Beranda / Urban / DENDAM GADIS PEWARIS / RAHASIA YANG DISEMBUYIKAN

Share

RAHASIA YANG DISEMBUYIKAN

Penulis: Alnayra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sedangkan kondisi di rumah Amertha, Pelayan Sisca sudah mengurung majikannya di dalam kamar. Ah, bukan mengurung. Lebih tepatnya, malam ini sudah sangat larut dan sudah waktunya untuk Amertha istirahat. Pelayan Sisca juga mengunci kamar Nona muda-nya, mengantisipasi dengan kedatangan tiba-tiba sang Nona, di tengah pemberitaan televisi pada malam ini yang menjadi banyak tontonan para pelayan malam ini. Termasuk dengan Jevan.

Pria itu menjatuhkan rahangnya, saat identitas dari korban kecelakaan tersebut disebut dengan amat sangat jelas. Mereka adalah orang tua Amertha, Nona muda-nya. Menatap sang ibu dengan rasa cemas, Pelayan Sisca berdeham. Hatinya juga sedih, namun, dia tidak bisa menunjukkannya di depan sang anak.

"Ibu, bagaimana ini?" tanya Jevan. Para pelayan sudah banyak yang menangis dengan tersedu-sedu. Pelayan Sisca menatap anaknya dalam, kemudian menatap sekitar. Semua bersedih.

"Tolong, jangan ada yang menangis. Jangan membuat hal yang akan mengakibatkan Nona muda bangun dari tidurnya," pintah Pelayan Sisca, dia adalah Kepala Pelayan di rumah ini. Semua pelayan menuruti perintah Pelayan Sisca. Namun, masih dengan beberapa isak yang sulit dihentikan.

Malam ini hujan mengguyur kota tempat tinggal Amertha, gadis itu masih bergelung dengan selimut tebalnya. Tanpa tau, bahwa berita kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya telah menggemparkan satu benua.

***

Pagi menyapa, bekas hujan tadi malam masih mengikuti pagi ini. Aroma embun dan tanah basah saling bersahutan memenuhi rongga penciuman Amertha. Gadis itu menggeliat, menandakan bahwa dia akan segera bangun. Namun, urung. Karena masih terbawa oleh suasana pagi yang lebih mendukungnya untuk kembali meringkuk di dalam selimut.

"Ah, nanti pasti Pelayan Sisca akan membangunkan ku," pikirnya saat memutuskan untuk kembali tidur lagi. Yah, memang biasanya Pelayan Sisca lah, yang akan menjadi alarm hidup bagi Amertha di setiap pagi hari gadis itu.

Namun, siapa sangka bahwa hari ini Pelayan Sisca tidak berada di rumah. Dan mengakibatkan Amertha tertidur sampai tengah hari, matahari sudah meninggi.

Gadis itu terbangun, karena rasa lapar di dalam perutnya. Belum lagi, dengan indra penciumannya yang menangkap aroma sedap dari arah samping. Perlahan, kelopak matanya terbuka. Masih menyesuaikan dengan cahaya yang masuk secara berkala ke dalam retina matanya. Menelisik satu persatu benda yang ada di kamarnya, terakhir tatapannya jatuh pada sebuah jendela yang menunjukkan sinar mentari cerah yang sudah berada di tengah langit.

"Sudah siang?" Amertha memekik kaget dan segera bangun dari ranjangnya, menatap nyalang pada mentari yang tersenyum ke arahnya.

Amertha segera beralih menuju kamar mandi, membersihkan tubuhnya. Kemudian menyantap makanan yang tersaji di atas nakas kamarnya. Selesai, kini dia bersiap ingin keluar dari kamarnya. Sayangnya, senyum gadis itu sirna saat mengetahui pintu kamarnya dikunci dari luar.

"Pelayan Sisca, tolong!! Sepertinya pintu kamarku sedang rusak," teriak Amertha.

Tak ada jawaban, gadis itu beralih memanggil nama Jevan. Dan lagi, hasilnya sama, tidak ada jawaban. Bahkan rumah yang ia tempati seakan sepi tanpa penghuni. Tak mau bersusah payah dengan pintu yang terkunci, Amertha beralih menuju jendela kamarnya. Yang tepat sekali menghadap sebuah taman.

Niatnya ingin mencari bantuan pada tukang potong rumput, sayangnya mereka seolah menulikan pendengaran. Bahkan pelayan lainnya juga seperti itu. "Ada apa yah? Kok pintu kamarku dikunci, terus mereka seolah tidak mendengar teriakan ku?" Amertha masih bergelung dengan berbagai pemikirannya, sempat menebak bahwa para pelayan merencanakan kejutan untuknya, namun, saat gadis itu kembali berpikir. Otaknya merangsang rasa tidak enak.

"Tapi, hari ini kan bukan hari ulang tahun ku, lalu kejutan apa yang akan mereka berikan dengan cara ini?" Amertha mulai bertanya-tanya dalam diamnya.

***

"Anda akan datang ke rumah duka?" tanya seorang dengan kemeja hitamnya.

"Tentu, aku juga harus ikut bersedih atas meninggalnya kerabat jauh ku itu. Terlebih, aku yang akan menjadi pewaris dari semua perusahaannya. Aku akan mengambil banyak simpati dari para klien yang datang ke rumah duka." Pria di sampingnya hanya mengangguk paham.

"Ayo, kita harus cepat! Jangan sampai si Ramon tua itu lebih dulu mendapatkan apa yang tidak seharusnya didapatkan," ujar pria paruh bayah tersebut pada tangan kanannya. Mereka berdua bergegas menuju rumah duka, tempat pengantaran terakhir jenazah Ferdi dan Alea, sepasang suami istri keluarga konglomerat yang meninggal akibat kecelakaan.

Sedangkan di tempat lain. "Berikan imbalan yang sesuai untuk sopir itu," ucap pria bertubuh tegap yang kini duduk bersandar di kursi kebesarannya, dengan kaki yang berada di atas meja.

Lawan berbicaranya mengangguk paham, kemudian melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Bosnya. Pria itu masih menikmati kepulan asap, dan hisapan nikotin dari ceruk kesayangannya.

Matanya menelisik pada jam pasir yang berada di atas meja kerjanya, jam pasir itu sudah sepenuhnya turun. Dan kini tangan besar pria itu membolak-balik jam pasir kecil itu.

"Ternyata, semudah itu menghabisi dirimu Tuan Ferdi," ucapnya, dengan senyum sengit. Sorotan matanya seolah puas dengan apa yang ia dengar hari ini. Berita kecelakaan keluarga konglomerat yang menewaskan empat orang dalam sekaligus.

Di rumah Amertha, gadis itu baru saja keluar dari kamar yang terkunci saat petang tiba. Jevan yang membukakan pintu untuknya, tentu atas perintah dari sang ibu. Kini mereka tengah berada di ruang makan, Jevan menemani Amertha. Hal seperti ini sudah biasa, Amertha menganggap Jevan adalah saudaranya sendiri, karena dia adalah anak tunggal. Dan hanya Jevan yang mampu memberikan kasih sayang yang ia inginkan dari seorang saudara laki-laki yang selalu menemaninya di rumah ini sejak kecil.

Orang tua Amertha tentu sibuk dengan bisnisnya yang berada di Ibu kota, mereka hanya menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah tiga bulan sekali. Jelas hal itu membuat Amertha kesepian dan sering bertanya-tanya, sebenarnya apa pekerjaan orang tuanya itu.

Namun, Ferdi dan Alea selalu menjawab bahwa mereka adalah karyawan biasa di sebuah perusahaan, mereka menutupi kebenaran. Yah, karena mereka tahu, dunia bisnis tidak seindah profit dan hasil yang didapatkannya, banyak tipuan. Maka dari itu, mereka tidak ingin sang putri tunggal dalam bahaya jika mereka nekat mempublikasikan keberadaan Amertha Queenara. Alhasil, yang publik tahu, keluarga konglomerat Ferdi dan Alea tidak memiliki keturunan ataupun keluarga dekat. Hanya ada Alex, itupun dia hanya kerabat jauh dan hubungan antara keduanya tidak berjalan baik.

"Kemana Pelayan Sisca? Aku tidak melihatnya sama sekali sejak keluar dari kamar?" tanya Amertha, menyadari bahwa Pelayan Sisca tidak ada di sekitarnya. Padahal dia adalah pelayan paling rajin, dan sigap dalam hal yang berhubungan dengan Nona muda-nya.

Jevan menghela nafasnya sejenak, kemudian menjawab pertanyaan dari Amertha. "Ibu sedang berkunjung ke kampung halaman, ada keluarga yang sakit."

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Cowok Inisial R
kejutan utk kmu sangat memgejutkan, Amartha. btw, pria itu?...
goodnovel comment avatar
Inthary
Alex kn pasti?
goodnovel comment avatar
Nur Cahaya
musuh dalam selimut.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DENDAM GADIS PEWARIS   KEBENARAN YANG ADA

    Amertha hanya mengangguk, kemudian tersadar akan sesuatu. "Tapi, aku tidak pernah dengar bahwa kamu masih memiliki keluarga," gumam Amertha. Kini, Jevan jadi gelagapan sendiri."Ah, iya. Dia itu dari keluarga angkat," jawab Jevan dengan menggaruk kepala bagian belakangnya."Jevan!! Oh ya aku baru ingat," pekik Amertha."A--apa?""Masa tadi ponsel ku mati sih? Coba lihat!! Sama sekali tidak terhubung dengan internet," ujar Amertha sembari menunjukkan layar ponselnya pada Jevan."Oh itu--" Jevan menggantung ucapannya. Itu adalah ulahnya, dia merupakan hacker yang cukup ahli. Atas perintah sang ibu, dia memutuskan jaringan pada ponsel Amertha, agar gadis itu sama sekali tidak mengetahui kabar trending hari ini tentang meninggalnya kedua orang tuanya."Iya, kamu kan bisa membenarkan hal seperti ini. Tolong benarkan ponsel ku, aku ingin menelpon Papa dan Mama." Jevan mematung."Ah kalau itu, ponsel ku juga tidak ada jaringan." Jevan membalasnya dengan nada tidak enak, ragu sebenarnya. Namu

  • DENDAM GADIS PEWARIS   MENEKAN DUA SISI

    "Kapan? Kapan mereka meninggal? Kenapa makam ini tampak sudah lama?" Suaranya sangat rendah, apalagi dengan paduan serak dari deru nafasnya yang tidak beraturan.Pelayan Sisca menghela nafas. "Satu bulan yang lalu, Nona."Amertha segera mengalihkan anestesinya pada Pelayan Sisca. "Apa? Sa--satu b--bulan yang la-lu?"Pelayan Sisca mengangguk, membenarkan."Kenapa kalian tidak memberitahuku? Aku tidak tahu jika mereka telah meninggal, aku juga tidak memberi penghormatan terakhir pada mereka sebelum dikremasi. Jahat! Kalian jahat! Kalian tega sekali," teriak Amertha keras, dia merasa semakin terpukul atas kepergian orang tuanya, juga pada Pelayan Sisca dan Jevan yang dengan tega sama sekali tidak memberitahu kabar besar ini padanya."Aku benci sama kalian, kalian jahat!!" Amertha terus saja berteriak. Bahkan, kesadarannya mulai menghilang secara berkala, karena anestesinya hanya tertuju pada rasa kesal dan marah yang menguras seluruh tenaganya."Nona Amertha!!" Jevan segera menghampiri N

  • DENDAM GADIS PEWARIS   GADIS PEWARIS

    "Sebenarnya, anda adalah pewaris tunggal semua aset keluarga konglomerat yang merajai industri pangan di Indonesia, Nona. Anda jelas tahu perusahaan itu bukan?""Kamu bercanda, Pelayan Sisca?""Tidak, Nona. Tidak ada waktunya bercanda saat ini."Amertha menatap Jevan, tersenyum miris. Ternyata banyak sekali rahasia yang baru ia ketahui. ‘Kenapa mereka menyembunyikan semua itu?’ pikir Amertha.***"Hasilnya tidak bisa begitu! Bagaimana bisa? Saya kerabat Ferdi, seharusnya saya yang mendapatkan hak kuasa atas perusahaan dan asetnya." Suara Tuan Alex menggema dalam ruangan, dia masih tidak terima jika tambuk kepemimpinan perusahaan jatuh pada Tuan Ramon."Semua sudah jelas, Tuan Alex. Anda harus menerima keputusan ini, jika tidak silahkan anda keluar dari perusahaan ini." Kini Tuan Ramon tersenyum remeh."Jadi, bisa diputuskan bahwa tanggal 06 Maret 2022, tambuk kekuasaan dan aset perusahaan milik keluarga konglomerat Ferdi Adistra Gunawan, SENTRA GOLDEN TBK… akan jatuh pada … .""Tunggu

  • DENDAM GADIS PEWARIS   PERMAINAN YANG MENYENANGKAN

    "Apa benar dia memang anaknya Ferdi, hah? Sialan!! Ini di luar ekspektasi ku!" Tuan Ramon berdecih kesal. Dia sungguh sangat kesal saat kedatangan Amerta tadi di rapat pemegang saham. Pria tua itu mengira semua jalannya akan semakin mulus setelah meninggalnya pasangan konglomerat itu, tapi nyatanya masih ada saja batu terjal yang menghalangi langkahnya untuk mengambil alih semua aset yang dimiliki Ferdi dan Alea."Menurut data yang diberikan pelayan tadi, beserta lembar tes DNA ... gadis itu benar-benar putri Nyonya Alea dan Tuan Ferdi, Tuan Ramon." Ajudannya berkata, memberikan informasi yang ingin diketahui oleh tuannya ini.Membuat Tuan Ramon semakin menggeram dalam kursi kebesarannya. "Aku tidak akan membiarkan dia lolos begitu saja. Meski dia memang benar-benar putri Ferdi atau bukan. Dia hanya gadis lugu, menyingkirkan dia sama sekali bukan masalah yang besar bagi ku." Tersenyum puas, Tuan Ramon menatap Ajudannya."Segera kirim orang untuk mencari informasi tentang gadis itu, kem

  • DENDAM GADIS PEWARIS   AMERTHA QUEENARA

    Hembusan angin dingin dan gulita malam menyapa pengendara mobil yang melintas di jalanan berbukit, dekat pantai. Di dalam mobil tersebut ada empat orang penumpang; satu supir, satu asisten pribadi yang duduk di kursi depan, juga sepasang suami istri yang merupakan majikan di dalam mobil itu duduk di kursi penumpang. Mereka telah menyelesaikan pekerjaan yang berada di kota seberang. Malam ini, niatnya adalah untuk kembali ke kota asal, karena banyaknya jadwal padat dari pemilik perusahaan terbesar di Asia, yang saat ini duduk santai di kursi penumpang.Sepasang suami-istri itu tengah menikmati waktu santainya di mobil, sang istri tertidur pulas, begitu pula dengan sang suami. Sama-sama menikmati malam yang menyapa, jalanan cukup lenggang karena kondisi malam, dan juga rute perjalanan mereka yang jarang digunakan, tentu untuk mempersingkat waktu agar segera sampai di ibu kota.Asisten pribadi itu masih terjaga, mengamati jalanan sekitar yang cukup sunyi. Hingga, selang beberapa menit, m

Bab terbaru

  • DENDAM GADIS PEWARIS   PERMAINAN YANG MENYENANGKAN

    "Apa benar dia memang anaknya Ferdi, hah? Sialan!! Ini di luar ekspektasi ku!" Tuan Ramon berdecih kesal. Dia sungguh sangat kesal saat kedatangan Amerta tadi di rapat pemegang saham. Pria tua itu mengira semua jalannya akan semakin mulus setelah meninggalnya pasangan konglomerat itu, tapi nyatanya masih ada saja batu terjal yang menghalangi langkahnya untuk mengambil alih semua aset yang dimiliki Ferdi dan Alea."Menurut data yang diberikan pelayan tadi, beserta lembar tes DNA ... gadis itu benar-benar putri Nyonya Alea dan Tuan Ferdi, Tuan Ramon." Ajudannya berkata, memberikan informasi yang ingin diketahui oleh tuannya ini.Membuat Tuan Ramon semakin menggeram dalam kursi kebesarannya. "Aku tidak akan membiarkan dia lolos begitu saja. Meski dia memang benar-benar putri Ferdi atau bukan. Dia hanya gadis lugu, menyingkirkan dia sama sekali bukan masalah yang besar bagi ku." Tersenyum puas, Tuan Ramon menatap Ajudannya."Segera kirim orang untuk mencari informasi tentang gadis itu, kem

  • DENDAM GADIS PEWARIS   GADIS PEWARIS

    "Sebenarnya, anda adalah pewaris tunggal semua aset keluarga konglomerat yang merajai industri pangan di Indonesia, Nona. Anda jelas tahu perusahaan itu bukan?""Kamu bercanda, Pelayan Sisca?""Tidak, Nona. Tidak ada waktunya bercanda saat ini."Amertha menatap Jevan, tersenyum miris. Ternyata banyak sekali rahasia yang baru ia ketahui. ‘Kenapa mereka menyembunyikan semua itu?’ pikir Amertha.***"Hasilnya tidak bisa begitu! Bagaimana bisa? Saya kerabat Ferdi, seharusnya saya yang mendapatkan hak kuasa atas perusahaan dan asetnya." Suara Tuan Alex menggema dalam ruangan, dia masih tidak terima jika tambuk kepemimpinan perusahaan jatuh pada Tuan Ramon."Semua sudah jelas, Tuan Alex. Anda harus menerima keputusan ini, jika tidak silahkan anda keluar dari perusahaan ini." Kini Tuan Ramon tersenyum remeh."Jadi, bisa diputuskan bahwa tanggal 06 Maret 2022, tambuk kekuasaan dan aset perusahaan milik keluarga konglomerat Ferdi Adistra Gunawan, SENTRA GOLDEN TBK… akan jatuh pada … .""Tunggu

  • DENDAM GADIS PEWARIS   MENEKAN DUA SISI

    "Kapan? Kapan mereka meninggal? Kenapa makam ini tampak sudah lama?" Suaranya sangat rendah, apalagi dengan paduan serak dari deru nafasnya yang tidak beraturan.Pelayan Sisca menghela nafas. "Satu bulan yang lalu, Nona."Amertha segera mengalihkan anestesinya pada Pelayan Sisca. "Apa? Sa--satu b--bulan yang la-lu?"Pelayan Sisca mengangguk, membenarkan."Kenapa kalian tidak memberitahuku? Aku tidak tahu jika mereka telah meninggal, aku juga tidak memberi penghormatan terakhir pada mereka sebelum dikremasi. Jahat! Kalian jahat! Kalian tega sekali," teriak Amertha keras, dia merasa semakin terpukul atas kepergian orang tuanya, juga pada Pelayan Sisca dan Jevan yang dengan tega sama sekali tidak memberitahu kabar besar ini padanya."Aku benci sama kalian, kalian jahat!!" Amertha terus saja berteriak. Bahkan, kesadarannya mulai menghilang secara berkala, karena anestesinya hanya tertuju pada rasa kesal dan marah yang menguras seluruh tenaganya."Nona Amertha!!" Jevan segera menghampiri N

  • DENDAM GADIS PEWARIS   KEBENARAN YANG ADA

    Amertha hanya mengangguk, kemudian tersadar akan sesuatu. "Tapi, aku tidak pernah dengar bahwa kamu masih memiliki keluarga," gumam Amertha. Kini, Jevan jadi gelagapan sendiri."Ah, iya. Dia itu dari keluarga angkat," jawab Jevan dengan menggaruk kepala bagian belakangnya."Jevan!! Oh ya aku baru ingat," pekik Amertha."A--apa?""Masa tadi ponsel ku mati sih? Coba lihat!! Sama sekali tidak terhubung dengan internet," ujar Amertha sembari menunjukkan layar ponselnya pada Jevan."Oh itu--" Jevan menggantung ucapannya. Itu adalah ulahnya, dia merupakan hacker yang cukup ahli. Atas perintah sang ibu, dia memutuskan jaringan pada ponsel Amertha, agar gadis itu sama sekali tidak mengetahui kabar trending hari ini tentang meninggalnya kedua orang tuanya."Iya, kamu kan bisa membenarkan hal seperti ini. Tolong benarkan ponsel ku, aku ingin menelpon Papa dan Mama." Jevan mematung."Ah kalau itu, ponsel ku juga tidak ada jaringan." Jevan membalasnya dengan nada tidak enak, ragu sebenarnya. Namu

  • DENDAM GADIS PEWARIS   RAHASIA YANG DISEMBUYIKAN

    Sedangkan kondisi di rumah Amertha, Pelayan Sisca sudah mengurung majikannya di dalam kamar. Ah, bukan mengurung. Lebih tepatnya, malam ini sudah sangat larut dan sudah waktunya untuk Amertha istirahat. Pelayan Sisca juga mengunci kamar Nona muda-nya, mengantisipasi dengan kedatangan tiba-tiba sang Nona, di tengah pemberitaan televisi pada malam ini yang menjadi banyak tontonan para pelayan malam ini. Termasuk dengan Jevan.Pria itu menjatuhkan rahangnya, saat identitas dari korban kecelakaan tersebut disebut dengan amat sangat jelas. Mereka adalah orang tua Amertha, Nona muda-nya. Menatap sang ibu dengan rasa cemas, Pelayan Sisca berdeham. Hatinya juga sedih, namun, dia tidak bisa menunjukkannya di depan sang anak."Ibu, bagaimana ini?" tanya Jevan. Para pelayan sudah banyak yang menangis dengan tersedu-sedu. Pelayan Sisca menatap anaknya dalam, kemudian menatap sekitar. Semua bersedih."Tolong, jangan ada yang menangis. Jangan membuat hal yang akan mengakibatkan Nona muda bangun dar

  • DENDAM GADIS PEWARIS   AMERTHA QUEENARA

    Hembusan angin dingin dan gulita malam menyapa pengendara mobil yang melintas di jalanan berbukit, dekat pantai. Di dalam mobil tersebut ada empat orang penumpang; satu supir, satu asisten pribadi yang duduk di kursi depan, juga sepasang suami istri yang merupakan majikan di dalam mobil itu duduk di kursi penumpang. Mereka telah menyelesaikan pekerjaan yang berada di kota seberang. Malam ini, niatnya adalah untuk kembali ke kota asal, karena banyaknya jadwal padat dari pemilik perusahaan terbesar di Asia, yang saat ini duduk santai di kursi penumpang.Sepasang suami-istri itu tengah menikmati waktu santainya di mobil, sang istri tertidur pulas, begitu pula dengan sang suami. Sama-sama menikmati malam yang menyapa, jalanan cukup lenggang karena kondisi malam, dan juga rute perjalanan mereka yang jarang digunakan, tentu untuk mempersingkat waktu agar segera sampai di ibu kota.Asisten pribadi itu masih terjaga, mengamati jalanan sekitar yang cukup sunyi. Hingga, selang beberapa menit, m

DMCA.com Protection Status