Sabtu pagi yang cerah.
Rakha dan Rania berencana untuk piknik.
Jika minggu lalu keinginan Rania untuk piknik di tepi pantai dan menginap semalaman di dalam tenda sudah tercapai, minggu ini Rania ingin piknik ke gunung.
"Harusnya sih Mas Dev sama Mba Zia ikut, tapi kata Mba Zia, Mas Devnya tiba-tiba ada urusan penting," keluh Rania ketika mereka sedang mengemas barang-barang ke dalam mobil khusus yang di sewa Rakha untuk melancarkan acara liburan mereka.
Sebuah mobil camper van bergaya klasik dengan beberapa fasilitas lengkap untuk tidur dan memasak.
Rakha hanya tersenyum tipis.
Rakha cukup memahami situasi.
Perubahan sikap Devano terhadapnya memang semakin terlihat nyata. Jika dulu lelaki itu hanya diam dan memilih mengabaikan keberadaan Rakha di sekitarnya, tapi akhir-akhir ini Devano justru semakin menunjukkan sikapnya yang tidak bersahabat secara terang
Minggu sore, Rakha dan Rania sampai di rumah.Liburan mereka kali ini terasa sangat mengesankan.Karena lelah, Rania langsung tertidur usai menunaikan shalat Isya di Masjid bersama Rakha, sementara Rakha langsung berkutat dengan layar laptopnya.Besok ada rapat penting dengan dewan direksi untuk membahas masalah keuangan perusahaan.Rakha harus menyiapkan seluruh berkas penting yang sudah dia kumpulkan jauh-jauh hari sebagai bukti atas konspirasi jahat yang telah berlangsung dalam satu dekade terakhir.Sebuah konspirasi besar yang telah merugikan perusahaan bahkan hingga milyaran rupiah.Hebatnya, konspirasi itu melibatkan beberapa petinggi penting perusahaan yang salah satunya merupakan penanam modal terbesar di perusahaan Dirgantara, yaitu Bapak Taruna Wijaya Kusuma. Seorang pebisnis yang membuka usaha dalam bidang perhotelan. Namun belakangan ini tersiar kabar bahwa usa
Kami adalah saksi atas kejadian kecelakaan yang menimpa anda, Nona Rania. Kami tahu siapa sebenarnya orang yang sudah menabrak anda waktu itu," teriak Roby.Rania sontak menghentikan langkahnya meski saat itu Rakha terus saja memintanya untuk masuk ke dalam kamar."Saya berharap anda tertarik untuk mengetahui hal ini lebih lanjut, Nona Rania?" lanjut Roby."Jangan dengarkan mereka. Masuk kembali ke kamar," perintah Rakha lagi."Sebenarnya bukan Pak Ahmad yang mengendarai mobil box itu di malam kejadian," Roby kembali berteriak dengan suara lebih keras.Rania menepis tangan Rakha dari lengannya. Dia berbalik.
Flashback on...Seorang wanita berjalan tergesa keluar dari halaman rumah sang majikan.Niatnya untuk meminta izin pada Rania dan Rakha kalau besok dia tidak bisa bekerja seketika dia urungkan begitu dia melihat apa yang sedang terjadi di dalam rumah sang majikan.Mbok Tuti melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Rakha di pukuli oleh lelaki asing yang tak di kenal yang kini menodong sang tuan rumahnya itu dengan pisau di leher.Wanita paruh baya itu sangat ketakutan, terlebih dia khawatir jika sesuatu hal buruk menimpa Rakha atau pun Rania.Mbok Tuti harus segera menelepon Tuan Bastian dan Ibu Raline.*****Flash back off...Roby dan Rizwan terkepung.Mereka tidak bisa berkutik saat beberapa anggota kepolisian datang dan langsung membekuk mereka.Saat
Malam tadi, Rakha tertidur dalam posisi duduk di depan meja komputer dengan kepala yang bertumpu di atas meja.Dia bangun saat adzan shubuh berkumandang. Menunaikan shalat lalu berkutat kembali di depan meja kerjanya.Saat itu, Rakha memang tak melihat keberadaan Rania di kamar mereka, tapi saat dia mengecek keluar, Raline bilang Rania ada di kamar tamu.Saking mengantuk, Rakha justru kembali tertidur setelahnya.Rakha terbangun ketika suara seseorang terdengar membangunkannya.Saat ke dua matanya terbuka, Rakha melihat Basti berdiri di sisinya sembari mengguncang pelan bahu menantunya itu."Kha, bangun. Kita ke kantor sama-sama ya? Papah ikut rapat hari ini," ucap Bastian pada sang menantu.Rakha mengerjap beberapa kali lalu mengucek mata. Dia tersenyum pada Bastian.Tumben Papah ikut rapat? Biasanya juga semua urusan kantor di serahi
Seperti biasa, Rakha berangkat ke kantor menggunakan motor pemberian Bastian.Rakha melirik jam di tangan kanannya.Baru pukul 07.45 WIB, itu artinya dia masih memiliki waktu satu jam lebih untuk sampai di kantor, jadi Rakha tidak perlu terburu-buru.Rakha melajukan kendaraan roda duanya dengan kecepatan sedang.Mendapati kemacetan terjadi di beberapa titik jalanan tertentu yang harus dia lalui bukanlah hal aneh bagi Rakha.Ini hari kerja, sudah pasti jalanan macet karena seluruh aktifitas tumpah ruah di sana. Dari mulai pegawai kantor, hingga anak-anak sekolah. Mereka berlomba memadati jalanan dengan kendaraan pribadi maupun umum agar bisa secepat mungkin sampai ke tempat tujuan.Selang jarak 1 Kilo meter lagi Rakha sampai di gedung perkantoran milik Dirgantara Corp. Masih dengan kalimat Dzikir yang terus dia teriakan dalam hati, Rakha melanjutkan laju kendaraan roda duanya setelah sempat terhenti di lampu merah.Sebuah mobil Jeep hi
Rakha sampai di kediamannya sekitar pukul delapan malam setelah ada seorang warga yang berbaik hati mengantarnya pulang. Setelah mengucapkan terima kasih, Rakha masuk ke dalam rumahnya. Dia melihat kondisi rumah itu sudah dalam keadaan terang benderang. Ada kemungkinan, Rania tidak jadi menginap di rumah orang tuanya. Sebab, hari ini Mbok Tuti tidak datang untuk bekerja. Rakha mengetuk pintu rumahnya yang ternyata di kunci seraya mengucapkan salam. Seorang wanita berhijab menjawab salam Rakha dari dalam. Tapi bukan suara Rania yang terdengar saat itu, melainkan suara orang lain. "Mba Siti?" pekik Rakha kaget begitu pintu dihadapannya terbuka. "Kenapa? Kaget ya liat Mba ada di sini?" sahut Siti dengan wajah setengah menantang. Meski dalam hati, Siti agak heran ketika mendapati kondisi Rakha yang kelihatan kusut. Ra
Operasi Bastian selesai setelah tim medis berjuang selama kurang lebih dua jam di ruang operasi.Ucapan hamdalah dipanjatkan oleh dokter yang menangani Bastian."Pak Basti sudah melewati masa kritis. Sejauh ini tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Sekarang kita hanya perlu menunggu sampai beliau sadar," beritahu sang dokter pada pihak keluarga.Setelah satu persatu keluarga menengok keadaan Bastian di dalam ruang ICU, Raline meminta Devano untuk mengantar Rania pulang. Raline sangat khawatir dengan keadaan Rania.Sejak sampai di rumah sakit Rania tidak makan apa-apa. Bahkan beberapa kali Rania sempat muntah."Tapi nanti Mamah sama siapa di sini?" tanya Rania saat mereka hendak pergi."Kamu tidak usah mengkhawatirkan Mamah. Mamah bisa jaga diri. Biar Mamah yang jaga Papah di rumah sakit. Kamu pulang, istirahat sama Mba-mu ya? Nanti biar Ma
24 jam berlalu pasca operasi berlangsung, Bastian belum juga sadar. Meski pihak rumah sakit tetap memberikan masukan positif pada pihak keluarga tapi tetap saja semua orang dibuat cemas.Raline terus stand by menjaga suaminya. Sesekali bergantian dengan Devano atau Delisha.Merasa khawatir dengan keadaan Raline, Devano meminta sang Ibu untuk pulang dan beristirahat. Meski awalnya Raline bersihkeras tidak mau pulang, Devano terus memaksa, hingga akhirnya Raline menuruti perintah sang anak.Di antar oleh supir pribadinya, malam itu Raline pulang ke kediaman Dirgantara. Sementara Devano stay di rumah sakit untuk malam ini.Devano berjalan gontai menuju ruang inap sang Papah se