Bug!Bogem mentah menghunus pipi Kevin dengan keras. Rita, Dea, dan David terbelalak melihat aksi tersebut."Anak tidak tau diuntung! Rasakan ini!" Kali ini Gito menendang perut putranya dengan keras. Kevin yang tidak dalam posisi kuda-kuda langsung terdorong keras ke belakang. Tangan Gito menghimpit tubuhnya ke tembok dan memberikan hantaman bertubi-tubi. Emosi yang sedari tadi ditahan kini meledak dengan dahsyat."Mas Gito!" David mencoba melerai perkelahian diantara ke duanya. Rita memilih untuk diam dan masih terisak dengan tangisannya. Semakin erat memeluk menantu yang dicintainya. Lastri yang ada di dalam langsung keluar begitu mendengar keributan di ruang tamu. Wanita tua itu menutup mulut melihat kejadian di sana."Papa jangan pukul Mas Kevin Pa!" teriak Dea yang meronta dari pelukan mertuanya. Namun Rita tak ingin melepaskannya karena ia merasa apa yang dilakukan suaminya adalah benar. "Biarkan saja Sayang. Dia pantas mendapatkan hukuman itu." Bukannya melepaskan rangkulan t
"Papa perintahkan kamu untuk menceraikan perempuan itu Kevin! Apa kamu mendengarnya!?" sulut Gito menggebu-gebu. "Jawab!" bentak Gito karena Kevin tak kunjung merespon ucapannya. Kaki lelaki itu bersiap menendang tubuh putranya, tapi terhenti karena mendengar jawaban yang ia inginkan."I-iya Pa," jawab Kevin terbata dengan memegang perutnya yang sakit."Papa tunggu sampai 2 minggu. Jangan kecewakan aku Kevin," peringat lelaki paruh baya itu sembari mengusap kasar wajahnya. David menghela napasnya panjang, ia merobohkan tubuhnya ke atas sofa karena lelah melerai mereka berdua. Isakan Rita mulai mereda. Dea dan Kevin saling menatap sendu."Maafkan saya Mas David. Saya benar-benar minta maaf." Kali ini gitu menundukkan tubuhnya di depan David dengan berlinang air mata. "Saya gagal menjaga Dea. Hukum saya karena tidak bisa menepati janji," mohon Gito yang ingin sujud di kaki lelaki itu.Dengan cepat David langsung mengangkat tubuh besannya. "Sudah Mas.""Tolong jangan bawa Dea pulang Ma
Setelah kepergian orangtua mereka, Dea segera menyeret suaminya ke kamar. Lastri yang masih berada di kediaman mereka membantu majikannya menyiapkan kotak P3K beserta makan malam untuk di santap sepasang suami istri tersebut.Ketika Kevin akan memulai percakapan dengan cepat Dea menyela ucapan lelaki itu."Kita bicarakan nanti, sekarang makan dulu," ucap Dea sembari membuka beberapa makanan di atas meja yang ada di kamar. Kevin menghampiri istrinya dan langsung menyantap semua makanan yang disiapkan oleh Dea.Mereka berdua makan dalam kebisuan. Hanya denting sendok dan piring yang terdengar. Pikiran Dea melayang karena keputusan yang dia ambil beberapa waktu lalu.'Padahal aku sudah bertekad untuk cerai dengan Mas Kevin. Tapi kenapa tadi aku mau menyetujui permintaan Mama?' tanyanya pada diri sendiri. Sedangkan Kevin pun sibuk dengan batinnya, 'Laki-laki bajingan seperti aku, apakah pantas mendapatkan cinta dari Dea? Aku memang tidak sanggup jika bercerai dengannya, tapi rasanya aku
David yang baru saja sampai rumah langsung disambut Nala dan Levi. Mereka nampak menunggu kedatangannya dengan risau. Semua itu tercetak jelas di wajah istri dan putranya. Begitu David mengucapkan salam, Nala langsung mencium tangan suaminya dengan tergesa-gesa."Bagaimana Yah?" tanya wanita itu tak sabar.David masih terfokus pada putranya yang sedang mencium tangannya."Kita masuk dulu."Ketika sudah duduk di kursi ruang tamu, David menghela napasnya panjang. Ia memejamkan mata sejenak mengotrol emosi yang ada di dalam dirinya. Nala dan Levi menyiapkan diri mendengar jawaban dari kepala keluarga. Dada berdegup kencang seolah ingin melesat dari tempatnya.Kepala Levi sedari tadi berputar pesat. Batinnya bertanya-tanya apakah namanya akan terseret ke kasus ini. 'Bisa mati kalau sampai Ayah dan Mama tau,' rutuknya dalam hati."Mengenai putri kita, Dea. Kepalanya terluka cukup parah, bahkan masih terbalut perban." David mulai membagikan informasi kepada keluarganya. "Ternyata pelakunya
"Soal Mawar. Aku tidak berniat membunuhnya, video yang kamu berikan hanya sebagian saja." Nina terdiam sejenak, Levi menunggu pengakuan istrinya dengan sabar. Sebelum melanjutkan cerita, wanita itu menghembuskan napasnya beberapa kali seakan mengontrol debaran hebat di dadanya. "Tidak ada yang tau kalau dia sebenarnya mengalami kecemasan parah. Bahkan psikologi yang menanganinya meminta dia tinggal di rumah sakit jiwa beberapa hari sampai kondisinya stabil. Saat itu aku yang mengantar nya tidak bisa berbuat apa-apa." Air mata mulai luruh membasahi pipi wanita itu. "Aku sempat cekcok dengan Mawar karena meminta dia menuruti kata psikolog. Tapi dia justru membelokkan mobil ke jurang beberapa kali. Aku berusaha menyelamatkan diri dengan berebut setir."Levi masih mendengarkan pengakuan Nina dalam diam. Nina berusaha mengatur napasnya agar tubuh menjadi lebih tenang. Ia sadar sedang memiliki janin di dalam rahimnya, jadi ia harus mengontrol emosinya agar tidak terjadi hal-hal buruk.Se
"Ya. aku memang tidur dengan Bimo," ucap Nina dengan menundukkan kepala. " Tapi waktu itu, aku juga tidur denganmu Mas. Jadi sekarang aku tidak tau, apakah ini anak Bimo atau anakmu."Levi menatap istrinya dengan nanar. Sebelumnya ia sudah menuduh Nina berselingkuh dengan Bimo. Namun saat itu dia tidak mengakuinya. Sekarang Nina berani mengakui perbuatannya Tapi Levi tak bisa sanggup mendengarnya. "Lalu?""Biarkan anak ini lahir dulu. Setelah itu kita bercerai."Mata Levi melebar, ia belum memikirkan perceraian meskipun Dea sudah memberi bukti kebejatan istrinya."Entah ini anak Bimo atau anakmu-"" Kita bahas itu nanti. tinggal 2 bulan anak itu lahir, aku akan memutuskannya nanti."Levi segera beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke ruang kerja. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. "Entah dosa apa yang kami perbuat, sampai-sampai keadaan menjadi pelik seperti ini," keluh lelaki itu.Keadaan rumah tangga kakak beradik sedang berada di ujung tanduk. Dea terbaring lemas di ranjangnya
Ketika sampai di tempat Dea mengajar. Kevin segera mengecup kening istrinya dengan lembut seraya berkata, "semangat ya Sayang. Nanti sore Mas jemput."Dea emnyunggingkan bibir dan berkata, " Mas juga semangat kerjanya."Lelaki itu tak langsung melajukan mobilnya ketika istrinya masuk ke area sekolah. Ia ingin memastikan Dea benar-benar aman di sana. Namun dadanya langsung berdebar nyeri saat melihat sosok laki-laki yang ia benci mendekati istrinya. "Dia masih saja-," geram Kevin yang tertahan. Tangannya menggenggam erat ketika Andre melirik ke arahnya dengan wajah datar. Tak berselang lama terlihat salah satu rekan kerja wanita istrinya mulai nimbrung. Perasaan Kevin mulai lega karena dengan begitu interaksi antara Andre dan Dea merenggang.Akhirnya ia menyalakan mesin mobil dan menuju tempat kerjanya. Dia yang baru sampai di parkiran langsung dihadang Nino. Wajah lelaki itu nampak kusut ketika memandang Kevin.'Ngapain lagi nih bocah. Gak ada malunya deketin istri orang,' gerutu Kev
'Apalagi yang dia inginkan?' tanya Kevin dalam hati.Nino masih fokus dengan layar ponsel sahabatnya. Nama Seno tersemat dengan singkat di sana. Namun dengan satu kata tersebut berhasil mengubah atmosfer menjadi menegangkan."Tidak berhenti berhenti tuh," ucap lelaki itu yang langsung mengarahkan tatapannya ke Kevin. Helaan napas terdengar dari orang di dalamnya. Dengan terpaksa lelaki itu menggeser icon Phone berwarna hijau. Nino membasahi tenggorokan ya dengan air, entah kenapa ia merasa cemas."Hallo Assalamualaikum," salam Kevin dengan nada dibuat setenang mungkin. Ia tak lupa meloudspeaker agar Nino bisa mendengarnya."Aku ada di depan sekolahmu. Temui aku sekarang." Sambungan telepon pun terputus tanpa ucapan akhir.Kedua sohib saling menatap satu sama lain. Seakan melakukan telepati dan mempertanyakan, apa yang akan dilakukan selanjutnya. "Gua cabut dulu,' pamit Kevin pada Nino."Yakin lu?" Nino seakan mencegah temannya agar tidak berbuat gegabah ketika menghadapi Seno.Hanya