Share

121

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Papa perintahkan kamu untuk menceraikan perempuan itu Kevin! Apa kamu mendengarnya!?" sulut Gito menggebu-gebu.

"Jawab!" bentak Gito karena Kevin tak kunjung merespon ucapannya. Kaki lelaki itu bersiap menendang tubuh putranya, tapi terhenti karena mendengar jawaban yang ia inginkan.

"I-iya Pa," jawab Kevin terbata dengan memegang perutnya yang sakit.

"Papa tunggu sampai 2 minggu. Jangan kecewakan aku Kevin," peringat lelaki paruh baya itu sembari mengusap kasar wajahnya. David menghela napasnya panjang, ia merobohkan tubuhnya ke atas sofa karena lelah melerai mereka berdua. Isakan Rita mulai mereda. Dea dan Kevin saling menatap sendu.

"Maafkan saya Mas David. Saya benar-benar minta maaf." Kali ini gitu menundukkan tubuhnya di depan David dengan berlinang air mata. "Saya gagal menjaga Dea. Hukum saya karena tidak bisa menepati janji," mohon Gito yang ingin sujud di kaki lelaki itu.

Dengan cepat David langsung mengangkat tubuh besannya. "Sudah Mas."

"Tolong jangan bawa Dea pulang Ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   122

    Setelah kepergian orangtua mereka, Dea segera menyeret suaminya ke kamar. Lastri yang masih berada di kediaman mereka membantu majikannya menyiapkan kotak P3K beserta makan malam untuk di santap sepasang suami istri tersebut.Ketika Kevin akan memulai percakapan dengan cepat Dea menyela ucapan lelaki itu."Kita bicarakan nanti, sekarang makan dulu," ucap Dea sembari membuka beberapa makanan di atas meja yang ada di kamar. Kevin menghampiri istrinya dan langsung menyantap semua makanan yang disiapkan oleh Dea.Mereka berdua makan dalam kebisuan. Hanya denting sendok dan piring yang terdengar. Pikiran Dea melayang karena keputusan yang dia ambil beberapa waktu lalu.'Padahal aku sudah bertekad untuk cerai dengan Mas Kevin. Tapi kenapa tadi aku mau menyetujui permintaan Mama?' tanyanya pada diri sendiri. Sedangkan Kevin pun sibuk dengan batinnya, 'Laki-laki bajingan seperti aku, apakah pantas mendapatkan cinta dari Dea? Aku memang tidak sanggup jika bercerai dengannya, tapi rasanya aku

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   123

    David yang baru saja sampai rumah langsung disambut Nala dan Levi. Mereka nampak menunggu kedatangannya dengan risau. Semua itu tercetak jelas di wajah istri dan putranya. Begitu David mengucapkan salam, Nala langsung mencium tangan suaminya dengan tergesa-gesa."Bagaimana Yah?" tanya wanita itu tak sabar.David masih terfokus pada putranya yang sedang mencium tangannya."Kita masuk dulu."Ketika sudah duduk di kursi ruang tamu, David menghela napasnya panjang. Ia memejamkan mata sejenak mengotrol emosi yang ada di dalam dirinya. Nala dan Levi menyiapkan diri mendengar jawaban dari kepala keluarga. Dada berdegup kencang seolah ingin melesat dari tempatnya.Kepala Levi sedari tadi berputar pesat. Batinnya bertanya-tanya apakah namanya akan terseret ke kasus ini. 'Bisa mati kalau sampai Ayah dan Mama tau,' rutuknya dalam hati."Mengenai putri kita, Dea. Kepalanya terluka cukup parah, bahkan masih terbalut perban." David mulai membagikan informasi kepada keluarganya. "Ternyata pelakunya

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   124

    "Soal Mawar. Aku tidak berniat membunuhnya, video yang kamu berikan hanya sebagian saja." Nina terdiam sejenak, Levi menunggu pengakuan istrinya dengan sabar. Sebelum melanjutkan cerita, wanita itu menghembuskan napasnya beberapa kali seakan mengontrol debaran hebat di dadanya. "Tidak ada yang tau kalau dia sebenarnya mengalami kecemasan parah. Bahkan psikologi yang menanganinya meminta dia tinggal di rumah sakit jiwa beberapa hari sampai kondisinya stabil. Saat itu aku yang mengantar nya tidak bisa berbuat apa-apa." Air mata mulai luruh membasahi pipi wanita itu. "Aku sempat cekcok dengan Mawar karena meminta dia menuruti kata psikolog. Tapi dia justru membelokkan mobil ke jurang beberapa kali. Aku berusaha menyelamatkan diri dengan berebut setir."Levi masih mendengarkan pengakuan Nina dalam diam. Nina berusaha mengatur napasnya agar tubuh menjadi lebih tenang. Ia sadar sedang memiliki janin di dalam rahimnya, jadi ia harus mengontrol emosinya agar tidak terjadi hal-hal buruk.Se

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   125

    "Ya. aku memang tidur dengan Bimo," ucap Nina dengan menundukkan kepala. " Tapi waktu itu, aku juga tidur denganmu Mas. Jadi sekarang aku tidak tau, apakah ini anak Bimo atau anakmu."Levi menatap istrinya dengan nanar. Sebelumnya ia sudah menuduh Nina berselingkuh dengan Bimo. Namun saat itu dia tidak mengakuinya. Sekarang Nina berani mengakui perbuatannya Tapi Levi tak bisa sanggup mendengarnya. "Lalu?""Biarkan anak ini lahir dulu. Setelah itu kita bercerai."Mata Levi melebar, ia belum memikirkan perceraian meskipun Dea sudah memberi bukti kebejatan istrinya."Entah ini anak Bimo atau anakmu-"" Kita bahas itu nanti. tinggal 2 bulan anak itu lahir, aku akan memutuskannya nanti."Levi segera beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke ruang kerja. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. "Entah dosa apa yang kami perbuat, sampai-sampai keadaan menjadi pelik seperti ini," keluh lelaki itu.Keadaan rumah tangga kakak beradik sedang berada di ujung tanduk. Dea terbaring lemas di ranjangnya

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   126

    Ketika sampai di tempat Dea mengajar. Kevin segera mengecup kening istrinya dengan lembut seraya berkata, "semangat ya Sayang. Nanti sore Mas jemput."Dea emnyunggingkan bibir dan berkata, " Mas juga semangat kerjanya."Lelaki itu tak langsung melajukan mobilnya ketika istrinya masuk ke area sekolah. Ia ingin memastikan Dea benar-benar aman di sana. Namun dadanya langsung berdebar nyeri saat melihat sosok laki-laki yang ia benci mendekati istrinya. "Dia masih saja-," geram Kevin yang tertahan. Tangannya menggenggam erat ketika Andre melirik ke arahnya dengan wajah datar. Tak berselang lama terlihat salah satu rekan kerja wanita istrinya mulai nimbrung. Perasaan Kevin mulai lega karena dengan begitu interaksi antara Andre dan Dea merenggang.Akhirnya ia menyalakan mesin mobil dan menuju tempat kerjanya. Dia yang baru sampai di parkiran langsung dihadang Nino. Wajah lelaki itu nampak kusut ketika memandang Kevin.'Ngapain lagi nih bocah. Gak ada malunya deketin istri orang,' gerutu Kev

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   127

    'Apalagi yang dia inginkan?' tanya Kevin dalam hati.Nino masih fokus dengan layar ponsel sahabatnya. Nama Seno tersemat dengan singkat di sana. Namun dengan satu kata tersebut berhasil mengubah atmosfer menjadi menegangkan."Tidak berhenti berhenti tuh," ucap lelaki itu yang langsung mengarahkan tatapannya ke Kevin. Helaan napas terdengar dari orang di dalamnya. Dengan terpaksa lelaki itu menggeser icon Phone berwarna hijau. Nino membasahi tenggorokan ya dengan air, entah kenapa ia merasa cemas."Hallo Assalamualaikum," salam Kevin dengan nada dibuat setenang mungkin. Ia tak lupa meloudspeaker agar Nino bisa mendengarnya."Aku ada di depan sekolahmu. Temui aku sekarang." Sambungan telepon pun terputus tanpa ucapan akhir.Kedua sohib saling menatap satu sama lain. Seakan melakukan telepati dan mempertanyakan, apa yang akan dilakukan selanjutnya. "Gua cabut dulu,' pamit Kevin pada Nino."Yakin lu?" Nino seakan mencegah temannya agar tidak berbuat gegabah ketika menghadapi Seno.Hanya

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   128

    "Bu Dea, bisa bicara sebentar?" tanya lelaki itu to the point. "Bisa Pak."Andre menganggukkan kepala lantaran mengatakan, "mari ke ruangan saya."Dea sempat melirik ke beberapa rekan kerjanya yang sedang penasaran. Andre keluar terlebih dahulu."Ada apa ya?" celetuk Sinta.Dea menghela napasnya pelan. "Sepertinya masalah saya yang sering izin," jawabnya dengan mata sedikit berair. Melihat respon rekan kerjanya yang ketakutan beberapa guru mencoba menenangkan Dea dengan lembut. "Aduh Bu Dea jangan nangis ya. Bu Dea kan terpaksa izin beberapa kali karena sakit. Ini aja kepalanya keliatan masih parah.""Bener Bu Dea, jangan takut. InsyaAllah Pak Andre akan kasih solusi yang baik. Jadi tenang saja.""Bener Bu," sahut Sinta yang ikut iba.Absensi sekolah ini tidak bisa dimanipulasi, karena memakai sidik jari sebagai login. Jadi tidak ada yang bisa menggantikannya untuk mengisi presensi. Ia mencoba meluaskan hati untuk menerima semua konsekuensi yang harus dihadapi. Masukan lembut dari r

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   129

    "Gimana Vin?" tanya Nino kepada sahabatnya yang baru mendaratkan pantatnya di atas kursi. Dia sudah tidak bisa menahan rasa penasaran soal pertemuan Kevin dan Seno. Ini akan menjadi cerita menarik untuk lelaki itu."Kacau." Kevin menggaruk rambutnya dengan kasar. Matanya masih memerah karena terbawa emosi saat menemui mertuanya. Berita yang disampaikan kepadanya cukup mengejutkan dan membuat stress.Alis Nino mengerut dan bibirnya maju 1 cm. "Maksudnya?" ia menanyakan kejelasan lebih antusias lagi. "Dia tidak mau melepaskan Dea, sebelum aku menceraikannya." Desisan putus asa menjelaskan bagaimana lelaki itu merasa frustrasi dengan keadaannya sekarang. " Huft..." helaan napas keluar dari mulut Nino. Ia sudah menduga tidak mudah melawan keluarga Icha yang sempat menghancurkan dirinya."Terus?" ia mencoba mencari informasi lagi. karena di dalam lubuk hatinya masih tersimpan rasa iba kepada sahabatnya."Entah. Pusing banget kepalaku.""Hah... Kasihan Dea," ucap Nino melihat sahabatnya s

Bab terbaru

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   337 END

    "Perutku sakit banget, Sayang. Seperti kontraksi," jawab Dea dengan suara gemetar.Andre segera memeriksa jam tangannya. "Tapi ini belum waktunya, kan? Masih beberapa minggu lagi!" Namun, melihat ekspresi Dea yang pucat, ia tak berani menunda. "Kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu sebentar, aku ambil kunci mobil."Dea mengangguk, meski tubuhnya terus menggeliat karena rasa sakit. Andre kembali dengan mantel dan payung, membantunya bangun dengan hati-hati.Di perjalanan menuju rumah sakit, Dea terus mencengkeram lengan suaminya. Pria itu pun dibuat kalap dengan satu tangan memegang kemudi. "Aduh, Mas sakit banget. Aku nggak kuat," keluhnya.Andre berusaha tetap tenang, meskipun dadanya terasa sesak melihat istrinya kesakitan. "Sayang, bertahan ya. Kita sebentar lagi sampai," katanya sambil mempercepat laju mobil.Setibanya di rumah sakit, para perawat langsung membawa Dea ke ruang bersalin. Andre mendampingi dengan wajah penuh kecemasan. Dokter masuk dan memeriksa kondisi Dea dengan ce

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   336

    “Waalaikumsalam,” jawab Icha cepat-cepat sambil membuka pintu. Berdiri di sana, Kevin dengan setelan kerjanya yang rapi, wajahnya tampak lelah, tetapi ada senyum tipis yang terukir.“Kamu baru pulang?” tanya Icha langsung, nada suaranya sedikit tajam meski ia mencoba menahannya. Evan yang masih dalam gendongannya mulai merengek lagi, membuatnya semakin frustasi.Kevin mengangguk sambil melepas sepatu. “Iya, maaf lama. Ada kerjaan tambahan tadi. Stok baju menumpuk dan harus di display. Ditambah, aku juga menambah manekin sesuai idemu. Aku sudah memasang banyak setelan yang kamu atur.” Ia mendekati mereka, mengusap kepala Evan yang langsung melenguh kecil, tetapi tetap rewel.“Aku hampir gila sendiri di rumah, tahu nggak?” keluh Icha sambil membawa Evan ke ruang tamu. Namun, ada kebahagiaan sendiri karena ide yang sempat ia katakan pada Kevin, sekarang telah teralisasikan. Dia yang dulunya suka shopping dan selalu memakai outfit kece, ternyata bisa merembak ke bisnis toko baju yang mere

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   335

    Beberapa hari setelah kabar kehamilan itu, Andre dan Dea memutuskan untuk mengundang kedua keluarga mereka untuk makan malam di rumah. Andre telah mengatur semuanya, dari makanan hingga dekorasi sederhana yang akan digunakan untuk menyampaikan kabar gembira tersebut.Dea berdiri di depan cermin, mengenakan gaun longgar yang sengaja dipilih karena ia mulai merasa tak nyaman dengan pakaian yang ketat di perut. Ia menyentuh perutnya yang masih datar dengan perasaan takjub, seolah tak percaya bahwa kehidupan baru tengah tumbuh di dalamnya.“Kamu cantik,” komentar Andre yang muncul dari balik pintu kamar. Ia mendekat, melingkarkan lengannya di pinggang Dea.“Kamu yakin mereka akan senang?” tanya Dea sambil menatap Andre lewat pantulan cermin.Andre tertawa kecil, mencium kening Dea dengan lembut. “Ayah dan Mama pasti akan sangat senang. Apalagi Oma. Dia sudah lama menunggu kabar seperti ini.”Dea mengangguk, meski hatinya tetap berdebar. Ia masih merasa gugup untuk menyampaikan kabar terse

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   334

    Setelah hampir dua minggu menikmati bulan madu yang penuh kenangan di Maldives, Dea dan Andre akhirnya kembali ke rumah mereka yang megah. Malam itu, mereka tiba di bandara dengan suasana hati yang lelah tetapi bahagia.“Welcome home, Pak Andre, Bu Dea,” sapa seorang pelayan ketika mereka melangkah masuk ke dalam rumah. Bagi Dea rumah itu terasa lebih besar dari tempat yang selama ini ia tinggali, tetapi kehangatan dari staf yang menyambut mereka membuat Dea merasa nyaman.“Terima kasih,” jawab Andre singkat. Ia menoleh ke arah Dea, yang terlihat sedikit pucat. “Kamu capek? Mau langsung istirahat?”Dea mengangguk sambil tersenyum kecil. “Sepertinya begitu. Perjalanan panjang tadi bikin aku sedikit mual.”Andre mengernyit, menunjukkan kekhawatirannya. “Kamu yakin cuma capek? Jangan-jangan kamu sakit.”Wanita itu hanya tertawa kecil. “Nggak kok, mungkin hanya masuk angin. Besok juga pasti sembuh.”Andre menghela napas, tapi akhirnya mengangguk. “Kalau gitu, ayo naik. Aku bawakan kopermu

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   333

    Tanpa menunggu lagi, sepasang pengantin yang baru saja melakukan malam pertama segera terbang ke luar negeri."Mas, kita mau ke mana?" tanya Dea. Ia sedari tadi hanya mengekori suaminya. Semua keperluan sudah diatur Andre dan staffnya. Jadi, wanita itu tidak tau mereka akan terbang ke mana. Suaminya pun hanya membalasnya dengan senyuman kecil. "Nanti juga tau," ujar lelaki itu sembari menoel hidung Dea.Namun, jawaban atas rasa penasaran wanita itu langsung terjawab ketika jet yang ia tumpangi landing di salah satu bandara yang ada di Maldives. Dea tak menyangka dan tak terpikirkan akan berada di negara ini. Pagi pertama mereka di Maldives dimulai dengan sinar matahari lembut yang menerobos tirai kamar villa di atas laut. Dea membuka mata perlahan, menghirup aroma udara laut yang menyegarkan. Ia merasakan kain lembut selimut yang menyelimuti tubuhnya dan ketenang di sekitarnya.Ketika ia menoleh, Andre sudah duduk di teras luar, hanya memakai kemeja santai berwarna putih dan celana p

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   332

    Kevin kehilangan kata-kata. Zahra hanya berdiri di tempatnya, matanya kembali berkaca-kaca, tetapi tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun.Icha mengusap air matanya dengan kasar, sambil tetap memeluk Evan. Suaranya gemetar saat ia melanjutkan, “Aku meninggalkan keluargaku demi kamu, Kevin. Aku melawan dan menghadapi dunia sendirian, bahkan saat aku melahirkan anak ini. Apa balasanmu? Kamu bawa perempuan lain masuk ke rumah kita!”“Icha, aku tahu aku salah,” Kevin berkata dengan nada putus asa. “Tapi aku ingin memperbaikinya. Demi Evan. Tolong beri aku kesempatan-”Kata-kata itu seperti palu godam yang menghantam Icha. Tubuhnya terasa lemas, dan ia hanya terpaku. Suaminya hanya memikirkan putra mereka, bukan dirinya. Zahra yang tak sanggup melihat perseteruan mereka, berbalik dan melangkah pergi tanpa berkata apa-apa.Icha menunduk, menatap bayi kecil di pelukannya yang akhirnya berhenti menangis. Ia mengusap lembut kepala Evan sambil berbisik, “Kita pergi dari sini, Nak. Kita tid

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   331

    Kevin berdiri terpaku, jantungnya berdegup kencang. Kata-kata Icha tadi seperti pisau yang terus-menerus mengirisnya. Ia ingin mengejar wanita itu, tetapi tubuhnya terasa kaku. Di sebelahnya, Zahra menggenggam tangan di depan dada, matanya berkaca-kaca, penuh rasa bersalah.“Mas, mungkin aku seharusnya tidak datang ke sini,” Zahra berbisik pelan. “Kehadiranku hanya memperburuk keadaan.”Kevin menoleh, pandangannya gelap. “Zahra, ini bukan salahmu. Semua ini salahku. Aku yang mengambil keputusan bodoh, dan sekarang aku harus menanggung akibatnya.”Sebelum Zahra bisa menjawab, suara pintu yang dibanting terdengar keras dari arah kamar. Icha muncul kembali dengan sebuah koper besar di tangannya. Tanpa menoleh sedikit pun ke arah Kevin atau Zahra, ia berjalan cepat menuju pintu depan.“Cha, tunggu!” Kevin akhirnya bergerak, berusaha menghentikan istrinya. Ia memegang lengan Icha, tetapi wanita itu menepisnya dengan kasar.“Jangan sentuh aku, Kevin!” seru Icha dengan air mata yang masih me

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   330

    Kevin menatap Zahra sejenak. Pikirannya bergemuruh, tetapi bibirnya akhirnya lolos begitu saja mengungkapkan kenyataan yang selama ini dia sembunyikan. "Zahra adalah istriku, Cha. Dia madumu. Kami sudah menikah secara sah baik di mata hukum maupun agama."Pernyataan itu jatuh seperti petir di siang bolong. Icha menatap Kevin dengan mata membelalak, wajahnya memerah karena amarah yang langsung memuncak. Tubuhnya gemetar, hampir tak mampu berdiri.“Apa?!” jerit Icha dengan suara yang pecah. “Kamu bilang dia MADUKU?! Kamu sudah menikah lagi tanpa bilang apa-apa padaku?!”Pria itu menatap Icha selembut mungkin, berusaha menenangkan. Namun, kata-kata yang ia siapkan tak mampu menahan badai yang jelas sudah datang. “Cha, aku bisa jelaskan. Seharusnya bilang dari awal. Tapi-”“JELASKAN APA?!” potong Icha dengan teriakan melengking. “Kamu menikah lagi di belakangku, Kevin! Kamu mengkhianatiku! Kamu membawanya ke sini, dan kamu pikir aku akan menerima begitu saja?!”Zahra yang berdiri di sampi

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   329

    Di ruang tamu, seorang wanita bergamis duduk dengan tenang. Sosok itu membuat darah Icha mendidih seketika.“Kamu?!” seru Icha dengan nada tinggi, tanpa mencoba menyembunyikan kemarahannya.Zahra, yang mengenakan gamis hitam bangkit perlahan. Meski matanya tampak tenang, tubuhnya sedikit gemetar karena situasi yang ia tahu akan sulit.“Iya, Mbak Icha,” jawab Zahra pelan. “Saya diminta Mas Kevin datang.”"Dasar perempuan gatel! Apa-apaan kamu tiba-tiba nggak pake cadar gitu. Mau menggoda suami saya, ya!" Icha melirik Kevin dengan tatapan penuh emosi. “Mas, kamu tega banget bawa dia ke sini?! ngapain kamu suruh datang ke rumah kita?!”“Cha, tenang dulu. Aku cuma—”“Tenang?!” potong Icha tajam. “Kamu mau aku tenang sementara kamu bawa perempuan ini ke rumah kita?! Aku istrimu, Kevin! Dia itu cuma... cuma-”“Saya cuma apa, Mbak?” Zahra menyela lembut, tetapi nadanya tegas. “Kalau saya hanya dianggap sebagai masalah, saya mohon maaf. Tapi saya di sini untuk menyelesaikan semuanya, biar ng

DMCA.com Protection Status