Part 31
“Wow!” seru Cakra terkejut melihat pemandangan aneh dihadapannya. Bukannya terlihat romantis, justru momen itu terkesan lucu dan akward.
Dathan mendorong tubuh Adrina dari atasnya, sembari meminta bantuan pada asistennya. “Cakra jangan bengong, bantu aku.”
“Oh iya Bos,” balasnya cepat, lalu membantu membuat Adrina yang setengah pingsan itu berdiri. Dathan berdiri perlahan, ia mengelap bibirnya yang basah dan terkejut begitu melihat darah dijari jempolnya.
“Berdarah itu Bos, sakit banget ya? kok bisa kayak gitu tadi?” tanya Cakra khawatir. Ia tidak mengerti mengapa posisi Adrina dan Dathan begitu.
“Udah nanti aja bahasnya, yang penting sekarang kamu bawa dia ke mobil. Aku pusing.” Dathan melangkah lebih dulu mendahului Cakra, sembari sesekali mengusap bibirnya yang terasa jontor. Ia melihat ke arah spion mobilnya, benar saja bibirnya seperti habis melahap cabai leve
Part 32“Oke nggak masalah, atasin aja masalah itu secepatnya. Kalau dia masih protes sama harga sebelumnya, biar aku nanti nemuin dia.”“Siap.”Dathan menggelengkan kepala, pasalnya cleaning service rutin bulanan untuk rumahnya meminta kenaikan gaji, padahal bulan kemarin sudah ia turuti permintaannya.“Kita berangkat berdua aja, Adrina. Kamu pesenkan taksi.”Adrina yang kini sedang sibuk melakukan filing dokumen di ruangan CEO itu mengangguk, lalu segera mengakhiri pekerjaannya.Mereka berdua pergi ke sebuah acara amal yang di sponsori oleh King Of Store. Acara itu khusus para pengemis jalanan, fakir miskin dan orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan. Mereka bebas makan gratis dan diberi souvenir berupa pakaian kasual yang stoknya banyak dan produk khas dari King Of Store sendiri.“Ini diadakan tiap tahun Pak?” tanya Adrina, seraya mengitari sekeliling. Acar
Part 33“Dimana Nyonya Jesika?” tanya Dathan cepat. Lelaki dengan setelan jas yang rapi itu seketika berdiri.“Di ruangan Bapak. Dia nunggu Bapak untuk mengambil keputusan, mengumumkan bahwa Sinar telah ditemukan saat penyambutan nanti.”Dathan berlari cepat dari aula perusahaan menuju ruangannya. Adrina yang saat itu sempat melihat atasannya dan hendak menyapa tidak jadi, karena tatapan Dathan terlihat berkaca, pria itu bahkan hampir menabrak beberapa karyawan.“Mas Cakra, ada apa? kenapa Pak Dathan lari-lari begitu?” Adrina berhasil mengehntikan asisten Dathan. Cakra menatap Adrina, kemudian tersenyum.“Nanti kamu juga tau, ini urusan pribadi CEO.”Mendengar kalimat itu, akhirnya Adrina hanya bisa tutup mulut, tidak berani untuk bertanya lebih. Entah apa yang membuat Dathan terlihat terburu-buru seperti tadi. Urusan pribadi? Ya tidak seharusnya Adrina penasaran.Pintu ruangan CEO terbuka, menampilkan Dathan yang berusaha mengatur nafas karena berlarian. Nyonya Jesika terlihat duduk
Adrina hanya terpaku sembari menatap kosong ke depan. Ia masih belum bisa percaya akan apa yang dipaparkan oleh Dathan. Mengapa pria itu begitu yakin kalau dirinya adalah Adik dari seorang CEO muda perusahaan King Of Store.“Kamu bisa baca semua dokumen yang ada ini. Ibuku tidak mungkin asal dan dia memiliki orang kepercayaan yang bisa diandalkan, Adrina.”Masih dengan posisinya, bergeming dan perlahan air matanya menitik. Adrina bingung ia harus mengekspresikannya dengan cara apa. Apa benar dirinya adalah bagian dari keluarga Dathan? Neneknya pernah mengatakan bahwa orang tuanya telah meninggal.“Jadi, maksudmu Nenekku selama ini berbohong?”Dathan mengangguk. “Nenekmu pasti punya alasan, Adrina.”“Aku mau tanya, saat setelah tragedi itu, apa kamu mencari adikmu?”“Ya, waktu itu Ayahku mencari kamu, menempel fotomu dimana-mana, bahkan dijalanan banjir dengan spanduk pencarian orang hilang.”“Kenapa Nenekku saat itu tidak melaporkan aku ke polisi kalau memang benar aku bukan cucu asl
Rumah besar dan mewah dihadapannya membuat Adrina terpaku sejenak. Bangunan bernuansa putih dengan pagar balkon warna hitam, halaman yang dipenuhi rumput hijau premium, pot-pot bunga berjejer dan masing-masing dengan jenis yang berbeda. Kemudian lampu-lampu berwarna gold yang menggangung besar di atas balkon itu seolah menjadi icon betapa mewahnya rumah ini.“Adrina,” panggil Dathan karena wanita itu malah terdiam ditempat.“Selamat datang dirumah kami dan sekarang jadi rumah kamu juga.”Adrina menatap Dathan kemudian Tiffany bergantian, sedangkan Nyonya Jesika sudah masuk ke dalam. Wanita itu tidak tahan berlama-lama diluar, karena malam semakin larut. Ia sudah merasa pegal sejak dikontrakan Neneknya Adrina karena tidak bisa duduk dengan baik.“Adrina, kamu sekarang adalah adikku. Boleh aku peluk kamu, aku berusaha menahannya sejak dari rumah Nenekmu,” tutur Tiffany dengan lemah lembut. Adrina tersenyum canggung namun mengangguk.Mereka berdua berpelukan dengan erat, terutanma Tiffan
“Om Dathan!” teriak seorang anak kecil dari atas. Dathan mendongak, begitu pula Adrina. Terlihat Tiffany di sana tersenyum.“Om, aku juga mau sarapan bareng,” ujarnya ceria. Dathan tersenyum hangat. Lalu mengisyaratkan dengan tangannya agar Deno ikut turun. Sedangkan Tiffany tetap diam ditempatnya.“Katanya Mama kita kedatangan Tante, beneran Kak Loli ini Tante aku?” tanya Deno dengan mulut penuh. Nyonya Jesika yang sedari tadi terdiam dan tenang menikmati makanannya menghela nafas.“Deno, jangan bicara saat mulutmu penuh,” larangnya pada anak kecil itu. Deno langsung menatap Neneknya, tapi anehnya seperti tidak peduli.Sementara Adrina yang masih mengunyah makanan hampir tersedak, ia sudah biasa makan sambil bicara. Untunglah saat ini ia bisa lebih tenang dan mengkondisikan dengan keadaan.“Kak Loli, nanti kita main ya?” ajak Deno ceria. Adrina mengangguk, kemudian menghabiskan kunyahanny
Tidak seperti hari kemarin yang terlihat seperti biasanya. Hari ini Dathan dikejutkan dengan banyaknya wartawan yang berkumpul di depan Office King Of Store. Cakra sengaja tidak memasuki parkiran lewat jalan utama.“Mereka penasaran dengan Nona Bernika yang disebut sama Bapak kemarin,” ujar Cakra menjelaskan. Adrina yang duduk disamping Dathan hanya menghela nafas.“Apa aku menyebut namanya kemarin?” tanya Dathan. Cakra menepuk jidat, heran dengan kelakuan CEO yang terkadang mudah lupa ini.“Iya, Bapak bilang nama Adiknya adalah Sinar yang ternyata Adrina Bernika Shakira.”“Astaga!”“Bagaiaman bisa Pak Dathan nggak berhati-hati?” tanya Adrina, ia ikut kesal dengan Dathan.“Maaf, aku terlalu senang kemarin. Seharusnya ini jadi rahasia, aku akan mengumumkan kalau Adrina adikku nanti saja.”“Lalu, gimana?” Cakra ikut bingung sendiri. Ia juga jadi terseret memikirkan masalah CEO-nya.“Gini, kamu kerahkan tim berita terpercaya. Mereka yang mau dibayar pokoknya, ini demi adikku. Katakan kal
Setelah naik wahana kuda-kudaan, Adrina mengajak Dathan untuk membeli jajanan street food. Ia pun ingin merasakan menjadi pembeli apalagi bersama dengan Kakak barunya ini.“Bagi aku sebagai penjual street food, melihat orang-orang makan aja udah seneng dan ikut kenyang,” ujar Adrina seraya memasukkan satu buah Tokoyaki ke dalam mulutnya. Mereka kini sedang duduk di kursi kayu.“Oh ya, harusnya kamu bisa sambil makan juga dong,” timpal Dathan. Adrina tersenyum, tidak semudah itu, bekerja di bawah kendali orang lain tetaplah tidak mudah. Ia memiliki target penjualan dan bukan untuk makan-makan sambil berleha-leha.“Ngomong-ngomong, perut Kakak emang cocok makan yang beginian?” tanya Adrina. Pasalnya, di rumah keluarga terlarang memakan jajanan seperti yang saat ini mereka makan. Nyonya Jesika sudah mengingatkannya agar tidak membawa makanan itu ke rumah dan melarang keluarga King Of Store mengonsumsi makanan non real food.“Perutku? Ehm, semuanya masuk ke perutku Adrina. Jangan bilang-
Hari yang cerah, namun cuaca sudah mulai dingin karena menurut ramalan cuaca di Seoul, akan segera turun salju, nanti malam tepat pukul 20.00.Dathan dan Adrina memakai jaket yang tidak terlalu tebal, hanya demi menghalan cuaca yang sedikit dingin dari hari kemarin, saat mereka tiba di Korea. Hari ini mereka memulainya dengan perjalanan ke Pasar, hal ini diusulkan oleh Adrina, karena ia tidak ingin lelah jika ke Pasarnya nanti saat akan pulang."Kakak ikut aja, yang penting kamu seneng." Dathan menuruti. Adrina tersenyum, berjalan riang lebih dulu."Jangan lari-lari begitu, nanti kamu ilang," teriak Dathan di kerumunan banyak orang. Pasalnya banyak sekali manusia di sini, ia bahkan bisa mengendus satu-satu aroma parfum dari tiap-tiap manusia yang melewatinya.Adrina belanja beberapa baju tebal, aksesoris dan kulineran halal yang bisa ia makan. Ia juga menawari Dathan dan mereka sesekali berjongkok atau duduk di kursi untuk makan."Kak."