarahannya.Zahra, yang mengenakan gamis hitam bangkit perlahan. Meski matanya tampak tenang, tubuhnya sedikit gemetar karena situasi yang ia tahu akan sulit.“Iya, Mbak Icha,” jawab Zahra pelan. “Saya diminta Mas Kevin datang.”"Dasar perempuan gatel! Apa-apaan kamu tiba-tiba nggak pake cadar gitu. Mau menggoda suami saya, ya!" Icha melirik Kevin dengan tatapan penuh emosi. “Mas, kamu tega banget bawa dia ke sini?! ngapain kamu suruh datang ke rumah kita?!”“Cha, tenang dulu. Aku cuma—”“Tenang?!” potong Icha tajam. “Kamu mau aku tenang sementara kamu bawa perempuan ini ke rumah kita?! Aku istrimu, Kevin! Dia itu cuma... cuma-”“Saya cuma apa, Mbak?” Zahra menyela lembut, tetapi nadanya tegas. “Kalau saya hanya dianggap sebagai masalah, saya mohon maaf. Tapi saya di sini untuk menyelesaikan semuanya, biar ng

DMCA.com Protection Status