Setelah naik wahana kuda-kudaan, Adrina mengajak Dathan untuk membeli jajanan street food. Ia pun ingin merasakan menjadi pembeli apalagi bersama dengan Kakak barunya ini.“Bagi aku sebagai penjual street food, melihat orang-orang makan aja udah seneng dan ikut kenyang,” ujar Adrina seraya memasukkan satu buah Tokoyaki ke dalam mulutnya. Mereka kini sedang duduk di kursi kayu.“Oh ya, harusnya kamu bisa sambil makan juga dong,” timpal Dathan. Adrina tersenyum, tidak semudah itu, bekerja di bawah kendali orang lain tetaplah tidak mudah. Ia memiliki target penjualan dan bukan untuk makan-makan sambil berleha-leha.“Ngomong-ngomong, perut Kakak emang cocok makan yang beginian?” tanya Adrina. Pasalnya, di rumah keluarga terlarang memakan jajanan seperti yang saat ini mereka makan. Nyonya Jesika sudah mengingatkannya agar tidak membawa makanan itu ke rumah dan melarang keluarga King Of Store mengonsumsi makanan non real food.“Perutku? Ehm, semuanya masuk ke perutku Adrina. Jangan bilang-
Hari yang cerah, namun cuaca sudah mulai dingin karena menurut ramalan cuaca di Seoul, akan segera turun salju, nanti malam tepat pukul 20.00.Dathan dan Adrina memakai jaket yang tidak terlalu tebal, hanya demi menghalan cuaca yang sedikit dingin dari hari kemarin, saat mereka tiba di Korea. Hari ini mereka memulainya dengan perjalanan ke Pasar, hal ini diusulkan oleh Adrina, karena ia tidak ingin lelah jika ke Pasarnya nanti saat akan pulang."Kakak ikut aja, yang penting kamu seneng." Dathan menuruti. Adrina tersenyum, berjalan riang lebih dulu."Jangan lari-lari begitu, nanti kamu ilang," teriak Dathan di kerumunan banyak orang. Pasalnya banyak sekali manusia di sini, ia bahkan bisa mengendus satu-satu aroma parfum dari tiap-tiap manusia yang melewatinya.Adrina belanja beberapa baju tebal, aksesoris dan kulineran halal yang bisa ia makan. Ia juga menawari Dathan dan mereka sesekali berjongkok atau duduk di kursi untuk makan."Kak."
Pundak Adrina terasa bergetar karena tepukan yang dilakukan seseorang. Kepalanya menoleh dan mendapati wanita cantik tersenyum sinis kepadanya. Dia adalah Brenda, tunangan Dathan.“Hai adik ipar,” sapa Brenda. Adrina menahan nafas, ia hanya bisa tersenyum paksa.“Jangan diam seperti patung begitu, lebih baik kita masuk ke dalam,” ajaknya pada Adrina. Sementara Adrina, ia tahu Dathan didalam ruangan itu sedang diinterogasi oleh Kakeknya. Hingga kemudian asisten Komisaris membuka pintu dan menghampiri keduanya.“Sinar, kamu adiknya Pak Dathan? Komisaris menyuruh kamu masuk.”“Tuh ‘kan apa aku bilang, yuk kita masuk bersama. Hallo Om, saya tunangan Dathan, Brenda nama saya.” Brenda menyapa asisten Komisaris. Tanpa diminta wanita itu ikut masuk ke dalam ruangan bersama dengan Adrina.“Selamat siang Kek, sudah lama nggak ketemu.”“Brenda, iya apa kabar?”“S
Cakra dikejutkan dengan bunyi bel berkali-kali bahkan sebelum matahari terbit. Ia yang sudah rapi dengan jasnya melihat interkom dan terkejut mendapati wajah Brenda. Pasalnya, setelah pertunangan diputus, wanita itu tidak pernah menampakkan diri di apartemen ini.Dulu sebelum wanita itu ke luar negeri memang kerap berkunjung, walau Dathan tidak terlalu senang. Tapi semenjak ke luar negeri, hanya sesekali ketika mudik saja.“Bos, Brenda ada diluar tuh.”Dathan yang masih memakai piyama dan baru akan mandi itu terkejut. Sepertinya wanita itu merasa mendapat lampu kuning darinya, makanya sudah mulai agresif lagi.“Bukain.”“Serius?” Cakra terkejut sekaligus heran.“Ya.”“Hai Cakra, lama nggak bertegur sapa,” ucap Brenda tersenyum. Cakra tersenyum tipis, seraya melambai.“Dathan, udah bangun?” tanya Brenda sembari melongok ke dalam, lalu melepas sepatu yang mem
“Kenapa kamu nelpon aku pagi-pagi? Kamu tau CEO bukanlah orang yang berleha-leha Brenda?”“Haha ya aku tau. Tapi kamu hutang sama aku.”“Hutang apa? sejak kapan aku minjam uang kamu.”“Kamu lupa? Tadi malam seharusnya kita jalan-jalan, kamu malah batalin begitu aja.”Dathan menghela nafas, ia sebenarnya muak menghadapi Brenda tapi mau bagaimana solusi sementara untuk meredam kemarahan Kakek hanya dengan mengikuti alur kebohongan wanita sinting ini.“Ya, nanti kalau aku luang. Tanpa diminta aku bakal tepatin.”“Yes, aku tau kamu itu baik dan nggak pernah ingkar janji. Ok sayang, bye selamat bekerja kembali.”Dathan hampir saja melempar ponselnya jika Cakra tidak menatapnya sembari menggelengkan kepala. Walau melampiaskan rasa kesal dengan membanting barang sekalipun, sepertinya memang tidak berguna juga. Masalahnya tetap tidak akan terselesakan.“Jadi
"Komisaris pengen buat janji temu sama Bapak," lapor Cakra saat ia mendapatkan pesan dari asisten pribadi Komisaris, yakni Kakek Harrison. Wajah Dathan tiba-tiba pucat, ia sangat yakin kalau Kakeknya tidak sabar untuk mengumumkan perihal pertunangannya dengan Brenda, sekaligus mempublikasikan tentang pewaris baru perusahaan King Of Store, yaitu Sinar, adiknya sendiri."Minggu depan, aku bisa. Bilang aja kalau minggu ini aku banyak kerjaan.""Baik, tapi emangnya sesibuk itu?" Cakra bertanya heran, ia yang juga tahu jadwal pribadi maupun bisnis Dathan, jelas tidak menunjukkan adanya kesibukan."Udah ikutin aja perintah aku.""Gimana janji kencan sama Brenda?" "Hah? yah seharusnya kamu nggak usah ingetin aku." Dathan beranjak dari duduknya, perasaan terasa sesak. Apakah benar ia harus menikah dengan Brenda? mengapa saat itu ia mengiyakan kedusataan Brenda? seharusnya ia menyangkal saja, biarkan saja dicopot dari status CEO-nya dari pada harus mengorbankan masa depannya begini."Apa yan
“Halo Kak, maaf tadi bateraiku lowbet, jadi aku ngecas dulu di tempat makan. Kamu udah selesai nontonnya?” tanya Adrina merasa bersalah, karena ponselnya ternyata mati dan ia baru saja mengisinya. Pasti Dathan sudah mencari-carinya pikirnya, karena tanpa terasa ia dan teman-temannya mengobrol cukup lama.“Iya, restoran yang mana?”“Restoran Indonesia Kak.”“Kakak ke sana.”“Brenda kalau kamu capek, pulang aja.” Dathan menoleh ke arah Brenda yang juga ikut mencari adiknya. Wanita itu mendengus.“Kenapa? Apa kamu ga pengen diganggu karena mau berudaan terus sama adik barumu itu?” tebak Brenda.“Aku pikir kamu juga butuh istirahat, besok masih harus masuk kerja.”“Baiklah, aku tau kamu perhatian. Tapi, Dathan antarkan aku ya? soalnya aku tadi sama supir dari rumah, jadi mobilku dibawa lagi. Ya?” Wanita itu beralasan dengan diantar oleh Dathan.“Tapi aku harus nemuin Sinar, gimana bisa antar kamu sekarang.”“Ya udah, temuin dia dulu, terus kita pulang dan anter aku. Apa susahnya?”Adrina b
Akhir pekan ini Adrina memilih untuk bolos les, ia bahkan tidak ikut sarapan bersama keluarga King Of Store. Kepalanya sudah dipenuhi dengan kekhawatiran dengan berbagai kemungkinan, bagaimana jika dirinya bukan bagian dari keluarga besar itu?"Adrina mana?" Nyonya Jesika bertanya, Dathan sudah ada di sana."Aku ga liat dia keluar dari kamar," jawab Dathan."Em nyonya, nona Adrina keluar rumah subuh sekali," jawab asisten rumah itu. "Apa? jadi dia udah niat bolos les dari pagi?" Jesik terlihat tidak suka. Dathan menatap Ibu tirinya, sebenarnya ia juga baru tahu jika adiknya sudah tidak ada di kamarnya, jika tahu begitu mungkin ia tidak akan ikut sarapan pagi ini."Dathan, kamu tau Komisaris mau kamu temuin dia?""Ya tau, tapi aku lagi sibuk sama pekerjaan kantor.""Jangan beralasan, kalau kamu cuma mau ngehindar perjodohan."Perkataan Ibu tirinya berhasil membuat Dathan menurunkan sendok dan garpunya, mendadak ia tidak selera makan. "Bu, aku harap kamu jangan ikut campur lagi urusan p