Minggu sore, Rakha dan Rania sampai di rumah.
Liburan mereka kali ini terasa sangat mengesankan.
Karena lelah, Rania langsung tertidur usai menunaikan shalat Isya di Masjid bersama Rakha, sementara Rakha langsung berkutat dengan layar laptopnya.
Besok ada rapat penting dengan dewan direksi untuk membahas masalah keuangan perusahaan.
Rakha harus menyiapkan seluruh berkas penting yang sudah dia kumpulkan jauh-jauh hari sebagai bukti atas konspirasi jahat yang telah berlangsung dalam satu dekade terakhir.
Sebuah konspirasi besar yang telah merugikan perusahaan bahkan hingga milyaran rupiah.
Hebatnya, konspirasi itu melibatkan beberapa petinggi penting perusahaan yang salah satunya merupakan penanam modal terbesar di perusahaan Dirgantara, yaitu Bapak Taruna Wijaya Kusuma. Seorang pebisnis yang membuka usaha dalam bidang perhotelan. Namun belakangan ini tersiar kabar bahwa usa
Kami adalah saksi atas kejadian kecelakaan yang menimpa anda, Nona Rania. Kami tahu siapa sebenarnya orang yang sudah menabrak anda waktu itu," teriak Roby.Rania sontak menghentikan langkahnya meski saat itu Rakha terus saja memintanya untuk masuk ke dalam kamar."Saya berharap anda tertarik untuk mengetahui hal ini lebih lanjut, Nona Rania?" lanjut Roby."Jangan dengarkan mereka. Masuk kembali ke kamar," perintah Rakha lagi."Sebenarnya bukan Pak Ahmad yang mengendarai mobil box itu di malam kejadian," Roby kembali berteriak dengan suara lebih keras.Rania menepis tangan Rakha dari lengannya. Dia berbalik.
Flashback on...Seorang wanita berjalan tergesa keluar dari halaman rumah sang majikan.Niatnya untuk meminta izin pada Rania dan Rakha kalau besok dia tidak bisa bekerja seketika dia urungkan begitu dia melihat apa yang sedang terjadi di dalam rumah sang majikan.Mbok Tuti melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Rakha di pukuli oleh lelaki asing yang tak di kenal yang kini menodong sang tuan rumahnya itu dengan pisau di leher.Wanita paruh baya itu sangat ketakutan, terlebih dia khawatir jika sesuatu hal buruk menimpa Rakha atau pun Rania.Mbok Tuti harus segera menelepon Tuan Bastian dan Ibu Raline.*****Flash back off...Roby dan Rizwan terkepung.Mereka tidak bisa berkutik saat beberapa anggota kepolisian datang dan langsung membekuk mereka.Saat
Malam tadi, Rakha tertidur dalam posisi duduk di depan meja komputer dengan kepala yang bertumpu di atas meja.Dia bangun saat adzan shubuh berkumandang. Menunaikan shalat lalu berkutat kembali di depan meja kerjanya.Saat itu, Rakha memang tak melihat keberadaan Rania di kamar mereka, tapi saat dia mengecek keluar, Raline bilang Rania ada di kamar tamu.Saking mengantuk, Rakha justru kembali tertidur setelahnya.Rakha terbangun ketika suara seseorang terdengar membangunkannya.Saat ke dua matanya terbuka, Rakha melihat Basti berdiri di sisinya sembari mengguncang pelan bahu menantunya itu."Kha, bangun. Kita ke kantor sama-sama ya? Papah ikut rapat hari ini," ucap Bastian pada sang menantu.Rakha mengerjap beberapa kali lalu mengucek mata. Dia tersenyum pada Bastian.Tumben Papah ikut rapat? Biasanya juga semua urusan kantor di serahi
Seperti biasa, Rakha berangkat ke kantor menggunakan motor pemberian Bastian.Rakha melirik jam di tangan kanannya.Baru pukul 07.45 WIB, itu artinya dia masih memiliki waktu satu jam lebih untuk sampai di kantor, jadi Rakha tidak perlu terburu-buru.Rakha melajukan kendaraan roda duanya dengan kecepatan sedang.Mendapati kemacetan terjadi di beberapa titik jalanan tertentu yang harus dia lalui bukanlah hal aneh bagi Rakha.Ini hari kerja, sudah pasti jalanan macet karena seluruh aktifitas tumpah ruah di sana. Dari mulai pegawai kantor, hingga anak-anak sekolah. Mereka berlomba memadati jalanan dengan kendaraan pribadi maupun umum agar bisa secepat mungkin sampai ke tempat tujuan.Selang jarak 1 Kilo meter lagi Rakha sampai di gedung perkantoran milik Dirgantara Corp. Masih dengan kalimat Dzikir yang terus dia teriakan dalam hati, Rakha melanjutkan laju kendaraan roda duanya setelah sempat terhenti di lampu merah.Sebuah mobil Jeep hi
Rakha sampai di kediamannya sekitar pukul delapan malam setelah ada seorang warga yang berbaik hati mengantarnya pulang. Setelah mengucapkan terima kasih, Rakha masuk ke dalam rumahnya. Dia melihat kondisi rumah itu sudah dalam keadaan terang benderang. Ada kemungkinan, Rania tidak jadi menginap di rumah orang tuanya. Sebab, hari ini Mbok Tuti tidak datang untuk bekerja. Rakha mengetuk pintu rumahnya yang ternyata di kunci seraya mengucapkan salam. Seorang wanita berhijab menjawab salam Rakha dari dalam. Tapi bukan suara Rania yang terdengar saat itu, melainkan suara orang lain. "Mba Siti?" pekik Rakha kaget begitu pintu dihadapannya terbuka. "Kenapa? Kaget ya liat Mba ada di sini?" sahut Siti dengan wajah setengah menantang. Meski dalam hati, Siti agak heran ketika mendapati kondisi Rakha yang kelihatan kusut. Ra
Operasi Bastian selesai setelah tim medis berjuang selama kurang lebih dua jam di ruang operasi.Ucapan hamdalah dipanjatkan oleh dokter yang menangani Bastian."Pak Basti sudah melewati masa kritis. Sejauh ini tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Sekarang kita hanya perlu menunggu sampai beliau sadar," beritahu sang dokter pada pihak keluarga.Setelah satu persatu keluarga menengok keadaan Bastian di dalam ruang ICU, Raline meminta Devano untuk mengantar Rania pulang. Raline sangat khawatir dengan keadaan Rania.Sejak sampai di rumah sakit Rania tidak makan apa-apa. Bahkan beberapa kali Rania sempat muntah."Tapi nanti Mamah sama siapa di sini?" tanya Rania saat mereka hendak pergi."Kamu tidak usah mengkhawatirkan Mamah. Mamah bisa jaga diri. Biar Mamah yang jaga Papah di rumah sakit. Kamu pulang, istirahat sama Mba-mu ya? Nanti biar Ma
24 jam berlalu pasca operasi berlangsung, Bastian belum juga sadar. Meski pihak rumah sakit tetap memberikan masukan positif pada pihak keluarga tapi tetap saja semua orang dibuat cemas.Raline terus stand by menjaga suaminya. Sesekali bergantian dengan Devano atau Delisha.Merasa khawatir dengan keadaan Raline, Devano meminta sang Ibu untuk pulang dan beristirahat. Meski awalnya Raline bersihkeras tidak mau pulang, Devano terus memaksa, hingga akhirnya Raline menuruti perintah sang anak.Di antar oleh supir pribadinya, malam itu Raline pulang ke kediaman Dirgantara. Sementara Devano stay di rumah sakit untuk malam ini.Devano berjalan gontai menuju ruang inap sang Papah se
Kilat dan petir menyambar-nyambar di langit. Awan hitam menggulung di angkasa, menimbun air untuk diturunkan ke bumi.Air laut di tepi pantai sedang pasang. Ombaknya berdebur kencang.Riuh pepohonan kelapa berayun pada batang-batangnya yang tinggi menjulang. Angin kencang itu bahkan berhasil menumbangkan beberapa pohon di sana.Desa Parangtritis mencekam.Tak ada satu pun warga yang tampak keluar dari hunian mereka.Di salah satu rumah yang lokasinya tak jauh dari pesantren, seorang gadis tengah bermunajat dengan tasbih di tangannya.Kalimat-kalimat dzikir ter
Seorang lelaki menerima telepon dari seseorang di flatnya. "Hallo, ada apa Rick?" tanya lelaki itu pada orang yang meneleponnya. Dia menyalakan rokok dan berjalan ke sisi jendela. Membuka kaca jendela lalu mengepulkan asap rokok itu ke udara. Dingin angin malam berhembus menerpa wajah tampannya. "Ada pekerjaan baru untukmu, Sam. Kau sedang butuh uangkan?" ucap seorang lelaki di seberang. "Asal bukan memperkosa dan menculik anak kecil, aku terima," sahut lelaki yang dipanggil Sam itu. Saat itu, lelaki bernama Sammy itu duduk di jendela kamar dengan tubuh yang bersandar ke dinding dan satu kaki yang terangkat. Siku tangannya yang memegang rokok bertumpu pada lutut kakinya
Tentang Sammy. Seorang buronan interpol yang melarikan diri dari penjara karena ingin mencari adik angkatnya yang hilang. Dia adalah mantan tentara militer yang beralih profesi sebagai pembunuh bayaran setelah di fitnah dan di pecat secara tidak hormat, lalu di jebloskan ke penjara dan di siksa secara keji. Tentang Rheyna. Gadis yatim piatu salah adopsi. Dia di jual oleh orang tua yang mengadopsinya pada seorang germo di Las Vegas untuk di jadikan pelacur. Hingga suatu hari, Rheyna berhasil kabur dari tawanan si germo. Satu hal yang Rheyna inginkan saat itu, yakni pulang ke tanah air agar dia bisa bertemu kembali dengan seorang lelaki yang teramat sangat dia kagumi sejak kecil, lelaki itu adalah Ustadz yang mengajarnya mengaji di panti asuhan dulu, namanya Ustadz Rakha. Tentang sepasang suami istri, Rakha dan Rania. Sebelum menikah dengan Rakha, Rania sempat di lamar oleh seorang lelaki berkebangsaan Arab bernama Ahmed, tapi Rania menolaknya.
Dear Rania... Pada lembar terakhir buku ini, saya menyematkan foto kita berdua di sana. Berharap suatu hari nanti, ketika kamu melihatnya, kamu bisa tersenyum dan tahu betapa tampannya seorang Rakha yang menjadi suamimu ini... Allah telah memberi saya anugrah cinta yang luar biasa di dalam hati saya, hanya untukmu. Dan saya tak pernah berpikir untuk menghapusnya dari dalam hati maupun pikiran saya. Perasaan ini akan selalu saya jaga dan saya pupuk dengan baik di dalam jiwa saya. Karena saya percaya, alasan Allah mempertemukan kita lalu mempersatukan kita dalam ikatan suci pernikahan bukan hanya untuk sementara. Pasti ada alasan lain dibalik ini semua. Boleh saja kini kita berpisah, tapi saya yakin, suatu hari nanti cinta kita akan kembali b
Sebuah gedung megah berdiri kokoh di pusat Ibukota.Hotel berbintang lima itu ramai di kunjungi oleh berbagai macam kalangan orang-orang kelas atas dari mulai pengusaha, aktris, penyanyi, Syekh dan habib terkenal hingga beberapa pejabat pemerintahan.Mereka datang berbondong-bondong dan saling menunjukkan kemampuan finasial melalui mobil mewah yang mereka gunakan.Acara resepsi pernikahan seorang Ustadz terkenal asal Bantul, bernama Rakha Al-Faridzi dengan seorang wanita bercadar yang merupakan mantan istrinya sendiri bernama Rania Putri Wulandari Akbar di gelar dengan sangat meriah.Jika pernikahan pertama mereka dulu tak ada resepsi karena memang sengaja di sembunyikan agar tak tercium awak media, hingga berujung perceraian. Namun kali ini mereka terlihat blak-blakan membagi kebahagiaan mereka pada awak media.Bahkan acara itu di buka bebas untuk para rekan wartawan yang ingin meliput.
Acara ijab dan kabul telah usai.Hampir seluruh keluarga besar Dirgantara pulang ke penginapan, hanya tersisa Bastian dan Devano yang masih asik berkumpul di Masjid bersama keluarga Rakha yang lain, di antaranya Kohar dan Wisnu.Aminah, Latifah, Zulfa dan Ummi sudah sejak tadi masuk kamar untuk beristirahat. Setidaknya mereka masih memiliki waktu sekitar dua sampai tiga jam untuk tidur sampai waktu shalat Idul Fitri tiba.Rakha baru selesai mencuci muka di kamar mandi setelah berulang kali dia terus meyakini dirinya bahwa apa yang dia alami malam ini bukanlah mimpi alias nyata! Real! Asli! Fakta bukan rekayasa.Lelaki itu sudah menanggalkan jas hitamnya dan menyisakan sebuah kemeja putih yang melekat pas di tubuhnya yang juga berkulit putih.Rakha berwudhu.Berharap perasaannya bisa sedikit lebih baik.Terlebih, setelah ini dia harus menghadapi Rania yang
Rakha Pov...Tak terasa, Ramadhan tahun ini akan segera berakhir.Gema takbir sudah berkumandang.Menyejukkan hati. Meneduhkan sanubari.Kalimat-kalimat toyyibah penyeru betapa perkasanya sang Ilahi sedang diperdengarkan di seluruh dunia, semua orang menyeru nama Allah, memujinya.Tak henti-hentinya rasa syukur terus saya panjatkan atas karunia dan kasih sayang yang telah Allah berikan pada saya karena telah memberikan saya kesempatan mengecap manisnya bulan penuh rahmat di Ramadhan tahun ini.Nikmat sehat, nikmat beribadah, nikmat hidup pun nikmat-nikmat lainnya yang mungkin tak akan terhitung jumlahnya jika saya ucapkan satu persatu.Allah maha kaya, maha pengasih, maha penyayang, maha adil dan maha segala-galanya.Hanya kepada-Nyalah saya meminta dan memohon ampunan atas semua dosa-dosa
"Assalamualaikum, Ummi? Apa kabar?" ucap salah satu perempuan yang lebih dulu masuk.Dia seorang perempuan bercadar.Lebih tepatnya."Waalaikum salam," jawab Ummi dengan suara pelan. Masih terlihat bingung.Perempuan bercadar itu merangsek ke arah Ummi, memeluk Ummi dan menangis."Ini Rania Ummi..." bisik Rania sambil terisak.Latifah langsung menunduk."Rania?" gumam Ummi seolah tidak percaya.Rania mengangguk, melepas cadarnya."MasyaAllah..." gumam Ummi yang langsung menangis. "Jadi, kamu bukan ke Arab?"Bastian dan Raline menyusul masuk hendak bersalaman dengan si empunya rumah. Mereka berdiri di samping Rania.Rania bingung jadi berpandangan dengan ke dua orang tuanya."Ke Arab bagaimana Ummi?" tanya Rania yang tidak mengerti maksud pertanyaan Ummi.Dan Ummi pun menceritakan apa yang tadi diceritakan Siti padanya setelah mereka kini sudah duduk di sofa ruang tamu.Rania dan keluarg
Lantunan shalawat terus terdengar dari musik yang di putar Wisnu mengiringi perjalanan mereka menuju kampung halaman.Mudik tahun ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.Jika tahun lalu mereka sudah berada di kampung sejak jauh-jauh hari sebelum hari raya, tapi sekarang di malam takbiran mereka justru masih berada di perjalanan.Untungnya arus mudik tahun ini jalanan di sepanjang jalur yang mereka lalui menuju Bantul ramai lancar alias tidak macet.Mereka sempat beberapa kali transit di rest area atau pom bensin untuk menunaikan shalat.Selepas maghrib mereka sudah masuk kawasan Jogya.Wisnu menepikan mobil di sebuah warung makan yang menyediakan fasilitas mushola dan toilet umum.Usai menunaikan shalat maghrib mereka buka bersama dengan memesan beberapa menu makanan yang berbeda.Wisnu dan Runi memesan menu ayam bakar, sementara Siti ingin makan lontong sayur dan seperti biasa, Rakha memesan menu kesukaannya lele goren
Malam itu, malam di mana dua hari menjelang hari raya Idul Fitri tiba.Di sepertiga malam yang sunyi, dua anak manusia sama-sama melaksanakan shalat istikharah.Bersujud, merendah dan memohon kepada sang penguasa alam atas apa yang menjadikan hati mereka resah dan gundah gulana.Meminta dengan khusyuk agar Allah memberikan petunjuk terbaiknya kepada mereka.Mereka bukanlah manusia mulia seperti Rasullullah pun Siti Khadijah. Mereka hanya manusia biasa yang berlumur dosa dan khilaf.Untuk itulah mereka tak sanggup menyelesaikan masalah ini sendirian tanpa campur tangan Allah di dalamnya.Karena mereka tahu, sebaik-baiknya pemberi petunjuk hanyalah Allah SWT.Sebaik-baiknya pembuat rencana, hanya Allah Azza Wa Jalla.Bukankah, rejeki, maut dan jodoh itu semua sudah ditetapkan Allah sejak mereka terlahir ke dunia?Maka, mereka akan pasrahkan semuanya kembali hanya pada sang pemilik hati.*****Keesokan harinya