Cakra dikejutkan dengan bunyi bel berkali-kali bahkan sebelum matahari terbit. Ia yang sudah rapi dengan jasnya melihat interkom dan terkejut mendapati wajah Brenda. Pasalnya, setelah pertunangan diputus, wanita itu tidak pernah menampakkan diri di apartemen ini.
Dulu sebelum wanita itu ke luar negeri memang kerap berkunjung, walau Dathan tidak terlalu senang. Tapi semenjak ke luar negeri, hanya sesekali ketika mudik saja.
“Bos, Brenda ada diluar tuh.”
Dathan yang masih memakai piyama dan baru akan mandi itu terkejut. Sepertinya wanita itu merasa mendapat lampu kuning darinya, makanya sudah mulai agresif lagi.
“Bukain.”
“Serius?” Cakra terkejut sekaligus heran.
“Ya.”
“Hai Cakra, lama nggak bertegur sapa,” ucap Brenda tersenyum. Cakra tersenyum tipis, seraya melambai.
“Dathan, udah bangun?” tanya Brenda sembari melongok ke dalam, lalu melepas sepatu yang mem
“Kenapa kamu nelpon aku pagi-pagi? Kamu tau CEO bukanlah orang yang berleha-leha Brenda?”“Haha ya aku tau. Tapi kamu hutang sama aku.”“Hutang apa? sejak kapan aku minjam uang kamu.”“Kamu lupa? Tadi malam seharusnya kita jalan-jalan, kamu malah batalin begitu aja.”Dathan menghela nafas, ia sebenarnya muak menghadapi Brenda tapi mau bagaimana solusi sementara untuk meredam kemarahan Kakek hanya dengan mengikuti alur kebohongan wanita sinting ini.“Ya, nanti kalau aku luang. Tanpa diminta aku bakal tepatin.”“Yes, aku tau kamu itu baik dan nggak pernah ingkar janji. Ok sayang, bye selamat bekerja kembali.”Dathan hampir saja melempar ponselnya jika Cakra tidak menatapnya sembari menggelengkan kepala. Walau melampiaskan rasa kesal dengan membanting barang sekalipun, sepertinya memang tidak berguna juga. Masalahnya tetap tidak akan terselesakan.“Jadi
"Komisaris pengen buat janji temu sama Bapak," lapor Cakra saat ia mendapatkan pesan dari asisten pribadi Komisaris, yakni Kakek Harrison. Wajah Dathan tiba-tiba pucat, ia sangat yakin kalau Kakeknya tidak sabar untuk mengumumkan perihal pertunangannya dengan Brenda, sekaligus mempublikasikan tentang pewaris baru perusahaan King Of Store, yaitu Sinar, adiknya sendiri."Minggu depan, aku bisa. Bilang aja kalau minggu ini aku banyak kerjaan.""Baik, tapi emangnya sesibuk itu?" Cakra bertanya heran, ia yang juga tahu jadwal pribadi maupun bisnis Dathan, jelas tidak menunjukkan adanya kesibukan."Udah ikutin aja perintah aku.""Gimana janji kencan sama Brenda?" "Hah? yah seharusnya kamu nggak usah ingetin aku." Dathan beranjak dari duduknya, perasaan terasa sesak. Apakah benar ia harus menikah dengan Brenda? mengapa saat itu ia mengiyakan kedusataan Brenda? seharusnya ia menyangkal saja, biarkan saja dicopot dari status CEO-nya dari pada harus mengorbankan masa depannya begini."Apa yan
“Halo Kak, maaf tadi bateraiku lowbet, jadi aku ngecas dulu di tempat makan. Kamu udah selesai nontonnya?” tanya Adrina merasa bersalah, karena ponselnya ternyata mati dan ia baru saja mengisinya. Pasti Dathan sudah mencari-carinya pikirnya, karena tanpa terasa ia dan teman-temannya mengobrol cukup lama.“Iya, restoran yang mana?”“Restoran Indonesia Kak.”“Kakak ke sana.”“Brenda kalau kamu capek, pulang aja.” Dathan menoleh ke arah Brenda yang juga ikut mencari adiknya. Wanita itu mendengus.“Kenapa? Apa kamu ga pengen diganggu karena mau berudaan terus sama adik barumu itu?” tebak Brenda.“Aku pikir kamu juga butuh istirahat, besok masih harus masuk kerja.”“Baiklah, aku tau kamu perhatian. Tapi, Dathan antarkan aku ya? soalnya aku tadi sama supir dari rumah, jadi mobilku dibawa lagi. Ya?” Wanita itu beralasan dengan diantar oleh Dathan.“Tapi aku harus nemuin Sinar, gimana bisa antar kamu sekarang.”“Ya udah, temuin dia dulu, terus kita pulang dan anter aku. Apa susahnya?”Adrina b
Akhir pekan ini Adrina memilih untuk bolos les, ia bahkan tidak ikut sarapan bersama keluarga King Of Store. Kepalanya sudah dipenuhi dengan kekhawatiran dengan berbagai kemungkinan, bagaimana jika dirinya bukan bagian dari keluarga besar itu?"Adrina mana?" Nyonya Jesika bertanya, Dathan sudah ada di sana."Aku ga liat dia keluar dari kamar," jawab Dathan."Em nyonya, nona Adrina keluar rumah subuh sekali," jawab asisten rumah itu. "Apa? jadi dia udah niat bolos les dari pagi?" Jesik terlihat tidak suka. Dathan menatap Ibu tirinya, sebenarnya ia juga baru tahu jika adiknya sudah tidak ada di kamarnya, jika tahu begitu mungkin ia tidak akan ikut sarapan pagi ini."Dathan, kamu tau Komisaris mau kamu temuin dia?""Ya tau, tapi aku lagi sibuk sama pekerjaan kantor.""Jangan beralasan, kalau kamu cuma mau ngehindar perjodohan."Perkataan Ibu tirinya berhasil membuat Dathan menurunkan sendok dan garpunya, mendadak ia tidak selera makan. "Bu, aku harap kamu jangan ikut campur lagi urusan p
Adrina berjalan lunglai ke kediaman keluarga King Of Store. Wajahnya lusu, bibirnya terlihat pucat pasi. Ini bukan lagi dugaan yang tidak berdasar, dirinya memang bukanlah adik dari seorang Dathan. Sepertinya ada yang tidak beres dengan apa yang terjadi, awal mula ia dinyatakan sebagai bagian dari King Of Store adalah karena Nyonya Jesika, apakah wanita itu yang telah memalsukan data dirinya?"Dari mana aja kamu?" Nyonya Jesika sudah berdiri tepat di balik pintu, wanita itu memindai penampilan Adrina dari atas ke bawah. Wanita itu terlihat kacau, meski memakai pakaian bermerk produksi dari Label Isabel Marant, berupa Bedrissa Floral Shirt, dipadukan dengan celana kain dari Gucci. Adrina menatap Nyonya Jesika, menelisik wajah yang selalu terlihat seram dan mengintimidasi, apa sebenarnya yang menjadi alasan wanita tua itu membuatnya menjadi bagian dari King Of store?"Kenapa kamu menatapku seperti itu? apa kamu lupa kalau aku Ibumu di sini Sinar Putri Harrison?""Nyonya Jesika," panggil
Adrina kini sudah berada di meja sekretaris dengan tatapan kosong. Namun, pikirannya sebenarnya tidak bisa diam, ia terus menerus kepikiran mengenai fakta bahwa dirinya bukanlah adik Dathan, pantas saja selama ini ia tidak bisa nyaman dan merasa benar-benar bersaudara dengan lelaki itu."Adrina," panggil Dathan, ternyata sudah dua menit dua lelaki memperhatikan dirinya yang bengong."Eh iya Pak?" jawab Adrina, sedikit terbata, pasalnya ia terkejut melihat Dathan dan Cakra melihatnya sembari menopang dagu."Ngelamun lagi? kenapa sih, Kakak perhatikan akhir-akhir ini kamu ngelamun terus, kenapa Dek?" tanya Dathan."Mungkin lagi kepikiran mau check out apa? ya nggak Mbak Adrina?" gurau Cakra, Adrina seketika terkekeh."Ya, aku kepikiran mau belanja online, Mas Cakra bener.""Masa sampe ngelamunnya lama gitu? nggak nyadar kalau Kakakanya sudah berdiri lebih dari dua menit di sini?""Oh ya? maaf aku nggak sadar.""Cakra, ambilkan minum.""Siap Bos."Cakra bergegas menuju ruang CEO dan memba
Saat di dalam pesawat terbang kelas Bisnis yang membuatnya bisa leluasa tertidur. Meski perjalanan hanya butuh waktu satu jam, namun karena fisik dan psikisnya benar-benar kelelahan, Adrina tertidur di samping Dathan.Sementara Dathan, lelaki itu lebih memilih menikmati jingga di atas langit, karena keberangkatan mereka sore. Awan-awan mulai menggelap dan meliputi jendela pesawat, membuat Dathan akhirnya mengalihkan pandangan ke arah adiknya yang ternyata sudah pulas tertidur setelah memakan cemilan yang disediakan oleh pramugari."Adikku emang cantik," puji Dathan, lelaki itu tersenyum lalu membelai pipi sang adik. Walau baru beberapa bulan mereka berstatus sebagai Kakak Adik, tapi Dathan sudah sangat menyayangi Adrina. Gadis ini polos, walau ia dulu mengenalnya sebagai gadis kuat dan pantang menyerah, namun setelah lebih dekat Adrina membuatnya selalu merasa gemas."Lelaki mana yang pantas untukmu ya? aku bahkan sulit menentukkan, teman-temanku sekali pu
Brenda sangat senang karena Dathan mau menuruti keinginannya untuk berkeliling kota Banjarmasin, padahal tanpa Brenda tahu Dathan mau diajak jalan-jalan adalah karena adiknya juga mau ikut untuk melakukan healing setelah tiga hari menemaninya menemui klien dengan waktu yang cukup panjang dan melelahkan, observasi ke berbagai tempat, menaiki gedung berlantai lima yang sudah jadi, hingga menyusuri lahan gambut yang masih luas dan berair."Loh, Sinar kamu mau ikut kami jalan-jalan juga?" Brenda bertanya dengan heran, pasalnya saat ia menjemput Dathan di kamarnya, lelaki itu sudah bercengkarama saja dengan sang Adik."Iya Brenda, masa kita jalan-jalan, Sinar diem aja di kamar? harus ikut dong.""Ih, tapi 'kan kita kencan berdua Dathan, masa ada Adek kamu," lirikan mata diberikan oleh Brenda kepada Adrina, membuat wanita itu merasa tidak nyaman."Aku baca di internet, kalau Sudi Mampir itu luas, ada Jembatannya juga yang dari atas sana kita bisa liat orang-ora